Tulisan yang bagus dan baik itu menurut saya, adalah tulisan yang mewakili kemampuan diri pribadi untuk menuangkan pikirannya.
Tidak peduli dengan penilaian apapun, kecuali memang ada jurinya. Sebab tidak ada kemampuan menulis anak SD disamakan dengan anak SMA, atau kemampuan menulis siswa SMA sejajar dengan mahasiswa semester akhir, atau mahasiswa semester akhir disamakan dengan professor ahli bahasa atau sekelas novelis dan cerpenis. Tidak ada.Â
Jadi sangatlah beruntung andai tiap kita menulis berbasis olah pikiran semata, tanpa perlu memadukan unsur tulisan yang bersumber dari buku lain, atau menduplikasi tiap paragaraph dari sumber buku tertentu. Kecuali memang menulis untuk jurnal ilmiah, tesis atau disertasi, yang sumber teoritisnya patut diajukan sebagai bahan kajian.
Apalagi jika menulis yang sifatnya informative atau hiburan semata, Â baiknya ditulis sebagaimana kita ingin menulis sesuai yang ada dipikiran.
Sangat rugi seandainya menulis hanya untuk bisa diakui oleh khalayak, padahal ada satu adagium,bahwa  produk tulisan pribadi pada usia tertentu merupakan cermin  bahasa verbal pribadi itu.
Pendeknya, antara apa yang ditulis dengan apa yang diomongkan biasanya keluarnya sama. Artinya kemampuan tulisan dan lisan itu sangat sejajar (write and talk).
Jarang sekali ada orang yang punya kemampuan menulis tapi ketika bicara gagap atau tidak sesuai dengan cara atau membuat kalimat dalam suatu karyanya. Â Sangat jarang. Apakah kita semua sudah menulis tanpa comot sana comot sini sekedar untuk dibilang bagus?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H