Apalagi bila benar ada Cawapres perempuan pada kontestasi Pemilu langsung dan serentak Presiden dan Wakil Presiden 2024, maka ini adalah sejarah.
Sejarah bagi rakyat untuk punya pertimbangan ekstra untuk memilihnya sebab ini sebagai sesuatu hal yang baru dalam jejak politik bangsa Indonesia. Karena cawapres perempuan tampil di iklim yang demokratis yang dicoblos langsung oleh rakyat. Meski pun pernah ada wakil presiden dan, bahkan presiden perempuan namun situasi dan kondisi politiknya berbeda.
Demokrasi politik telah membuka peluang bagi lahirnya pemimpin perempuan, juga tantangan yang mengitarinya.
Dikatakan sebagai peluang,  ini sebagai suatu kesempatan untuk lebih memajukan keterlibatan kaum perempuan di semua tingkatan aktivitas sektor publik, baik  politik, sosial, pemerintahan, militer, ekonomi, keagamaan, dan sebagainya.
Sementara tantangannya, justru kesiapan, kekompakan, dan solidaritas di antara kaum perempuan itu sendiri untuk bisa menerima atau tidak kehadiran pemimpin tertinggi dari kaum hawa ini.
Tapi rasanya, dari data KPU pemilih perempuan sebanyak 102.588.719 orang untuk Pemilu 2024 bila pesan program maupun gagasannya Cawapres itu mengakar dan bisa diterima kaum hawa di penjuru tanah air, bukan mustahil angka tersebut bakal terealisasi untuk diraihnya.
Bukankah Indonesia sudah pernah memiliki pemimpin wanita, bahkan pahlawan nasional antara lain Malahayati, Cut Nya Dien, RA Kartini, dan sebagainya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H