Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Racun Warisan

28 Agustus 2022   15:12 Diperbarui: 28 Agustus 2022   15:18 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Semua sudah diputuskan. Kami sepakat untuk Karen semua harta ini."

"Tolonglah. Karen itu cuma anak angkat, kita semua tidak tahu asal-usulnya. Aku, juga istriku, bukan mengharapkan bantuanmu, cuma anak-anakku masih panjang jalani hidupnya. Enam anak, aku sudah pusing untuk biayai semua kebutuhannya."

"Lho, apa aku tidak cukup untuk membantu keluargamu,hah?"Olive sedikit meninggi mendengar pengakuan Brutus.

"Bukan begitu. Aku terima kasih sekali dengan bantuanmu. Tapi ya jangan sekarang warisan itu dilimpahkan pada Karen. Ia masih anak-anak."

"Tidak. Sejak sekarang kami sudah bulat. Usia siapa yang tahu. Nanti kami akan melegitimasinya segera,"ucap Olive tegas mengakhiri perbincangan itu.

Brutus kemudian pergi dari kediaman Olive, sembari menatap tajam pada Karen yang sedang berlatih piano, meski Karen menganggukkan kepalanya sebentar pada Brutus. Justru Brutus malah seperti membuang air liurnya ke pot tanaman yang ada di dekat piano. Benci sekali.

Dikediamannya Brutus bilang pada istrinya semua harta yang dimiliki kakaknya bakal diserahkan pada Karen segera. Padahal ia sangat berharap pada harta itu meski sedikit Olive kelak bisa memberikan untuk kebutuhan keluarganya. Sebagai adik lelaki satu-satunya pada siapa lagi ia bisa meminta bantuannya itu.

"Apa tidak ada cara lain untuk menggagalkan rencana itu?"tanya istrinya memaksa setelah mendengar penuturan kecewa Brutus panjang lebar.

"Kamu ada ide?"tanya Brutus menimpali.

***

Hari Senin tuan, dan nyonya Jenggo hendak melakukan perjalanan bisnis seperti biasanya. Mereka datangi Karen usai sarapan pagi, dan bilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun