Mohon tunggu...
Erson Bani
Erson Bani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis buku "Lara Jasad" (2023) & "Melayat Mimpi" (2023)

Hanya ingin mengabadikan kisah lewat aksara

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pentingnya Menjaga Alam menurut Ensiklik "Laudato Si"

14 Februari 2023   09:29 Diperbarui: 14 Februari 2023   09:37 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: JPIC-OFM Indonesia

Pada tanggal 8 September 2019, Paus Fransiskus mengadakan kunjungan ke Kota Antananarivo, Madagaskar. Dalam kunjunagnnya ini, ia kembali mengingatkan mereka yang menghadiri misa dengan apa yang tercantum dalam Ensiklik Laudato Si'. Ia ingin semua orang membangun sejarah melalui persaudaraan dan solidaritas dan menjaga alam ini dari segala bentuk ekploitasi. Paus menyinggung bahwa 60 tahun terakhir, Madagaskar telah kehilangan 44 persen hutan. Ia juga menyinggung mengenai perlawanan terhadap tidakan korupsi. Tindakan semacam ini juga yang menyebabkan ketidakadilan dalam masyarakat sehingga rakyat kecil menjadi semakin miskin dan orang-orang kaya akan semakin kaya.

Masih dalam sebuah keprihatinan yang sama yang terjadi di Brasil, Amazon. Keadaan hutan Amazon menjadi salah satu bukti bahwa bumi ini sudah seharusnya dirawat dengan serius. Dalam sebuah artikel dalam sebuah majalah berjudul "Kiamat Sejati" Amazon, menampilakan situasi saat ini hutan Amazon. Ketika melihat situasi ini, Mgr. Erwin Krautler mengatakan bahwa kebakaran hutan di Amazon bisa digambarkan sebagai sebuah "kiamat sejati". Paus Fransiskus juga telah berusaha untuk memperjuangkan hubungan yang harmonis dengan alam dan semuanya itu demi generasi masa depan.

Berdasarkan beberapa persoalan yang masih aktual, dapat dikatakan bahwa persoalan kerusakan lingkungan hidup adalah hal yang serius dan butuh perhatian yang lebih. Ini semua tentu tidak terlepas dari pandangan setiap orang tentang dmpak jangaka panjang yang akan dialami generasi mendatang. Membaca Ensiklik Laudato Si', dapat membantu untuk memahami apa yang dimaksudkan dengan lingkungan hidup dan melihat betapa besar perhatian Gereja terhadap alam semesta. Selain itu, seseorang dapat mengetahui alasan mengapa Gereja begitu serius menanggapi persoalan ini dan bagaimana cara menghindari terjadinya bahaya akibat tindakan-tindakan manusia.

Mengapa lingkungan perlu dilestarikan?

Lingkungan hidup adalah keseluruhan karya tangan Allah yang hidup bersama dan saling membutuhkan satu sama lain dalam menjalani kehidupan. Lingkungan hidup mengacu pada relasi khusus antara alam dan manusia. Relasi yang dimaksudkan lebih menekankan unsur persaudaraan, keharmornisan.

Setelah Allah menciptakan manusia, Ia mengatakan bahwa semuanya itu sungguh amat baik (Kej, 1:31). Frasa ini sangat berbeda dengan apa yang Ia katakan sebelumnya. Sungguh amat baik apabila manusia hidup sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Allah dan binatang-binatang pun harus demikian. Pada saat itu juga, Allah memberikan perintah kepada manusia agar dapat menguasai alam semesta. Kata menguasai bukan berarti menjadikan manusia sebagai tuan atas segala ciptaan tetapi sebagai saudara yang saling membutuhkan.

Selain sebagai makluk sosial, manusia juga adalah makluk ekologi. Arah tujuan kehidupan manusia tidak hanya kepada sesama manusia tetapi juga berhubungan dengan alam. Ketika manusia melupakan atau bahkan menghancurkan alam maka manusia tidak akan bisa bertahan lama. Jika kita bertanya apa buktinya bahwa kehidupan manusia juga bergantung pada alam? Bukan sebuah hal yang baru yang mengatakan bahwa O2 yang dihirup oleh manusia adalah hasil fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan. Jika semua tumbuhan mengalami polusi dan zat hijau daun tidak dapat memproduksi O2 maka manusia tidak akan mendapatkan udara yang layak untuk kesehatannya. Inilah alasan mengapa asap yang ditimbulkan oleh perusahan pabrik, pembakaran hutan, pembakaran sampah, asap kendaraan bermotor sering dikhawatirkan.

Begitupun dengan keadaan tanah. Jika tanah sudah tercemar dengan zat-zat kimia maka kadar humus tanah semakin berkurang. Ini akan berdampak pada kebutuhan pokok manusia untuk memperoleh makanan. Hal ini juga berkaitan dengan kehidupan ekonomi.

Keraguan yang sering menjadi topik pembicaraan adalah bagaimana dengan generasi yang akan datang atau keadilan antargenerasi Jika manusia yang hidup pada saat ini mengembang sikap konsumeristik, secara tidak sadar sikap ini akan merebut apa yang sebenarnya bisa dirasakan oleh generasi setelahnya.

Pelestarian Lingkungan dalam Ensiklik Laudato Si'

Sejak awal mula, manusia sudah ditakdirkan untuk hidup bersama dengan alam. Kemarmonisan menjadi harapan dalam menjalani hidup bersama. Namun, hal tidak selamanya sesuai ekspektasi. Saat itulah banyak orang mulai bertanya, mengapa demikian? Semuanya tak pernah terlepas dari apa yang disebut sebagai keinginan manusia untuk menguasai dengan tidak memandang alam sebagai saudara tetapi sebagai alat atau sarana pemuas kebutuhan. Pandangan seperti ini akan membahayakan alam jika setiap orang tidak mampu menemukan jalan keluar agar dapat mengatasi masalah ini. Bahkan tidak hanya alam yang akan mendapatkan kerusakan tetapi juga generasi mendatang juga akan menerima hasil keserakahan manusia saat ini.

Maka dari itu dalam Ensiklik Laudato Si', Paus Fransisikus menyerukan beberapa hal yang harus dilakukan agar dapat melestarikan lingkungan hidup. Pertama, mengikuti apa yang telah disepakati dalam Konvensi Basel tentang Pengawasan Perpindahan Lintas Batas Limbah Berbahaya, Konvensi tentang "Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar yang Terancam Punah". Berkaitan dengan ini juga Paus Benediktus XVI mengatakan bahwa untuk mengatur ekonomi global, untuk menghidupkan kembali ekonomi-ekonomi yang dilanda krisis, dan untuk mencegah krisis itu menjadi lebih parah dan terjadi ketimpangan yang makin besar, untuk mencapai gencatan senjata yang utuh dan tepat waktu, untuk mencapai ketahanan pangan dan perdamaian, untuk menjamin perlindungan lingkungan, dan untuk mengatur arus migrasi, untuk semuanya itu sudah mendesak mendirikan sebuah otoritas politik dunia yang benar, seperti yang sudah digariskan oleh pendahulu saya Santo Yohanes XXIII.

Kedua, mengadakan dialog yang bertujuan untuk kebijakan baru nasional dan lokal. Dalam hal ini yang ditekankan adalah pentingnya hukum demi kesejahteraan umum sebagai pedoman. Sangat dibutuhkan perjanjian-perjanjian internasional yang dapat ditegakkan, karena pemerintah-pemerintah lokal terlalu lemah untuk mengadakan intervensi secara efektif. Ini semua dilakukan untuk membatasi keinginan (desire) manusia untuk korupsi yang hanya mementingkan diri sendiri. Masyarakat, melalui organisasi non-pemerintah dan asosiasi perantara, harus memaksa pemerintah untuk mengembangkan peraturan, prosedur, dan kontrol yang lebih ketat. Ada juga beberapa hal yang harus dilakukan pada tingkat nasional dan lokal yakni mendorong bentuk-bentuk penghematan energi, memanajemen transportasi yang baik dan membangun atau memperbaiki gedung-gedung dengan cara mengurangi konsumsi energi dan tingkat polusi.

Ketiga, melakukan dialog yang terbuka dalam pengambilan keputusan. Ini berkaitan dengan status sosial dalam masyarakat. Korupsi menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan. Orang yang kaya akan semakin kaya dengan terus memeras alam untuk kepentingan diri sendiri. Situasi ini membutuhkan keterbukaan dalam berdialog dan memberikan keputusan yang adil sehingga tidak merugikan orang-orang kecil. Paus Benediktus XVI juga menyinggung mengenai hal ini. Ia megatakan bahwa masyarakat berteknologi maju harus bersedia memilih hidup yang lebih ugahari sehingga mengurangi penggunaan energi.

Ada satu hal yang menarik berkaitan dengan cara pelestarian lingkungan yakni memperhatikan cara hidup manusia dan cara pandang manusia terhadap alam. Dikatakan bahwa pelestarian lingkungan dapat dilakukan melalui cara-cara yang sederhana seperti menghindari penggunaan plastik dan kertas, mengurangi penggunaan air, pemilahan sampah, memasak secukupnya saja untuk kita makan, memperlakukan makhluk hidup lain dengan baik, menggunakan transportasi umum atau satu kendaraan bersama dengan beberapa orang lain, menanam pohon, mematikan lampu yang tidak perlu. Semuanya itu adalah bagian dari suatu kreativitas yang layak dan murah hati, yang mengungkapkan hal terbaik dari manusia. Menggunakan kembali sesuatu daripada segera membuangnya.

Kebiasaan seperti ini adalah sebuah cara yang baik agar dapat menyelamatkan bumi ini. Cara yang baik ini dapat dilakukan oleh setiap orang baik di sekolah, di rumah dan lingkungan masyarakat. Jika setiap pribadi tetap melakukan kebiasaan yang baik ini, maka generasi sekarang sedang menerapkan sikap saling berbagi dan mempersiapkan sesuatu yang baik untuk generasi yang akan datang

Beberapa istilah penting dalam Laudato Si'

Berikut ini adalah beberapa istilah yang terdapat dalam Ensiklik Laudato Si':

  • Individualisme: suatu sikap yang hanya mementingkan diri sendiri.
  • Konsumerisme: suatu sikap manusia yang hanya memandang hidupnya sebagai pengguna.
  • Asketisisme: sebuah sikap matiraga, askese, pantang. Ini dihubungkan dengan sikap saling berbagi dan mengurangi sikap egois.
  • Deforestasi: proses penghilangan hutan dengan cara penebangan untuk diambil kayunya baik yang disengaja ataupun yang alami.
  • Degradasi lingkungan: proses dimana kondisi lingkungan hidup berubah akibat tindakan manusia terhadap lahan yang dilakukan dengan cara membakar ndakan ini bersifat merusak lingkungan.
  • Prinsip subsidaritas: prinsip yang menekankan pentingnya kesejateraan umum dimana komunitas yang lebih tinggi tidak boleh mengambil alih tugas dari komunitas yang rendah.
  • Pertobatan ekologi: sebuah pembalikan sikap manusia yang awalnya hanya mementingkan diri sendiri menjadi pribadi yang peka terhadap keadaan lingkungan.
  • Keadilan distributif: keadilan dalam hal distribusi atau penyaluran.
  • Antroposentrisme: sebuah sikap yang memandang manusia sebagai pusat segalanya dan segala sesuatu hanya sebagai alat.
  • Utang ekologis: tanggung jawab yang harus dilakukan atau dibayar oleh setiap orang kepada lingkungan hidup agar dapat terciptanya relasi atau interaksi antara makhluk hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun