Suara-suara memecah sunyi terdengar datang dari kegelapan malam.Â
Menuntun matanya untuk lelah lalu terpejam.Â
Suara jangkrik, tonggeret, kodok, bahkan desir angin yang menerobos lubang jendela meninabobokan tubuh renta itu.Â
Ia terlelap kemudian. Disusul dalam hitungan detik tampak ada bayangan di sisi tubuh renta itu yang samar-samar terpendar oleh cahaya lilin.
Bayangan itu serupa dirinya, lalu duduk dan memandangnya terpaku.Â
Bayangan itu masih menanti hingga waktunya ia pergi menjauh atau kembali pada tubuh renta yang dibuai mimpi.
Bayangan hanyalah bayangan.Â
Tubuh renta itu atau siapapun tidak akan pernah tahu kapan bayangan itu kembali dan kemana bayangan itu pergi.Â
Bila kembali tubuh akan bergerak dan napas menghela lepas. Namun bila tidak, tubuh akan terbujur kaku untuk waktu tertentu.Â
Siapa yang tahu? Bayangan itu pun tidak tahu.Â
Kecuali semesta yang akan datang memberi tanda meski tubuh renta itu tidak menyadari.Â
Sebab malam ini ia sedang mengurai mimpi seraya berbincang dengan bayangan itu tentang batas waktu yang mesti dijalani di dunia ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI