Mohon tunggu...
Ershad Junus Amin
Ershad Junus Amin Mohon Tunggu... -

Nama: Ershad Junus Amin TTL: Wonosobo, 19 April 1988 Status: Mahasiswa S1 Nanyang Technological University Jurusan/Spesialisasi: Electrical and Electronic Enginnering specialized in Communication Engineering

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

RI 1, Inspirasi, dan Harapan

20 Maret 2010   23:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:17 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Singapore,  15 November 2009

Sambil berjabat tangan, beliau bertanya

“Siapa namanya?”

“Ershad Junus Amin pak, saya mahasiswa Nanyang Technological University angkatan 2006”

Itu adalah awal dimulainya percakapan panjang dan hangat malam itu.Kita duduk bersama dalam satu meja makan lumayan panjang dengan kapasitas sekitar 12 orang. Dan kebetulan posisi SBY berada pada arah jam 1. Duduk di samping saya adalah Ibu Wardhana (Istri Dubes) dan Bapak Hendra (Ketua Himpunan Pelaut Indonesia di Singapura). Depan saya persis adalah Bpk Marty Natalegawa (Menteri Luar Negeri), dan disampingnya langsung adalah Presiden SBY

Saya menjelaskan tentang hubungan antara mahasiswa dan komunitas yang ada di singapura. “Berbicara tentang hubungan dengan PLRT, kita mempunyai program yang bernama PLRT tutoring initiatives yang ikut memberitakan tutoring untuk para penatalaksana rumah tangga di Singapura. Untuk hubungan dengan komunitas internasional, kita memiliki Nusantara Development Initiatives, komite yang di dalemnya berisi mahasiswa dari berbagai negara yang pada bulan juli kemarin melakukan sanitation campaign and social research ke Aceh. Hubungan dengan BUMN di Singapura dilakukan dengan kerjasama BNI dan Garuda, kemudian dengan kaum cendekiawan melalui Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional yang kebetulan saat itu ketuanya juga duduk satu meja dengan kami, Dr. Nasir Tamara”

Dengan jumlah mahasiswa yang begitu banyak dan tuntutan akan kontribusi nyata yang semakin besar, saya menyampaikan fakta kalau di KBRI Singapura tidak memiliki atase pendidikan. “Jadi selama ini kita berhubungan dengan atase sosial dan budaya. Sementara di Negara lain seperti Belanda dan Jerman yang notabene mahasiswanya lebih sedikit, mereka punya atase pendidikan. Hal itu diiyakan oleh bapak duta besar.

Presiden SBY merespon dengan menyuruh duta besar yang kebetulan duduk dua kursi di sebelah saya untuk mencatat dan berkoordinasi dengan depdiknas untuk meninjau hal ini, kalau memang perlu, akan segera dibentuk atase pendidikan dalam waktu dekat. Beliau juga memperlihatkan antusiasme dan komitmen untuk mendukung aktifitas mahasiswa di luar negeri dalam bingkai kontribusi terhadap bangsa. Beliau bercerita 2 taun lalu saat berkunjung ke Sydney, Australia. Kebetulan saat itu PPI Australia sedang mengadakan seminar bertemakan, “Stay Abroad or Go Home?”

“Kalian boleh tetap tinggal disini, tidak ada yang melarang. Tidak perlu merasa berdosa kepada Negara. Tapi jangan lupa untuk tetap kontribusi terhadap bangsa. Dan suatu saat nanti kalau dibutuhkan oleh pemerintah, saya harap kalian tidak menolak. Kita tentu akan tetap memperhatikan asas kesejahteraan, terutama permasalahan penghasilan yang didapat. Tidak mungkin kita tidak memikirkan itu. Tapi bagi saya pribadi, tidak ada yang lebih menyenangkan selain bisa memberikan manfaat untuk lingkungan sekitar, bangsa dan negara”

Di sela-sela itu, Ibu Ani Yudhoyono juga bercerita tentang Letnan Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhi Baskoro Yudhoyono, dua putranya yang kebetulan juga pernah kuliah di universitas yang sama tempat saya kuliah sekarang. Pak SBY juga bercerita tentang perjalanan karir Ibas setelah menyelesaikan studinya

“Kamu tau ibas, setelah lulus kuliah, dia bekerja di perusahaan roti. Mulai karir dari bawah. Saat itu dia masuk ke level 4, itu kira2 di tengah. Pernah suatu saat saya dan ibu ani dimintai saran oleh dia, “Pa, Ma, tolong cicipin roti ini, bandingkan dengan yang ini, kira-kira enak yang mana? Dalam hati saya sedih bukan main, dulu anak presiden pasti langsung jadi komisaris di perusahaan besar. Tapi saya kuatkan hati saya, semuanya mesti dimulai dari bawah. Dan Alhamdulillah, pelan-pelan karirnya naik. Dari level 4, setaun kemudian dia naik ke level 3. Walaupun itu juga belum terlalu tinggi"

Terlepas dari benar tidaknya cerita tersebut, saya kagum ketika beliau menegaskan dan berkata dengan penuh semangat bahwa segala sesuatunya mesti dimulai dari bawah. Mesti kerja keras, tidak perlu malu atau merasa ini itu. Seperti ditampar dan disindir, karena saya pribadi selama ini kurang bisa berusaha secara maksimal. Di sela-sela itu, beliau bertanya, kamu asalnya darimana? Dari wonosobo pak, kota kecil di daerah Jawa Tengah. Mungkin yang disini ga ada yang tau. Semuanya yang di meja itu tertawa, kemudian pak SBY menjawab, “ Saya tau wonosobo, daerah di kaki pegunungan sindoro, sejuk dan nyaman. Dulu saya pernah kesana”. Wah, dalam hati seneng juga ternyata presiden tau kota kecil kelahiran saya =D

Masih banyak hal yang beliau sampaikan malam itu, tentang Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional, tentang rencana beliau untuk membentuk Komite Nasional Inovasi Pembangunan, yang diharapkan bisa sejalan dengan I4. Dan juga bercerita panjang lebar tentang tentang tema yang akan diusung Komite baru ini, yaitu Indonesia 2025

Suasana malam itu benar-benar hangat, saya pribadi kagum dengan sikap presiden SBY, cara dia berinteraksi, cara dia merespon pertanyaan, dsb. Kehangatan itu sejenak melupakan saya bahwa saat itu yang sedang duduk di depan saya adalah orang nomor satu di negeri ini. Di meja itu juga ada perwakilan dari pelaut, pebisnis, professional, pembantu rumah tangga. Masing-masing menceritakan keluhan dan juga harapan yang semuanya direspon dengan sangat baik oleh presiden. Semua terlihat puas dan senang bisa bertemu dengan orang nomer satu di negeri ini

Bagi saya pribadi, kekaguman ini tidak mengurangi fungsi kontrol kita terhadap pemerintah. Tidak juga menutup fakta akan kasus yang sedang terjadi belakangan ini, entah itu KPK dan Polri, Bank Century, dll. Tapi setidaknya, ada satu pemikiran dan semangat yang saya mantapkan kembali malam itu. Apapun yang saya lakukan nanti, termasuk mungkin kritik keras terhadap pemerintah, semua itu harus didasari pada satu keinginan dan cita-cita bersama, yaitu ingin membantu pemerintahan SBY mencapai sukses di masa 5 taun mendatang. Harus disampaikan secara objektif, progressive, dan yang paling penting bukan untuk menjatuhkan, tapi semata-mata karena ingin membantu presiden SBY untuk mencapai visi pembangunan Indonesia 5 taun kedepan

Siapa saja bisa bertemu presiden, siapa saja juga bisa tidak bertemu presiden. Itu Cuma masalah waktu dan keberuntungan saja. Tapi yang paling penting, makan malam itu akan menjadi bermanfaat kalau kemudian kedepan ada perbaikan dan kontribusi positif yang saya bawa untuk lingkungan sekitar, Negara, dan agama. Minimal perbaikan untuk diri sendiri. Itulah yang sebenarnya nanti bisa menjadi kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri, bukan masalah bertemu dan makan malam satu meja dengan presiden. Percuma saja kalau ternyata pertemuan dan semangat yang ada malam itu hanya menguap dan tidak membawa dampak kebaikan apapun kedepannya

Makan malam itu ditutup dengan harapan dari presiden agar semuanya bisa tetap bersatu, kompak, dan tetap berbuat yang terbaik untuk Indonesia. Kemudian saya bersama yang lain beranjak menuju aula riptaloka, dimana telah menunggu sekitar 400 tamu undangan dari berbagai elemen masyarakat yang siap menyambut kehadiran RI-1. Selamat bekerja bapak presiden :)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun