Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Solder Biasanya

12 Januari 2021   00:03 Diperbarui: 26 Januari 2021   19:14 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kendati langka yang menekuni profesi ini, namun Bori tetap konsisten, dan takpatah semangat. Tiap hari ia pikul segala perlengkapan jasanya. Mulai dari timah hingga aica aibon, serta kecrekan sebagai cara untuk memanggil konsumennya.

Konsumen yang kebanyakan itu ibu rumah tangga yang bermukim di pemukiman padat.  Namun tidak jarang juga di kompleks perumahan yang bisa dibilang sudah mapan secara ekonomi, tetapi masih ada yang mau menggunakan jasanya mematri atau menyolder panci bolong, hingga dandang tempo dulu yang dipunyainya.

Suatu ketika Bori dipanggil untuk melayani konsumennya di kompleks perumahan elit. Dia berpikir sembari  berjalan ke arah konsumen itu, paling-paling teko antik atau panci langka berlapis kuningan yang bakal disoldernya. Tapi rupanya keliru. Ternyata konsumen meminta ia menyolder lubang kunci mobil yang terparkir di garasi.

Karena ia tukang, dan takperlu menanyakan lagi soal motif perempuan muda konsumennya, ia langsung saja bekerja.  Singkat kata lubang kunci mobil sudah tersolder dengan baik, lalu upah yang diterima sudah sesuai, maka ia berlalu begitu saja.

"Terima kasih Bang,"kata perempuan muda itu tersenyum senang.

Bori pergi meninggalkan kompleks pemukiman ini, kemudian menyusuri jalan kecil ke arah lingkungan padat yang berada di sekitarnya.

Kecrekan ia bunyikan. Sebaris seirama, diikuti teriaknya,"Solder, solder!"

Tidak berapa lama, ia dihentikan di mulut gang becek yang di kanan kirinya digenangi air comberan, lalu seorang perempuan muda menghentikannya. Tawar sana sini, kesepakatan upah terjadi. Dia berpikir barangkali panci atau ember yang bocor yang bakal dikerjakannya. Rupanya ia keliru juga. Si perempuan muda ini memintanya menyolder lubang kunci motor matic yang berada persis di dekatnya.

Tidak banyak tanya atau ingin tahu latar penyolderan ini, ia pun mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Beberapa saat kemudian selesai sudah tugasnya itu. Lalu ia pergi begitu saja.

"Terima kasih abang,"kata si perempuan muda ini terlihat airmukanya gembira.

Sudah dua konsumen yang ia dapat di separuh hari. Sisa hari ia teruskan menelusuri tiap jalan, dan pemukiman. Namun hingga sore takkunjung ada yang meminta jasanya. Ia pun kembali ke kediamannya yang lumayan jauh dari posisinya sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun