Mini, anak perempuan kelas tiga di SD itu selalu membuatnya tersenyum, dan bahagia. Hebatnya Mini juga menjual kudapan. Ia menjual sebelum bel sekolah tanda masuk berbunyi, atau seusai sekolah hingga pukul tiga sore. Tiap hari selama satu tahun mbok Yah ditemani Mini. Sebagai sesama penjual mbok Yah ingin sekali memberi tiap hari padanya.Â
Tetapi selalu ditolak. Mini bilang nenek tidak usah melakukannya. Mini akan membeli saja kue nenek walau seminggu sekali. Berulang kali Mini mengatakan dan meyakinkan mbok Yah, dan memang ia tunaikan ucapannya selama satu tahun itu. Mini menjadikan energi mbok Yah kian bertambah. Pernah ia tanyakan hal itu, kenapa selama satu tahun membeli getuknya. Mini jawab, karena enak, dan juga tidak bosan, dan uang untuk membeli itu dari simpanannya yang diberikan orang tuanya dari sedikit untung yang diperoleh.
"Disimpan di celengan nek, tapi untuk yang buat getuk disiapkan saja di bawah bantal."
"Kok bisa?"
"Iya, setiap diberi 5 ribu, seribu disimpan di bawah bantal. Yang empat ribu masuk celengan, dan di sekolah tidak usah jajan, kan jualan."
"Terus kenapa jualan?"
"Ingin saja. Padahal ibu melarang tapi saya memaksa. Saya bilang mau belajar."
"Kan di sekolah juga belajar?"
"Iya, tapi saya mau praktek langsung, nek. Ibu yang buat pisang goreng, ubi rebus atau singkong itu. Nah makanan ini yang saya jual. Nenek kan juga lihat. Murah dan meriah.Lagian tidak banyak cuma masing-masing lima buah. Satu buahnya 2000 saja. Tidak laku juga tidak apa-apa. "
"Kapan mulai jualannya?"
"Seminggu setelah melihat nenek di dekat sekolah."