"Nanti kita bersua lagi ya hari Rabu, Kamu jangan nakal ya?"
"Iya papa, Karen tidak akan nakal. Karen akan bantu Bi Jinong juga."
"Anak pintar, dan cantik. Nanti mau oleh-oleh apa?"Olive membelai rambut Karen penuh sayang.
"Tidak usah Ma. Karena cuma ingin berlatih piano saja."
"Bi, nanti tetap siapkan kebutuhan untuk Karen ya seperti biasa,"pinta Olive pada Bi Jinong.
Bi Jinong mengangguk hormat, sembari menggerakkan ujung jempolnya tersenyum senang. Pagi itu berjalan seperti biasa hingga waktu makan siang tiba.
Siang itu Bi Jinong menyiapkan persiapan sajian yang menjadi kesukaan Karen, sop ayam, pepes tahu, juga semur jengkol diris=iris kecil. Kesukaan ini selaras dengan kesukaan Bi Jinong yang memang rasa  dilidahnya sama dengan Karen atas masakan yang selalu dibuatnya itu.
Mereka menyantap hidangan itu dengan senang sembari bercerita ke sana ke mari. Karen memuji masakan Bi Jinong riang. Di luar kebiasaannya Karen justru lahap, dan menambah hingga dua porsi untuk siang ini. Bi Jinong melihat itu tak mau kalah. Ia juga melakukan hal yang sama.
Keduanya tertawa senang. Namun tercekik kemudian. Selanjutnya sunyi mengelilingi ruang makan. Desir angin berhembus dari muka pintu dapur menyibak gorden perlahan. Denting sendok, dan garpu tiada lagi. Anak kucing mengeong memanggil-manggil hilir mudik seakan bertanya. Namun tak ada jawaban. Hening jempling.
***
Sore itu di suatu tempat, Jenglot terbahak senang. Tindakannya pasti berhasil. Tinggal tunggu kabar dari radio atau televisi. Ia katakan itu pada istrinya Blorong yang sedang menghisap maryjuana, santai.