Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nomor Antrean 101

13 Januari 2021   00:01 Diperbarui: 26 Januari 2021   18:35 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabtu kemarin Zaid satu harian tidak kerja untuk menyusuri jalan dengan bajajnya. Ia niatkan libur  membantu RT mendistribusikan uang bantuan sosial senilai Rp300 ribu tiap kepala keluarga. Tugasnya hanya mengatur antrian dan atas inisiatifnya membagikan nomor urut antrian warga yang sejak pagi sudah berkerumun di muka rumah RT.

Zaid juga meminta tiap baris hanya lima warga saja yang berjajar antri, sebab sekarang musim korona, bukan musim mangga. Dikuatirkan muncul OTG yang bisa menular pada warga yang lainnya.

Beruntung warga mau menerima himbauannya. Sehingga warga tidak lagi berkerumun, dan menunggu di jarak tertentu yang bisa dilihatnya. Karena kediaman RT dijadikan sentra pelayanan dari lima RT, maka dengan sendirinya antrian berlangsung lama, namun tertib. Tidak kurang nomor urut hingga 100 yang dipegang oleh warga sesuai data yang ada.

"Sabar ya bapak, dan ibu-ibu. Pelayanan hingga pukul lima sore,"kata Zaid menginformasikan.

Karim, Salman, dan Salim bergegas kembali ke rumahnya sebab dilihat nomor urut mereka 97-100. Jadi mereka tidak membuang waktu dengan mengantri dan berkerumun di sini. Kepergian mereka akhirnya ditiru juga oleh yang lain, sebab waktu masih panjang, dan bantuan sosial pasti bisa mereka terima sesuai haknya.

Zaid memberi acungan jempol pada Karim, Salman, dan Salim, serta warga lainnya. Sementara petugas dari kantor pos bisa dengan tertib memberikan bantuan tersebut.

Namun sekonyong-konyong muncul teriakan di antara antrian warga. Rupanya Rahwana, warga yang belum terlalu lama tinggal di kampung ini protes. Sebab ia tidak sama sekali mendapat undangan untuk bantuan sosial ini.

"Ini tidak adil bagi saya. Saya sama sekali tidak mendapatkan undangan, berarti saya tidak bisa mendapatkan bansos berupa uang itu,"katanya tanpa tedeng aling-aling.

Zaid rada kaget. Ia membathin, "dia lagi bikin masalah, duh."

"Pak RT mestinya memperhatikan warga tidak mampu seperti saya ini. Saya minta hak saya diperjuangkan,"kata Rahwana lagi berapi-api di antara antrian itu.

Warga lain yang ada di situ, tampak ada yang terperangah, terkejut, juga tidak sedikit yang tersenyum, dan tertawa melihat tingkah Rahwana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun