Pendidikan adalah metode yang dinamis dan kaya akan pembangunan untuk mendorong pemberdayaan manusia. Akibatnya, kemajuan atau modifikasi dalam pendidikan harus sejalan dengan perubahan norma-norma masyarakat untuk mengantisipasi kepentingan masa depan, pendidikan perbaikan di semua tingkatan harus terus dilakukan. Hal ini diperlukan karena pendidikan yang mendorong perkembangan masa depan adalah pendidikan yang dapat membantu siswa mencapai potensi maksimalnya sehingga siswa serta masyarakat yang terlibat dapat menghadapi dan menyelesaikan permasalahan (Jenri, 2023). Bagi siswa, pendidikan sangatlah penting karena membekali mereka dengan pengetahuan dan kemampuan yang mereka perlukan untuk sukses di masa depan. Pendidikan juga menumbuhkan kreativitas, pemikiran kritis, dan kemampuan menyesuaikan diri dengan dunia yang berubah dengan cepat. Siswa dapat mewujudkan tujuan mereka dan menciptakan masa depan yang lebih baik dengan pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, pembentukan kurikulum juga menjadi faktor penting dalam berjalannya pendidikan, kurikulum harus mengikuti perkembangan zaman dari masa ke masa supaya menyesuaikan teknologi dan kebutuhan siswa.
Kurikulum yang saat ini digunakan adalah kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka diterapkan bersamaan dengan program Merdeka Belajar sejak tahun 2020 yang memiliki upaya untuk pemulihan dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dan sumber daya pendidikan. Sistem pendidikan di Indonesia diharapkan menjadi lebih baik setelah diterapkan program kurikulum merdeka belajar karena program ini sudah memiliki fokusnya masing-masing serta mengutamakan proses pembelajaran yang sesuai dengan minat dan bakat peserta didik. Program ini juga bertujuan untuk memerdekakan peserta didik dalam belajar yang dimana peserta didik memiliki hak dalam memilih kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya. Selain itu, peserta didik juga memiliki hak bebas berpendapat sehingga kurikulum merdeka menciptakan ruang belajar yang menyenangkan dengan proses belajar yang sama rata. Menurut Ahmad Teguh, konsep pembelajaran yang mendukung sesuai minat dan bakat masing-masing peserta didik telah diterapkan sejak lama. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui karakteristik peserta didik baik itu gaya belajarnya maupun minat dan bakatnya. Guru dapat berkreasi dengan melakukan modifikasi minimal dari sisi konten, proses dan penilaian berupa produk yang dihasilkan (Purba et al., 2021). Saat ini, guru memainkan peran penting dalam membantu siswa mengembangkan karakter mora dan keterampilan hidup mereka selain mengajarkan konten akademis. Guru juga membantu siswa dalam menyesuaikan diri dengan perubahan cepat dalam lanskap pendidikan dan teknologi. Selain itu, guru berperan sebagai inspirasi bagi siswa, mendorong mereka untuk mewujudkan potensi mereka sepenuhnya. Sejalan dengan pendapat (Devi Kurnia, 2022) menyatakan bahwa guru merupakan salah satu faktor terpenting dalam keberhasilan kegiatan pembelajaran. Menurut konsep Ki Hajar Dewantara, peran guru adalah membantu anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya guna mencapai keselamatan dan kesenangan. Kurikulum saat ini sangat bermanfaat karena mengajarkan siswa berpikir kritis dan keterampilan digital yang penting dalam lingkungan saat ini. Nilai-nilai penting dan kecakapan hidup juga diajarkan dalam kurikulum ini untuk membantu siswa menghadapi hambatan di masa depan. Siswa lebih siap untuk menangani tempat kerja yang terus berubah mengikuti perkembangan zaman dari masa ke masa. Kurikulum saat ini, akhirnya mengimplementasikan konsep pembelajaran yang mampu memenuhi kebutuhan siswa untuk belajar, pembelajaran yang menyesuaikan dengan gaya belajar ataupun kemampuan awal siswa, pembelajaran berdiferensiasi sangat cocok untuk diterapkan pada saat ini.
Konsep pembelajaran berdiferensiasi adalah konsep yang cocok diterapkan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik selama kegiatan pembelajaran. Charles A. Tomlinson menyatakan bahwa perbedaan individu diantara setiap siswa dalam bukunya, How to Differentiate on different instruction. Guru menekankan pembelajaran, minat, dan keinginan siswa ketika menyajikan konten dalam pembelajaran yang beragam. Guru juga dapat mengubah strategi pembelajaran siswa, tujuan pembelajaran, prosedur, dan hasil atau produk. Guru dapat mengajar siswa berdasarkan tipe karakter masing-masing dengan menggunakan pengajaran yang berbeda seperti yang dijelaskan di atas. Sekolah dapat menggunakan teknik pembelajaran yang berbeda untuk memberikan kebebasan belajar kepada siswa karena mereka tidak harus mahir dalam setiap mata pelajaran, sebaliknya, mereka dapat menemukan diri mereka sendiri berdasarkan keterampilan masing-masing. Oleh karena itu, menjadi seorang guru memerlukan kompetensi pedagogik yang kuat. Karena guru yang unggul menentukan hasil belajar yang berkualitas (Pradina et al., 2021).
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi ini membantu minat dan bakat peserta didik dapat dikembangkan secara optimal sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas merdeka belajar guru perlu meningkatkan kualitas dirinya sendiri dengan mengikuti program yang membantunya dalam pembentukan menjadi pribadi yang memiliki integritas dan profesional serta menjadi fasilitator yang baik bagi peserta didik, contohnya seperti mengikuti program PPG. Berikut tujuan pembelajaran berdiferensiasi menurut Ahmad Teguh:
1. Memenuhi kebutuhan individual peserta didik
2. Meningkatkan pencapaian peserta didik
3. Meningkatkan motivasi dan minat belajar peserta didik
4. Mengembangkan keterampilan sosial dan kolaboratif
5. Meningkatkan self-esteem
6. Meningkatkan keterlibatan siswa
Selain itu, Ada empat (4) komponen pembelajaran berdiferensiasi, yaitu: isi, proses, produk, dan lingkungan belajar. Isi meliputi apa yang dipelajari siswa, Proses, yakni bagaimana siswa mengolah ide dan informasi, Produk, bagaimana siswa menunjukkan apa yang telah dipelajari, dan Lingkungan Belajar, bagaimana cara siswa bekerja dan merasa dalam pembelajaran. Jika membahas pembelajaran berdiferensiasi itu diperlukan maka keanekaragaman peserta didik sangat jelas dan tidak menutup kemungkinan hadirnya peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus. Setiap sekolah negeri sudah menerapkan sistem zonasi kembali yang berarti keanekaragaman peserta didik akan semakin terlihat. Tidak menghapus kemungkinan tiap sekolah pun menerima beberapa peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus tetapi masih di bawah tingkatannya. Oleh karena itu, penerapan pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus juga dibutuhkan supaya peserta didik tetap mendapatkan pembelajaran yang rata dan sesuai. Guru sebaiknya juga menerima pelatihan dalam penanganan belajar khusus peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus. Sesuai dengan peraturan pendidikan inklusi yang termuat dalam PP nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 41 ayat 1 berbunyi "Setiap satuan pendidikan yang melaksanakan pendidikan inklusi harus memiliki tenaga kependidikan yang mempunyai kompetensi menyelenggarakan pembelajaran bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus". Pendidikan inklusi bukan berarti hanya untuk peserta didik yang memiliki kekurangan tetapi pendidikan bagi semua peserta didik yang memang membutuhkan penerapan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Berikut beberapa prinsip pembelajaran berdiferensiasi menurut Marlina, antara lain:
1. Asesmen yang berkesinambungan dalam pembelajaran. Guru secara terus menerus mengumpulkan informasi tentang bagaimana siswa belajar sehingga dapat menyusun rencana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
 2. Guru menjamin proses pembelajaran yang mengakui keberadaan semua siswa. Siswa dibelajarkan berdasarkan kesamaan minat, merangkul semua siswa. Guru memandang semua tugas siswa berharga dan bermanfaat.
3. Pengelompokkan siswa secara fleksibel. Guru merancang pembelajaran yang memungkinkan semua siswa bekerjasama dengan berbagai teman sebaya pada waktu tertentu. Siswa juga bekerja dengan teman sebaya yang memiliki tingkat kesiapan sama dan berbeda dengan dirinya. Siswa juga bekerja dengan teman sebaya yang sama minatnya, kadang dengan teman sebaya yang berbeda minatnya.
4. Adanya kolaborasi dan koordinasi yang terus menerus antara guru kelas/ guru bidang studi dengan guru pendidik khusus.
5. Guru dan siswa bekerja bersama membangun komitmen untuk mewujudkan hasil belajar yang diharapkan.
6. Penggunaan waktu yang fleksibel dalam merespon proses dan hasil belajar siswa.
7. Strategi pembelajaran yang bervariasi, seperti pusat belajar, pusat pengembangan
bakat dan minat, pusat olahraga, pembelajaran tutor sebaya, dan sebagainya.
8. Siswa dinilai dengan berbagai cara sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
setiap siswa.
Hal-hal di ataslah yang menyebabkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi ini menjadi
model pembelajaran yang penting, khususnya untuk siswa-siswa inklusi. Menurut Direktorat PLB dalam Budiyanto (2017), pendidikan inklusi adalah pengajaran yang memungkinkan siswa berkebutuhan khusus untuk mengikuti kelas bersama siswa lain di sekolah umum untuk menumbuhkan lingkungan belajar yang positif. Ada tiga tipe anak berkebutuhan khusus menurut Budiyanto (2017). Hal ini mencakup anak-anak yang kekurangan gizi, anak-anak yang latar belakangnya menyebabkan mereka menghadapi tantangan berupa kemiskinan atau masalah mobilitas yang mempengaruhi pendengaran, penglihatan, kemampuan kognitif, dan emosi, serta kombinasi dari variabel-variabel tersebut. Agar anak berkebutuhan khusus dapat mencapai potensi maksimalnya, diperlukan pengasuhan dan metode khusus. Hal ini untuk menjamin bahwa masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk belajar dan terlibat dalam masyarakat, pendidikan inklusi sangatlah penting. Anak-anak berkebutuhan khusus dapat mengalami kemajuan yang signifikan jika mereka menerima bantuan yang tepat. Sejalan dengan pendapat (Sirojuddin, 2020) bahwa Anak Berkebutuhan Khusus atau ABK adalah anak yang memang memiliki perbedaan signifikan diantara anak-anak pada umumnya.
Membuat kemungkinkan untuk setiap siswa belajar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya masing-masing, pembelajaran yang berdiferensiasi sangat penting bagi anak berkebutuhan khusus. Melalui proses belajar yang telah menggunakan pendekatan sesuai dengan kebutuhannya, anak-anak ini dapat belajar lebih banyak dan mencapai potensi terbesar mereka. Selain itu, pengajaran yang berbeda mendorong keberagaman di kelas dan membantu menciptakan suasana inklusif. Sejalan dengan pendapat (Sabila, 2024) bahwa metode pengajaran dan sumber daya pendidikan yang lebih beragam diperlukan pada siswa inklusi. Hal ini disebabkan pendidik harus mampu mengakomodasi kebutuhan belajar siswa reguler dan inklusi. Meskipun terdapat tantangan belajar yang dihadapi, siswa ABK harus mampu menyerap informasi yang diberikan oleh guru sebagaimana siswa lainnya.
DAFTAR RUJUKAN
Ambarita, J., Solada P. (2023). Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi. Indramayu: Penerbit Adab.
Dr. Budiyanto, M. Pd. (2017). Pengantar Pendidikan Inklusif.