Mohon tunggu...
Erson Bani
Erson Bani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis buku "Lara Jasad" (2023) & "Melayat Mimpi" (2023)

Hanya ingin mengabadikan kisah lewat aksara

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Maraknya Kasus Bullying, Tanggung Jawab Sekolah?

2 Mei 2023   15:12 Diperbarui: 6 Mei 2023   11:49 2371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bullying (Sumber: shutterstock)

Banyaknya interaksi antara anak dan orang tua akan memberikan ruangan bagi anak untuk berbagi kisahnya. Begitupun sebaliknya orang tua bertanya kepada anak tentang apa yang terjadi di sekolah. Dialog bisa terjadi jika ada ruang atau waktu yang cukup untuk bersama. Kesibukan dunia kerja dan kurangnya dialog akan sangat mempengaruhi kepribadian anak.

Rata-rata di daerah perkotaan anak akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman sebaya. Bahkan orang tua akan mempercayakan anaknya kepada orang lain. 

Selain itu, anak diberikan kebebasan yang besar untuk melakukan apapun. Pergaulan yang menggunakan bahasa dan tindakan yang di luar kendali orang tua akan sangat mungkin terjadi.

Sumber gambar: Liputan6.com
Sumber gambar: Liputan6.com

Ada orang tua yang bahkan tidak tahu apa yang terjadi pada anak waktu di sekolah. Orang tua sepenuhnya percaya kepada sekolah untuk bisa membimbing anak menjadi lebih baik. Namun, satu hal yang mungkin kurang disadari oleh orang tua bahwa sekolah hanya memiliki waktu sekurang-kurangnya 7 jam. Anak memiliki banyak waktu di rumah. Semua kegiatan yang terjadi setelah selesai jam sekolah adalah tanggung jawab orang tua.

Hal ini sedikit berbeda kehidupan keluarga di daerah pedesaan. Sangat jarang terdengar kasus pembulian yang terjadi pada anak-anak di daerah pedesaan. Atau mungkin ada yang beranggapan bahwa kasus bullying sering terjadi di daerah pedesaan namun tidak diliput media. 

Ada benarnya juga, asumsi seperti ini, namun berkaca dari kasus bunuh diri atau hilangnya kemauan untuk sekolah yang dilakukan oleh korban, kebanyakan terjadi di daerah perkotaan. Ada beberapa kasus bullying yang berujung pada kematian. Sopan santun dalam berbicara turut menjadi faktor pendukung terjadi dan tidaknya kasus bullying.

Alasan lain mengapa lingkungan di perkotaan sangat mungkin terjadinya bullying adalah kebebasan anak dalam menggunakan media sosial. 

Dalam keluarga, apabila anak jarang berinteraksi dengan orang tua akan lebih memilih untuk berinteraksi dalam dunia maya. 

Kurangnya pengawasan akan sangat mungkin bagi anak untuk mengakses apapun yang ia mau. Salah satunya adalah adanya percakapan yang menjuruskan ke arah pembulian akan dengan mudah diserap oleh anak. Tidak salah apabila anak diberi kebebasan untuk menggunakan gadget. Namun, orang tua perlu mengawasinya apalagi bagi anak yang masih butuh pendampingan.

Sebagai lembaga yang resmi dalam urusan pendidikan, sekolah memang mempunyai tanggung jawab membina karakter siswa. Tidak salah jika sekolah harus menerima berbagai "serangan" tentang masalah pem-bully-an. Namun, perlu diingatkan bahwa orang tua juga turut ambil bagian dalam pembinaan karakter. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun