Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tawuran

24 Agustus 2020   08:47 Diperbarui: 26 Agustus 2020   12:42 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sudah ada korban?"

"Kelihatannya ada korban  tiga orang. Terkena lemparan potongan batu bata."

Ranti mengabarkan. Yogi meminta informasi motif tawuran itu. Ranti tidak bisa memastikan. Hubungan terputus sementara. Yogi mencoba ke arah batas barat.

Di batas barat agak aneh. Tidak ada warga yang memblokade jalan. Situasi biasa saja. Yogi masuk tanpa hambatan. Ia telusuri jalan menuju lokasi tawuran itu. Tiap sudut ia susuri. Putar sana putar sini, tembusnya di tempat semula. Ia tidak mendengar juga suara teriakan warga yang sedang tawuran itu. Ia tidak juga melihat kerumunan warga di batas barat ini.

Tapi ia lihat dua orang di sisi jalan sedang menikmati wedang jahe di gerobak dorong penjualnya. Ia hentikan motor, dan bertanya.

"Maaf, mas tidak mendengar ada tawuran di sana?"

"Di mana?"

"Di batas pemukiman bagian barat sini."

"Oh itu biasa. Lagi pula batas barat ini tidak akan bisa melihat."

"Kenapa mas?"

"Batas ini di belah sungai dan tembok tinggi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun