Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Segitiga Tuan Kutkut

21 Agustus 2022   20:24 Diperbarui: 21 Agustus 2022   20:26 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abang Kutkut lelaki tulen. Tidak pernah pacaran sejak akil baliq. Pas lewat masa akil baliq mulai lirik-lirik lawan jenis. Seratus lirikan lebih tak ada yang nyangkut. Sampai-sampai matanya jadi jereng sebelah.

Sejak jadi jereng abang Kutkut jadi minder. Tak pernah lagi mau melirik lawan jenis. Makanya jika berjalan matanya selalu menatap ke arah tanah. Karena itu kemudian banyak perempuan yang menaruh hati padanya. Kata mereka, abang Kutkut, lelaki yang senantiasa menjaga pandangan matanya terhadap lawan jenis untuk menjaga hati

Dari sekian perempuan yang menaruh hati padanya, salah satunya tetangganya. Namanya Kumkum. Kumkum diam-diam sering memperhatikannya. Lalu suatu hari ia memancing abang Kutkut dengan menaruh sobekan kecil kertas segitiga di jalan yang sering dilalui.

Mulanya tidak direspon meski dilihatnya sobekan kertas itu. Tapi akhirnya oleh karena penasaran, kertas puith polos pertama ini dipungut juga. Ketika dibuka, dan dibaca bunyinya menggoda,"Hello abang?"

Abang Kutkut heran, tapi juga girang, bahwa sobekan kertas itu diyakini untuk dirinya. Kemudian ia kantongi sobekan kecil itu di saku celananya.

Seminggu berjalan, ada lagi sobekan kertas segitiga warna pink, kemudian dibaca,"apa kabar abang?"

Lalu dipungut, kantongi, lantas di dalam hati dijawab secara kumulatif,"Hello juga adinda, kabar abang, baik."

Dua puluh sobekan kertas sudah dikantongi, dan disimpan di toples bekas ikan cupang peliharaannya. Hatinya berbunga-bunga. Ia menduga-duga sang pemilik sobekan kertas ini.

Pikirnya," kok ajaib, ujug-ujug ada perempuan yang tiba-tiba datang dari langit ke tujuh hanya sekadar menaruh sobekan kertas di jalan untuknya?"

Akibat hal itu abang Kutkut hatinya melambung ke langit tujuh juga. Ia langsung jatuh hati, tanpa syarat. Ia pun kemudian mengetahui pada akhirnya. Perempuan itu Kumkum yang dulu sebelum jereng sering diliriknya, dan seingatnya seolah Kumkum juga balas melirik padanya ketika itu.

Makanya tanpa ragu kemudian ia minta orang tuanya untuk melamar, dan kemudian tak lama  SAH jadi suami istri.

Tapi tiga bulan berjalan sebagai pasangan suami istri, abang Kutkut heran. Tiap bulan istrinya Kumkum selalu sensi, disayang salah, tidak disayang, apalagi. Sensinya ini bisa turun, bahkan hilang beberapa saat setelah terima jatah bulanan dari gajinya.

Suatu ketika ia bertanya pada dokter tentang hal itu. Kata dokter, "itu gejala pramenstruasi syndrome, perempuan sering sensitif perasaannya di fase ini."

Abang Kutkut jadi mengerti akhirnya, kenapa juga gajian itu mesti dibayar tiap bulan oleh perusahaan.  Rupanya perusahaan paham betul secara defenitif padanya. Supaya sensi istrinya itu tidak lepas kendali ditanggal tua. Walau begitu tak jadi soal. Endingnya, tuan Kutkut dan nyonya Kumkum tetap bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun