Mohon tunggu...
Erulim Sihombing
Erulim Sihombing Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Pembelajaran Papan Perkalian pada Materi Operasi Hitung Perkalian

17 November 2023   22:03 Diperbarui: 17 November 2023   22:18 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PAPAN PERKALIAN PADA MATERI OPERASI HITUNG PERKALIAN SISWA KELAS III SD NEGERI MALAKA JAYA 11

ABSTRAK

Abstrak: Permasalahan yang terjadi di kelas III SD Negeri Malaka Jaya 11 adalah kurangnya media pembelajaran yang lengkap terkait pembahasan materi perkalian di pembelajaran matematika. Penelitian ini bertujuan untuk, (1) mendeskripsikan proses pengembangan media pembelajaran berbasis papan perkalian, (2) mengetahui kualitas pengembangan media pembelajaran media pembelajaran berbasis papan perkalian pada materi perkalian, (3) menguji efektivitas media pembelajaran papan perkalian. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan angket. Analisis yang digunakan berjumlah 4 orang kelompok kecil dan kelompok besar yang berjumlah 23 orang. Hasil penelitian ini adalah, (1) Proses pengembangan (2) Media papan perkalian dengan kualitas, Dengan demikian media pembelajaran papan perkalian pada pembelajaran matematika materi perkalian satuan dengan puluhan, ratusan dan ribuan efektif digunakan dalam proses pembelajaran pada materi perkalian.

Kata Kunci: Media Papan Perkalian, Materi Perkalian, Matematika.

 

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian yang melibatkan beberapa komponen untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu, salah satu komponennya adalah guru. Guru memegang peranan penting dalam keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dan guru harus mampu menempatkan diri serta memiliki keterampilan demi terlaksananya proses pembelajaran.

Menurut Suryosubroto bahwa proses pembelajaran meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran.

Pada umumnya ketika guru melaksanakan proses pembelajaran Matematika di kelas, kebiasaan yang dilakukan guru adalah penerapan strategi mengajar yang tidak serasi yaitu tidak menggunakan alat/media sumber belajar yang optimal. Proses pembelajaran lebih berpusat pada guru, sehingga guru masih dianggap sebagai satu-satunya sumber ilmu utama. Akibatnya proses pembelajaran seperti ini menjadi kurang menarik dan tertantang bagi siswa, karena hanya menempatkan siswa sebagai objek dan bukan sebagai subjek yang seharusnya mempunyai keterlibatan dalam proses pembelajaran. Beberapa temuan sebelumnya bahwa guru lebih sering berceramah dikelas sehingga beberapa siswa merasa bosan dan kehilangan motivasi belajar.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam pembelajaran Matematika, maka hal yang dapat dilakukan guru adalah dengan memanfaatkan media pembelajaran (Fatima dalam tulisan Vera Dewi Kartini Ompusunggu).

Media pembelajaran merupakan wahana dalam menyampaikan informasi/pesan pembelajaran pada siswa. Dengan adanya media pada proses pembelajaran Matematika, diharapkan dapat membantu guru dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa agar pembelajaran bisa berkembang lebih baik lagi. Oleh karena itu, guru sebaiknya menghadirkan media dalam setiap proses pembelajaran demi tercapainya tujuan yang hendak dicapai.

Berdasarkan Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca. Sedangkan menurut Association of Education and Communication Technology (AECT) bahwa media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi.

Menurut Syazali, bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang berisikan materi pelajaran yang digunakan oleh pendidik dalam proses belajar sehingga pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik. Sedangkan menurut Hanafiah, bahwa media pembelajaran digunakan sebagai sarana pembelajaran di sekolah bertujuan untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan. Media adalah sarana yang dapat digunakan sebagai perantara yang berguna untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan.

Dalam proses pembelajaran bahwa media memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pendidik dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah kepada kegiatan pembelajaran.

Penggunaan media dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap berhasilnya suatu kegiatan pembelajaran. Sesuai dengan penggunaannya, materi dan taraf siswa harus juga dapat disesuaikan oleh guru.

Dengan demikian, menurut Ulfah Ni Made Sistha Cahyani 2022) bahwa guru harus dapat menyesuaikan media apa yang tepat dan apa cocok untuk siswa yang akan diajarkan sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Pembelajaran di kelas harus didukung dengan media pembelajaran yang tepat.

Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah media pembelajaran grafis. Menurut Siti Maisaroh dalam tulisan skripnya bahwa media pembelajaran grafis adalah media pembelajaran yang mengutamakan visual yang disertai teks dan gambar sebagai perantara. Artinya bahwa media pembelajaran grafis adalah bagian dari jenis media pembelajaran visual.

Media pembelajaran grafis dapat juga disebut dengan media pembelajaran dua dimensi.  Pembelajaran grafis adalah alat untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi yang didapat melalui indra penglihatan atau pendengaran, kemudian disajikan kembali secara grafis.

Menurut Daryanto dalam tulisan S Rahmatunnisa * 2022) bahwa media dua dimensi adalah sebutan umum untuk alat peraga yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar yang berada pada satu bidang datar.

Papan perkalian yang dibuat ini memiliki ukuran 80 x 50 (P 80 cm x L 50 cm) serta memiliki lembaran papan perkalian ukuran 80 x 5 dan menggunakan warna yang menarik sebagai tanda bilangan ribuan, ratusan, puluhan dan satuan serta pengalinya.

Masalah yang dirumuskan permasalahan pengembangan media pembelajaran papan stik atau papan perkalian adalah : 1) Bagaimana prosespembuatan media pembelajaran papan perkalian materi perkalian pada pembelajaran Matematika kelas III di SD Negeri Malaka Jaya 11, 2) Bagaimana pengembangan media pembelajaran papan Perkalian untuk menunjang penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran Matematika kelas III di SD Negri Malaka Jaya 11 materi perkalian satuan dengan puluhan, ratusan dan ribuan  3) Bagaimana efektivitas media pembelajaran papan perkalian terhadap hasil belajar Pelajaran matematika materi perkalian kelas III SD Negeri Malaka Jaya 11.

Produk yang diharapkan dalam pengembangan ini berupa media pembelajaran papan perkalian untuk siswa sekolah dasar (SD) kelas III mata pelajaran matematika materi perkalian satuan dengan puluhan, ratusan dan ribuan. Papan perkalian merupakan media pembelajaran yang menyajikan cara berhitung perkalian kepada siswa kelas III sekolah dasar dengan menggunakan media papan yang dilengkapi dengan lembaran papan atau triplek dan sejenis dengan ukuran panjanng 80 cm dan lebara 5 cem.

Perkalian yang terdapat pada media papan perkalian ini terbatas pada perkalian satuang dengan puluhan sampai dengan ribuan, namun tidak menutup kemungkinan perkalian puluhan dengan puluhan sampai ribuan. Media pembelajaran papan perkalian ini di desain sesuai dengan SK/KD pada kelas III. Berikut desain awal media pembelajaran Papan perkalian.

 

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan literatur. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data Pustaka. Studi kepustakaan merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan penelitian lapangan atau melakukan langsung observasi di lapangan dalam penerapan media pembelajaran matematika.

PEMBAHASAN DAN HASIL

A. Media Pembelajaran

1. Pengertaian Media Pembelajaran

Secara harfiah, media berarti perantara atau pengantar. Media juga dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

Pendapat lain seperti Rahmawati mengatakan media adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya.

Secara umum menurut Ger- lach media meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Dari berbagai pendapat tentang pengertian media di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan kita yang dapat digunakan sebagai pengantar atau perantara untuk menyampaikan informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan. media bukan hanya alat perantara seperti TV, radio, Slide, bahan cetakan, tetapi juga meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar serta juga dapat berupa kegiatan semacam diskusi, seminar,  karya  wisata,  simulasi,  dan  lain  sebagainya  yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa, atau untuk menambah keterampilan.

2. Pentingnya Media Pembelajaran

Mengajar dapat dipandang sebagai usaha yang dilakukan guru agar siswa belajar. Sedangkan yang dimaksud dengan belajar sendiri adalah proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman itu dapat berupa pengalaman langsung dan pengalaman tak langsung.  Pengalaman langsung adalah pengalaman yang diperoleh melalui aktivitas sendiri pada situasi yang sebenarnya. Semisal, agar siswa belajar bagaimana mengoperasikan komputer maka guru menyediakan komputer untuk digunakan oleh siswa, agar siswa meimiliki keterampilan mengendarai kendaraan, maka secara langsung guru membimbing siswa menggunakan kendaraan yang sebenarnya.

Pengalaman langsung seperti itu, tentu saja merupakan proses belajar yang sangat bermanfaat, sebab dengan mengalami secara langsung kemungkinan kesalahan persepsi akan dapat dihindari. Namun demikian, pada kenyataannya tidak semua bahan pelajaran dapat disajikan secara langsung. Untuk mempelajari bagaimana kehidupan hidup didasar laut, tidak mungkin guru membimbing siswa langsung menyelam ke dasar laut. Untuk memberikan pengalaman belajar seperti itu, guru memerlukan alat bantu seperti film, foto, dan lain sebagainya. Alat yang dapat membantu proses belajar ini yang dimaksud dengan media atau alat peraga pembelajaran.

3. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Berikut ini menurut Azhar Arsyad ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media.

  • Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secra umum mengacu pada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
  • Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip tau generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan grafik merlukan simbol yang berbeda dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu memerlukan proses dan keterampilan mental yang berbeda untuk memahaminya. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.
  • Praktis, luwes dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana atau sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu lama untuk meproduksinya bukanlah jaminan sebagai media yang terbaik. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan di manapun dan kapanpun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya serta mudah dipindahkan dan dibawa kemana -- mana.
  • Guru terampil dalam menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya.
  • Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan.
  • Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu.

  • Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
  • Pengertian Matematika

Menurut Russeffendi Matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisakn ke unsur yang di definisikan, ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil.

Sedangkan menurut Soedjadi hakikat matematika itu sendiri yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif.

Menurut Aristoteles Matematika sebagai salah satu dari tiga basar yang membagi dari ilmu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan fisik, matematika dan teologi.

Matematika didasarkan atas kenyataan yang dialami, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari eksperimen, observasi dan abstraksi. Matematika bersal dari kata yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata ini memiliki hubungan yang erat dengan kata sansekerta, medha atau widya yang memiliki arti kepandaian, ketahuan, atau intelegensi. Dlam bahasa Belanda, matematika disebut dengan kata wiskunde, yang berarti ilmu tentang belajar (hal ini sesuai dengan arti kata mathein pada matematika).

Matematika dapat diartikan sebagai angka-angka perhitungan yang merupakan bagian dari kehidupan manusia. Matematika membantu manusia dalam hal ilmu eksak berbagai ide dan kesimpulan. Matematika juga merupakan pengeahuan atau ilmu tentang logika dan masalah-masalah angka. Matematika membahas fakta-fakta dan hubungan, serta membahas problem ruang dan waktu.

B. Pembelajaran Matematika Menurut Karakteristik Siswa Sekolah Dasar (SD/MI)

Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Dimana mereka berada pada fase operasional kongkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah -- kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat kongkret Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek kongkret yang dapat ditangkap oleh panca indra.

Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase kongkret dapat melalui tahapan kongkret, semi kongkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak.

Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya.

C. Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui langkah- langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa. Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekaknkan pada konsep -- konsep matematika.

  • Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang kongkret dengan kosep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.
  • Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih mamahami suatu konsep matematika. pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.
  • Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.

Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan ketrampilan juga terdiri dari dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep diangap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, disemester atau kelas sebelumnya.

D. Perkalian Menggunakan Media Papan Perkalian

1. Perkalian

Menurut Romadhoni dalam tulisan bahwa Perkalian adalah penjumlahan berulang sebanyak bilangan yang dikalikan. Dalam jurnal Dayanti menuliskan pada prinsipnya perkalian sama dengan penjumlahan secara berulang. Oleh karena itu, kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum mepelajari perkalian adalah penguasaan penjumlahan. Perkalian merupakan topik yang sulit untuk dipahami sebagian siswa.

Contoh:

23 x 3 = 23 + 23 + 23 = 69

423 x 4 = 423 + 423 + 423 + 423 = 1692

2532 x 5 = 2532 + 2532 + 2532 + 2532 + 2532 = 12.660

2. Perkalian Menggunakan Media Papan Perkalian 

Media pembelajaran Papan Perkalian menyajikan cara berhitung perkalian angka satuang dengan ratusan, satuan dengan ratusan, satuan dengan ribuan yang sesuai dengan perkembangan kognitif siswa kelas 3 sekolah dasar, dimana pada tahap ini anak usia sekolah dasar masih berapa pada tahap operasional kongkret. Media papan perkalian merupakan media yang dikembangkan untuk membantu siswa dalam memahami konsep perkalian bagi siswa pemula. Media ini didesain sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada pada kelas 3.

Media papan perkalian ini berbentuk papan persegi Panjang yang disertai dengan lembaran papan/triplek seperti penggaris, dan tali perekat. Adapun papannya yang terbuat dari triplek atau sejenisnya dan lembarannya seperti pengaris yang terbuat dari triplek dan sejenisnya. Papan disini digunakan sebagai tempat lembaran triplek yang kecil seperti penggaris dan tali sebagai pengali bilangan ketika menghitung operasi perkalian.

Langkah-langkah membuat papan perkalian

  • Siapkan triplek atau benda sejenisnya ukuran 80 cm x 50 cm (sesuai kebutuhan)
  • Buatlah stik berbentuk penggaris dari triplek atau sejenisnya dengan ukuran 80 cm x 3 cm  (sesuai kebutuhan)
  • Warna merah 9 buah symbol ribuan
  • Warna biru 9 buah symbol ratusan
  • Warna hijau 9 buah symbol puluhan
  • Warna kuning 9 buah symbol puluhan
  • Tali perekat atau sejenisnya 9 buah warna putih sebagai symbol pngali (sesuai warna yang dinginkan)

Berikut ini gambaran tentang media papan perkalian.

Keterangan gambar

  • Triple putih sebagai tempat perkalian
  • Stik merah sebagai ribuan 9 buah
  • Stik biru sebagai ratusan 9 buah
  • Stik hijau sebagai puluhan 9 buah
  • Stik kuning sebagai satuan 9 buah
  • Tali perekat warna putih sebagai pengali 9 buah

 

Cara menghitung perkalian menggunakan papan perkalian:

Hitung hasil dari 2 5 3 2 x 5 = 12660

Langkah penyelesaian menggunakan Papan perkalian:

  • Siapkan 2 batang stik warna merah sebagai ribuan
  • Siapkan 5 batang stik warna biru sebagai ratusan
  • Siapkan 3 batang stik warna hijau sebagai puluhan
  • Siapkan 2 batang stik warna kuning sebagai satuan
  • Siapakan 5 tali perekat warna putih sebagai pengali
  • Letakkan semua stik secara vertikal berbaris
  • Setelah itu letakkan tali perekat warna putih secara horizontal di atas stik
  • Setelah itu hitung sesuai stik yang telah di kotak-kotakkan
  • Stik merah 10 kotak + 000 (ribuan) menjadi       10.000
  • Stik biru 25 kotak + 00 (ratusan) menjadi               2500
  • Stik hijau 15 kotak+ 0 (puluhan) menjadi                   150
  • Stik kuning 10 kotak (satuan) menadi                            10     +
  • Di jumlahkan                                                                     12660

screenshot-2023-11-17-215958-65578010ee794a155d73ad42.png
screenshot-2023-11-17-215958-65578010ee794a155d73ad42.png

E. Kerangka Berifikir

screenshot-2023-11-17-220118-65578052ee794a1a64069cf2.png
screenshot-2023-11-17-220118-65578052ee794a1a64069cf2.png

F. Hasil Pembelajaran Matematika di SD Negeri Malaka Jaya 11 Kelas 3

            Hasil dari pengenalan media pembelajaran papan perkalian terhadap siswa kelas 3 di SDN Malaka Jaya 11 sangat diterima  oleh para siswa, hal ini di buktikan dengan antusias mereka yang sangat tinggi untuk mencoba dan berbagi pengetahuan kepada sesama teman nya.

Media pembelajaran Papan Perkalian pada materi perkalian yang digunakan dalam proses pembelajaran terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 3 SD Negeri Malaka Jaya 11. Hal tersebut dapat dilihat dari free test yang menggunakan perkalian cara kebawah berurut di mana masih banyak siswa yang belum bisa memahami cara perkalian tersebut  sedangkan padaat menggunakan media Papan perkalian siswa begitu antusias dalam mengerjakan soal perkalian bahkan mereka berani mengerjakan perkalian  ke depan mengerjakan di papan tulis dengan menggunakan papan perkalian tersebut.  Dengan begitu menunjukkan bahwa benda kongkret bisa meningkatkan hasil belajar. Hal tersebut sesuai dengan teori perkembangan kognitif siswa Sekolah Dasar (SD) yang usianya berkisar antara 6 sampai 13 tahun, dimana mereka berada pada fase Operasional kongkre.

Dari kenyataan di atas terlihat bahwa cara berfikir anak kelas 3 SD Negeri Malaka Jaya 11 masih terbatas pada hal-hal yang ada hubungannya dengan sesuatu yang nyata atau kongkret. Ketika anak kelas III belajar menggunakan media Papan perkalian maka daya ingat dan daya tangkap mereka lebih kuat dibandingkan dengan daya ingat dan daya tangkap mereka yang belajar tanpa menggunakan media.

PENUTUP

Berdasarkan proses pengembangan dan hasil uji coba terakhir terhadap media pembelajaran Papan Perkalian materi perkalian pada siswa kelas 3 SD Negeri Malaka Jaya 11 ini dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Media pembelajaran Papan perkalian pada materi perkalian yang digunakan dalam observasi ini merupakan media pembelajaran berbentuk papan persegi yang dilengkapi dengan stiknya atau lembaran kecil triplek. Media Papan perkalian pada materi perkalian ini memberikan cara menghitung perkalian dengan mudah menggunakan stik merah, biru, hijau, kuning dan tali perekat warna putih yang kemudian pengguna dapat menghitung titik temu berwarna. Media ini memuat perkalian puluhan dengan puluhan, ratusan, ribuan saja. Di dalam media Papan perkalian ini juga dilengkapi dengan petunjuk penggunaan yang berisi tentang SK/KD, Indikator, tujuan, cara penggunaannya

2. Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang membutuhkan daya abstrak yang tinggi,sehingga masih banyak siswa yang merasa kesulitan mengikuti pelajaran ini,di tambah lagi cara mengajar guru yang monoton membuat siswa merasa jenuh,bahkan tidak bersemangat, berangkat dari situlah media papan perkalian ini di buat terutama untuk anak kelas 3 sekolah dasar yang baru mulai di ajarkan perkalian tingkat dasar maupun menengah.

DAFTAR PUSTAKA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun