Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Cawapres Perempuan: Jalan Menuju Harmoni Politik Demokratis

6 Oktober 2023   07:35 Diperbarui: 6 Oktober 2023   07:43 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Apalagi bila benar ada Cawapres perempuan pada kontestasi Pemilu langsung dan serentak Presiden dan Wakil Presiden 2024, maka ini adalah sejarah.

Sejarah bagi rakyat untuk punya pertimbangan ekstra untuk memilihnya sebab ini sebagai sesuatu hal yang baru dalam jejak politik bangsa Indonesia. Karena cawapres perempuan tampil di iklim yang demokratis yang dicoblos langsung oleh rakyat. Meski pun pernah ada wakil presiden dan, bahkan presiden perempuan namun situasi dan kondisi politiknya berbeda.

Demokrasi politik telah membuka peluang bagi lahirnya pemimpin perempuan, juga tantangan yang mengitarinya.

Dikatakan sebagai peluang,  ini sebagai suatu kesempatan untuk lebih memajukan keterlibatan kaum perempuan di semua tingkatan aktivitas sektor publik, baik  politik, sosial, pemerintahan, militer, ekonomi, keagamaan, dan sebagainya.

Sementara tantangannya, justru kesiapan, kekompakan, dan solidaritas di antara kaum perempuan itu sendiri untuk bisa menerima atau tidak kehadiran pemimpin tertinggi dari kaum hawa ini.

Tapi rasanya, dari data KPU pemilih perempuan sebanyak 102.588.719 orang untuk Pemilu 2024 bila pesan program maupun gagasannya Cawapres itu mengakar dan bisa diterima kaum hawa di penjuru tanah air, bukan mustahil angka tersebut bakal terealisasi untuk diraihnya.

Bukankah Indonesia sudah pernah memiliki pemimpin wanita, bahkan pahlawan nasional antara lain Malahayati, Cut Nya Dien, RA Kartini, dan sebagainya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun