"Emang berapa warga yang terdata?"
"Genap 100 berdasarkan data yang diterima RT dari kelurahan."
"Nah terus ngapain si Rahwana ke kantor kelurahan dengan nomor urut itu?"
"Mau jalan-jalan dia ke sana. Kan naik sepeda,"balas Zaid sembari tertawa bersama Karim merasa puas mengerjai Rahwana yang temperamen ini.
***
Sementara di kelurahan tidak ada keramaian. Di situ cuma ada satu petugas PPSU yang sedang membersihkan halaman kantor. Rahwana sebentar heran dengan keadaan ini, lalu sepeda ia sandarkan di gerobak sampah di dekat petugas itu, dan mendatanginya sembari menyodorkan nomor urut antrian 101.
"Ini mas nomor urut saya sebagai penerima bantuan sosial,"katanya tanpa basa basi, dan permisi.
Petugas itu mengira nomor urut itu untuk kebutuhan lain yang terkait dengan pelayanan surat kematian, sehingga dimintanya Rahwana menunggu di jajaran kursi yang ada di selasar tunggu. Sekaligus meletakkan nomor urut dari Rahwana di meja pelayanan teras kantor. Karena dipastikan akan ada pegawai yang datang untuk melayaninya.
Dirasa kantor sudah rapi, dan jam kerja tuntas hingga pukul lima sore petugas ini pun meninggalkan halaman kantor kelurahan, dan pamit meninggalkan Rahwana sendiri ditemani sepi di situ.
"Saya permisi ya mas, tugas sudah selesai,"katanya seraya menganggukkan kepala pada Rahwana.
Rahwana membalas serupa, dan tentu ia sabar menanti bantuan sosial di kantor kelurahan ini datang untuknya. Entah sampai kapan.