Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Solder Biasanya

12 Januari 2021   00:03 Diperbarui: 26 Januari 2021   19:14 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sambil berjalan itu terlintas kembali hasil solderannya pada lubang kunci mobil atau motor. Ia berpikir apa yang diminta oleh konsumennya terasa aneh, dan tidak biasa. Bagaimana mungkin motor atau mobil itu bisa jalan kecuali didorong nantinya, akibat ditutup jalan hidupnya itu?Entah apa yang merasuki pikiran kedua perempuan muda yang meminta jasanya?

***

Tiga hari kemudian ia lewati kembali jalan yang pernah dilaluinya. Di perumahan elit takada lagi yang meminta jasanya. Namun ia melihat perempuan muda yang pernah meminta menyolder lubang kunci mobil di garasinya tampak sedih, dan sembab di wajahnya. Ia duduk di teras sembari memegang kunci mobil itu.

Perempuan muda ini balas memperhatikan, dan melihat Bori. Ia memanggilnya. Bori berhenti, dan menunggu kembali jasa yang ia nanti.

Perempuan muda ini keluar, dan menghampiri seraya bilang,"abang suami saya marah-marah. Siapa yang menutup lubang kunci mobil dengan timah?Katanya begitu. Saya bilang si abang solder. Kenapa disolder?Saya bilang supaya tidak digunakan lagi untuk cari perempuan lain."

"Saya mah tidak tahu urusannya nyonyah." Buru-buru, dan tergesa ia ngacir dengan pikulannya keluar dari kompleks pemukiman ini. Bori tidak ingin terlibat lebih jauh atas jasa yang ia lakukan terhadap mobil itu. Perempuan muda ini cuma bisa melongo melihatnya melesat menjauhi.

Di lingkungan terdekat dari pemukiman ini, ia juga dihentikan oleh perempuan yang meminta jasanya menyolder lubang kunci motor. Bori sudah mengerti, pasti perempuan ini curhat soal hasil solderannya tempo hari. Benar saja, pas dihentikan olehnya, Bori tidak menurunkan pikulannya itu, dan ia dengar kemudian perempuan ini nyerocos menyesali.

Katanya,"gara-gara si abang, suami saya malah tidak pulang-pulang dua hari ini. Gara-gara si abang..."

Takmau mendengar itu, Bori ngacir menjauhi dengan terengah-engah serasa mau putus nafasnya. Ia tidak ingin profesinya ini dijadikan kambing hitam atas kemauan konsumennya itu. Setelah tidak terlihat sama sekali ia relakan tubuhnya bersandar di bawah pohon yang di dekatnya terserak sampah dari orang yang membuang sembarangan.

Ia berpikir, mungkin suami mereka senang dengan perempuan lain lalu diketahui oleh istrinya. Sementara kendaraan itu jadi jalan efektif untuk mencapai sasaran, dan tujuan suami mereka. Makanya mereka menutup lubang kunci. Seakan hal itu menjadi kunci penyelesaian. Tapi ternyata jadi tambah ruwet, dan runyam.  Bori sekadar mereka-reka saja.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun