Mohon tunggu...
Erson Bani
Erson Bani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis buku "Lara Jasad" (2023), "Melayat Mimpi" (2023), Senandika dari Ujung Negeri: Kumpulan Opini dan Esai tentang Pendidikan, Sosial, Budaya, dan Agama (2024)

Hanya ingin mengabadikan kisah lewat aksara

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Badarawuhi: Ekspektasi Penonton dan Mitos Film Horor Berpart Indonesia

13 April 2024   16:15 Diperbarui: 13 April 2024   16:19 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Instagram MD Pictures official

Selama masa covid-19 penggunaan media sosial di Indonesia meningkat. Banyak versi tentang KKN di Desa Penari yang tersebar di media sosial. Hal ini memikat pecinta horor Indonesia sehingga ketika film KKN di Desa Penari ditayangkan, banyak orang ingin tahu cerita yang sebenarnya itu seperti apa. Banyak komentar positif yang memuji film tersebut. Beberapa komentar tersebut bisa membangkitkan semangat orang untuk menonton kisahnya.

Selain itu, ada sisi negatif dari media sosial yang muncul dari kolom komentar. Ada orang yang memang sudah menonton dan memberikan ratting. Meskipun hanya beberapa kalimat saja yang dituliskan, komentar tersebut sangat berpengaruh. Misalanya film yang diberi ratting rendah akan menghilangkan minat orang yang ingin menonton. Jika komentar tersebut berasal dari mereka yang telah menonton tentu bukan menjadi masalah. Namun, ada yang mungkin hanya sekedar memberikan komentar yang buruk. Setiap orang tidak pernah tahu apakah orang tersebut sudah menonton atau hanya sekedar untuk berkomentar yang tidak bagus tentang film tersebut. Hal inilah yang terjadi pada akun media sosial (Instagram) Badarawuhi di Desa Penari. Pada hari pertama tayang (11/4/2024) ada 344.507 yang sudah penonton. Ada beragam komentar yang disampaikan tentang film tersebut.

Setiap orang perlu untuk cerdik dalam bermedia sosial khususnya dalam memberikan komentar. Semua orang memang bebas berpendapat tetapi perlu mempertatikan konteksnya. Ada sifat manusia yang tidak peduli dengan komentar tersebut dan tetap nonton tetapi ada beberapa orang yang mudah terpengaruh meskipun awalnya dia ingin sekali untuk menonton. Namun, perasaan suka dan tidaknya terhadap sebuah karya merupakan penilaian yang sangat subjektif. Semua kembali kepada pribadi setiap orang apakah mudah percaya atau membuktikan sendiri karena penilaian berasal dari rasa suka dan tidak dan merupakan penilaian yang subjektif.

Bukan tidak mungkin ketiga hal ini sangat berpengaruh untuk film berpart Indonesia. Inilah 3 tantangan yang dihadapi dalam dunia perfilman terutama yang terjadi pada film Badarawuhi di Desa Penari. Apakah film ini akan mengikuti jejak film horor yang dibagi dalam beberapa bagian yang telah ditayangkan di Indonesia? Selamat menyaksikan dan cerdiklah dalam bermedia sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun