Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Pendaki Saat Jelang Maghrib di Puncak Gunung Slamet

30 September 2020   10:36 Diperbarui: 1 Oktober 2020   19:06 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apa perlu kita bermalam di sini?"Tanyaku.

"Tidak usah. Kita turun saja. Dua jam setelah istirahat. Kayaknya kok tidak dingin sebagaimana puncak gunung,"balas Kz menimpali udara yang menyelimuti kami di sini.

Dua jam sudah kami pun mengemas kembali perlengkapan masak, dan sejenak berfoto di tugu puncak Lawu ini. Usai itu kami turun, dan sebentar membuka kompas untuk menunjukkan arah kembali untuk memastikan. Kami biasa melengkapi pendakian santai ini dengan kompas dan peta topographii gunung-gunung keluiaran bakorsutanal.

Dirasa pas, kami mulai turun. Namun entah apa yang terjadi, turun dan kembalinya kami seperti di arahkan ke bibir jurang yang menepir terus hingga mengerucut. Aku dan Kz bertanya---tanya. Ini bukan punggungan, tapi lembah!Malam ketika itu gulita dan sangat pekat. Kami hanya diterangi lampu senter, menyorot ke segala arah. Takkuirang, satu jam kami berada di jalan ini. Setelah mendiskusikan sebentar, kami pun naik kembali, dan orientasi di sekitarnya.

Baru kemudian ditemukan jalan lintasan. Kami pun sempat mendiskusikan keanehan itu. Tapi tentu sekadar obrolan biasa. Sayangnya perjalanan turun ini seperti berat bagiku. Aku beberapa kali meminta agar istirahat sebab tidak ada daya sama sekali. Namun hal itu tidak dituruti oleh Kz juga Iman.

Rupanya mereka paham, bukan soal tenaga yang kurang, tapi entah apa. Hanya di pos tertentu ajakanku untuk istirahat mau diterimanya. Aku mulai memaksa untuk buka bivak di sini, namun kembali tidak diizinkan. Terpaksa aku mengalah, dan sekuat daya memikul ransel yang rasa bobotnya lebih dua kali lipat. Padahal makanan dan minuman tersisa sedikit saja.

Di sepertiga malam itu pun kami tiba akhirnya di pos penjagaan bawah. Dan, apa yang terjadi?Tiba di pos penjagaan ini, aku mulai membuka seluruh pakaian untuk ganti, lalu masuk ke dalam kantong tidur. Tidak hiraukan Kz, dan Iman lagi. Dan,molor hingga siang  hari.

"Hipotermikah?"Tanyaku.

"Bukan. Ghoib!"Jawab Kz terkekeh juga Iman, entah serius atau gurauan semata di tengah hari itu.

***

Iman tidak meneruskan perjalanan menuju gunung Slamet. Ia balik ke Jakarta. Aku dan Kz langsung ke sana, namun menyempati singgah semalam di Jogyakarta. Kami sekadar menimati wedang jahe di alun-alun Kraton. Selebihnya wara wiri di sekitar sini seraya berfoto. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun