Cerpen "Mak Ipah dan Bunga-Bunga" karya Intan Paramaditha yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sirih Kuning untuk Perempuan merupakan salah satu karya yang memperlihatkan eksplorasi kompleksitas kehidupan perempuan dalam struktur sosial patriarki. Cerpen ini mengangkat kisah seorang perempuan tua bernama Mak Ipah yang berjuang di tengah ketimpangan sosial, kekerasan, dan eksploitasi terhadap perempuan. Melalui lensa teori feminisme, cerpen ini dapat dibaca sebagai kritik terhadap konstruksi gender, eksploitasi tubuh perempuan, serta ketidakadilan yang dilembagakan oleh norma patriarki.
Feminisme merupakan kesadaran terhadap ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempun, baik dalam keluarga maupun masyarakat.Feminisme adalah teori yang membahas tentang permasalahan hak antara laki-laki dan perempuan disegala bidang. Penyebab ini dikarenakan perempuan selalu mengalami ketimpangan gender. Feminisme berupaya untuk mengakhiri dominasi laki-laki dengan cara menghancurkan struktur budaya, segala hukum dan aturan-aturan yang menempatkan perempuan sebagai korban yang tidak tampak dan tidak berharga. Jadi, tujuan feminisme adalah untuk keseimbangan, interelasi gender. Pengertian yang paling luas, feminisme adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang di marginalisasikan, di subordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya. Kajian feminisme dianggap sebagai suatu bentuk politik yang bertujuan untuk mengintervensi dan mengubah hubungan kekuasaan yang tidak setara antara lelaki dan perempuan, definisi tersebut disampaikan oleh Hollows (2010:3), Menurut Wolf (dalam Sofia, 2009:13) berpendapat bahwa feminisme sebagai teori yang mengungkapkan harga diri pribadi dan harga diri semua perempuan. Oleh sabeb itu, feminisme sebagai jembatan untuk menegakkan persamaan hak perempuan dengan hak laki-laki.
Cerpen "Mak Ipah dan Bunga-bunga" karya Intan Paramaditha yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sihir Perempuan menggambarkan kisah tentang kehidupan perempuan yang penuh dengan tekanan dan perjuangan. Cerpen ini memusatkan pada kehidupan seorang perempuan bernama Mak Ipah yang tinggal di sebuah desa dan menghadapi berbagai persoalan yang berhubungan dengan peran gender dan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan. Tema besar cerpen ini adalah tentang perjuangan perempuan dalam menghadapi kodrat sosial yang membelenggu mereka.
Cerpen ini dimulai dengan penggambaran kehidupan Mak Ipah, seorang perempuan yang tampaknya sederhana dan tabah dalam menjalani hidupnya. Dia dikenal oleh warga desa sebagai seorang ibu yang penyayang, namun di balik penampilannya yang tenang, ada banyak pergulatan batin yang harus dia hadapi. Mak Ipah memiliki dua anak perempuan yang mulai menginjak dewasa. Keberadaan mereka menjadi simbol perjuangan perempuan yang ingin memiliki suara dan kebebasan di dalam ruang domestik yang dikuasai oleh kekuasaan patriarki.
Cerpen ini sangat kental dengan kritik terhadap posisi perempuan dalam struktur sosial yang patriarkal. Dalam masyarakat tempat Mak Ipah tinggal, peran perempuan terdefinisikan secara ketat, dan perempuan sering kali diposisikan sebagai pihak yang harus mendukung dan melayani kebutuhan lelaki, baik itu suami, ayah, maupun anak laki-laki. Meskipun demikian, Mak Ipah sebagai ibu menunjukkan kedalaman karakter yang melampaui batasan tersebut.
Salah satu elemen yang sangat menarik dalam cerpen ini adalah bunga-bunga yang menjadi simbol penting. Bunga-bunga bukan hanya sebuah hiasan, tetapi juga memiliki makna yang dalam dalam konteks kehidupan perempuan. Bunga-bunga menggambarkan kecantikan dan kelembutan perempuan, tetapi juga menjadi simbol dari penindasan dan pembatasan. Bunga-bunga yang dihadirkan dalam cerpen ini seolah mencerminkan harapan dan impian yang ingin dicapai oleh Mak Ipah, namun ia juga merupakan representasi dari situasi di mana harapan-harapan itu sering kali terpendam oleh norma sosial yang mengekang perempuan.
Kajian feminisme dalam cerpen ini bisa dilihat dari berbagai sisi. Pertama, ada dimensi kelas sosial dan ekonomi yang menjadi latar belakang penting dalam memandang peran perempuan. Mak Ipah hidup di desa yang jaraknya cukup jauh dari pusat kota. Ini menciptakan kesenjangan dalam akses terhadap pendidikan dan sumber daya. Perempuan di desa sering kali tidak mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki, baik dalam hal pendidikan maupun pekerjaan. Cerpen ini menyoroti bagaimana ketidaksetaraan ekonomi dan sosial memperburuk posisi perempuan, yang cenderung terjebak dalam rutinitas sehari-hari yang terbatas.
Dalam kaitannya dengan teori feminisme, cerpen ini juga dapat dianalisis melalui lensa teori patriarki. Masyarakat patriarkal yang digambarkan dalam cerpen ini memandang perempuan sebagai objek yang tidak memiliki banyak pilihan hidup. Mereka dipaksa untuk mengikuti peran tradisional sebagai ibu rumah tangga dan istri, dengan sedikit kesempatan untuk mengembangkan diri mereka di luar peran tersebut. Mak Ipah, meskipun seorang ibu yang penuh kasih, sebenarnya terkekang oleh batasan sosial yang ada. Ia tidak memiliki kebebasan untuk memilih jalan hidupnya sendiri, apalagi jika dibandingkan dengan anak-anak laki-lakinya yang lebih bebas.
Melalui penggambaran karakter Mak Ipah, Intan Paramaditha juga ingin menunjukkan bagaimana perempuan sering kali terjebak dalam pengorbanan tanpa akhir. Mak Ipah memiliki cinta yang besar untuk keluarganya, tetapi di sisi lain, ada pengorbanan yang tidak terlihat, yang ia lakukan demi kelangsungan hidup keluarganya. Pengorbanan ini tidak jarang membuatnya merasa terasing dari dirinya sendiri. Hal ini menggarisbawahi betapa kuatnya beban sosial yang dipikul oleh perempuan, yang sering kali harus menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan diri mereka sendiri.
Selain itu, cerpen ini juga menyentuh aspek pemberdayaan perempuan. Meskipun Mak Ipah hidup dalam lingkungan yang membatasi ruang geraknya, cerpen ini mengisyaratkan adanya ruang untuk perubahan, baik dalam diri perempuan itu sendiri maupun dalam masyarakat yang lebih luas. Dalam cerita ini, meskipun Mak Ipah terjebak dalam siklus kehidupan yang penuh tantangan, ada harapan bahwa perempuan bisa mulai menemukan kekuatan untuk mengubah nasib mereka. Bunga-bunga dalam cerpen ini bisa diartikan sebagai simbol dari potensi perempuan untuk mekar dan tumbuh, meskipun dalam kondisi yang tampaknya tidak menguntungkan.
Secara keseluruhan, cerpen "Mak Ipah dan Bunga-bunga" adalah karya yang kuat dalam menggambarkan ketidakadilan sosial yang dihadapi oleh perempuan, khususnya dalam konteks masyarakat patriarkal. Melalui tokoh Mak Ipah, Intan Paramaditha berhasil mengungkapkan pergulatan batin seorang perempuan yang terjepit di antara kewajiban sosial dan impian pribadinya. Cerpen ini menunjukkan bahwa meskipun perempuan sering kali terjebak dalam norma sosial yang membatasi, ada potensi untuk perubahan dan kebebasan yang bisa dicapai melalui perjuangan dan pemberdayaan diri.