Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pembunuh Bayaran

6 Januari 2023   08:21 Diperbarui: 6 Januari 2023   08:28 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mendengar itu Bahar tampak ragu. Oleh karena perbuatan yang tidak disengaja untuk membela diri dulu itu menyebabkan ia mendekam di penjara dan merana. Apalagi ini tampak direncanakan.  

Bisa-bisa ia akan dihukum mati.  Sementara bayaran yang ditawarkan tadi tidak seberapa besar.

Dengan hati-hati ia pun mulai bertanya pelan-pelan pada satu warga yang barusan membisikinya.

"Kira-kira lawan kita berapa orang?Dari kelompok desa mana?Senjata yang biasa mereka gunakan apa?"

Warga yang mendengar ucapan Bahar tadi pucat seketika airmukanya. Ia terlihat bingung dan tidak berani mengungkapkan. Sebab ia terlanjur lupa tentang apa yang ingin dikatakannya semula tatkala mendatangi Bahar.  Jika ia katakan yang sebenarnya justru malah menyinggung kejantanannya.

Namun Bahar tetap mendesaknya.

"Siapa mereka itu?!"tekan Bahar dengan wajah mulai merah dan marah seraya menarik sarung bolong yang dililit di leher warga yang membisikinya tadi ke hadapannya.

Jawabnya terbata-bata,"ti .. ti.. tikus sawah!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun