Pencemaran laut, khususnya oleh limbah plastik dan polutan kimia, mengancam keanekaragaman hayati laut. Sampah plastik dapat menyebabkan kerusakan fisik pada biota laut, sementara polutan kimia seperti logam berat dan pestisida mencemari rantai makanan laut.
- Data Pendukung:
- Jambeck et al. (2015) melaporkan bahwa Indonesia adalah negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Cina, dengan sekitar 1,29 juta ton sampah plastik masuk ke laut setiap tahun.
- Studi oleh KKP (2022) menunjukkan bahwa 30% ikan yang ditangkap di wilayah pesisir Jawa Timur mengandung mikroplastik, yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia.
- Implikasi terhadap Ketahanan Pangan:
- Pencemaran plastik dan kimia menurunkan kualitas pangan laut. Konsumsi ikan yang terkontaminasi dapat membahayakan kesehatan masyarakat, mengurangi keamanan pangan di wilayah pesisir.
- Penurunan kepercayaan konsumen terhadap hasil tangkapan laut dapat menurunkan nilai ekonomi sektor perikanan.
4. Perubahan Iklim
Perubahan iklim memengaruhi keanekaragaman hayati laut melalui peningkatan suhu laut, pengasaman laut, dan naiknya permukaan air laut.
- Dampak Fisik:
- Peningkatan suhu laut: Mengakibatkan pemutihan terumbu karang secara masif. Sebagai contoh, selama peristiwa El Nio 2016, terumbu karang di Indonesia mengalami pemutihan hingga 90% (WWF, 2016).
- Pengasaman laut: Penyerapan karbon dioksida oleh laut mengurangi pH air laut, yang mengganggu kemampuan organisme seperti karang dan moluska untuk membentuk cangkang.
- Data Pendukung:
IPCC (2019) mencatat bahwa suhu laut global telah meningkat rata-rata 0,13C per dekade sejak tahun 1901. Di Indonesia, wilayah terumbu karang seperti Wakatobi dan Raja Ampat menghadapi ancaman pemutihan jika suhu laut terus meningkat. - Implikasi terhadap Ketahanan Pangan:
- Pemutihan karang dan degradasi ekosistem laut mengurangi populasi ikan yang bergantung pada terumbu karang untuk tempat tinggal dan makanan.
- Perubahan pola migrasi ikan akibat suhu yang lebih hangat membuat nelayan kecil kesulitan menangkap ikan, yang berdampak langsung pada stabilitas pangan masyarakat pesisir.
Ringkasan Implikasi
Ancaman-ancaman tersebut tidak hanya merusak ekosistem laut tetapi juga berdampak sistemik pada ketahanan pangan, khususnya di wilayah pesisir. Penurunan stok ikan, kerusakan habitat, dan pencemaran menyebabkan:
- Berkurangnya ketersediaan protein hewani yang terjangkau.
- Ketidakstabilan ekonomi nelayan kecil akibat menurunnya hasil tangkapan.
- Risiko kesehatan masyarakat akibat konsumsi makanan laut yang tercemar.
Diperlukan langkah konkret untuk mengatasi ancaman-ancaman ini agar keanekaragaman hayati laut tetap dapat mendukung ketahanan pangan masyarakat pesisir.
.
3. Strategi Pengelolaan Berkelanjutan
Untuk mengatasi ancaman dan menjaga keberlanjutan keanekaragaman hayati laut, beberapa strategi pengelolaan yang dapat diterapkan meliputi:
- Penetapan Kawasan Konservasi Laut:
Kawasan konservasi laut seperti Taman Nasional Wakatobi telah menunjukkan keberhasilan dalam meningkatkan biomassa ikan hingga 150% dibandingkan wilayah tidak terlindungi (Edgar et al., 2014). Hal ini menunjukkan pentingnya kawasan konservasi dalam menjaga ekosistem laut yang sehat. - Restorasi Ekosistem:
Upaya restorasi seperti transplantasi terumbu karang di perairan Bali telah berhasil meningkatkan populasi ikan hingga 30% dalam kurun waktu lima tahun. Rehabilitasi mangrove juga memberikan dampak positif dengan menyediakan habitat bagi spesies komersial seperti udang dan ikan kerapu. - Pemberdayaan Masyarakat Lokal:
Model pengelolaan berbasis tradisional seperti sasi di Maluku menunjukkan keberhasilan dalam mengelola sumber daya laut secara berkelanjutan. Sistem ini mengatur kapan dan bagaimana sumber daya laut dapat dieksploitasi, sehingga memungkinkan regenerasi populasi ikan (Novaczek et al., 2001). - Peningkatan Regulasi dan Teknologi:
Implementasi teknologi seperti sistem pemantauan kapal berbasis satelit (VMS) dapat membantu mengurangi perikanan ilegal. Selain itu, penguatan regulasi terhadap penggunaan alat tangkap destruktif dapat melindungi habitat sensitif seperti terumbu karang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI