"Ayah mau kemana lagi?"
"Pulang."
Anak gadisnya tidak berpikir jauh, kemudian melanjutkan langkah bersama menuju ke kediamannya. Hanya saja sempat bertukar pikiran tentang apa yang dikatakan dokter mengenai soal tanda-tanda pikunnya ini. Sayangnya apa yang dikatakan dokter umum itu ia sudah tidak ingat lagi.
***
Satu tahun sejak itu anak gadisnya sudah ada di kota lain untuk kuliah. Pekerjaan yang biasa dilakukannya juga mulai berantakan. Hingga akhirnya ia di pensiunkan lebih awal oleh perusahaan di mana ia bekerja.
Anak gadisnya tentu merasa kuatir dan bersedih. Ia pun saat liburan ini menengok ayahnya, dan  akhirnya diketahui juga tentang kesehatan ayahnya ini.
Saat sedang makan malam, anak gadisnya melihat angka-angka di pergelangan tangan, juga di putih telapak tangan kiri ayahnya. Ia melihat nomor telepon dirinya, angka PIN kartu ATM ayahnya juga angka lain yang berderet yang tidak ia ketahui.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H