Mohon tunggu...
Ersa Aulia Putri
Ersa Aulia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya memiliki hobi bernyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Piring Yang Penuh Keberkahan

29 November 2024   10:37 Diperbarui: 29 November 2024   10:37 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa yang damai tinggallah seorang pemuda bernama Afif. Afif dikenal sebagai seorang anak yang sederhana, ramah, dan selalu berusaha untuk menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran agama. Di Suatu sore telah pulang dari kelas diniyah, ia duduk bersama ayahnya di ruang tamu sambil membawa makanan dan berbincang ringan dengan ayahnya tentang kehidupan sehari-hari.

"Afif, apakah kau ingat hadis yang selalu diajarkan oleh guru kita?" tanya ayahnya sambil menatapnya lembut.

"Hadits yang mana, Ayah?" jawab Afif, sedikit bingung.

" Hadis yang berbicara tentang makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang yang diriwayatkan dalam berbagai sumber hadis yang sahih. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Imam Al-Bukhari, dan bunyinya seperti ini: "Kami adalah kaum yang tidak makan sebelum lapar dan bila kami makan tidak pernah sampai kenyang." (HR. Tirmidzi, no. 2380), terang sang ayah.

Afif pun terdiam sejenak. Ia sering mendengar hadis tersebut, namun baru kali ini ia benar-benar meresapi maknanya. Ayahnya pun melanjutkan penjelasan diatas. 

"Hadis ini mengajarkan kita tentang keseimbangan dalam hidup. Makan secukupnya, tidak berlebihan, adalah bagian dari menjaga kesehatan tubuh, serta mensyukuri nikmat yang diberikan Allah. Orang yang makan berlebihan, selain bisa merusak tubuh, juga bisa tergelincir dalam sifat tamak dan rakus." jelas sang ayah.

Afif menatap piring yang masih penuh dengan makanan di meja. Terkadang, ia merasa lapar bahkan setelah makan, dan sering kali makan lebih banyak hanya karena makanan yang ada begitu menggoda. Ia merasa, mungkin selama ini, ia belum benar-benar memahami makna hadis itu.

"Apakah makan secukupnya itu berarti kita harus mengurangi porsi makan kita yah?" Afif bertanya, mencoba mencari penjelasan lebih lanjut.

"Begini Fif," jawab ayahnya. "Makan secukupnya bukan berarti kita harus kelaparan, tetapi kita harus menahan diri agar tubuh tetap sehat. Lapar dan kenyang itu ada batasnya. Kalau kita makan sebelum lapar, itu berarti kita berlebihan. Dan bila kita makan sampai kenyang, kita sudah melampaui batas yang wajar. Ini adalah cara untuk menghargai tubuh kita dan menghindari sikap boros."

Afif pun teringat tentang apa yang pernah ia baca dalam buku-buku agama. Makanan adalah karunia Allah yang harus disyukuri, dan syukur itu bisa dilakukan dengan tidak berlebihan dalam menikmatinya. Ia pun berpikir, selama ini, sering kali makan karena nafsu, bukan karena kebutuhan. Kini ia mulai paham bahwa makan secukupnya bukan hanya soal kesehatan tubuh, tetapi juga soal mengendalikan diri dan menghargai rezeki yang diberikan.

Keesokan harinya, Afif memutuskan untuk mencoba menerapkan ajaran tersebut. Ia makan ketika merasa lapar dan berhenti sebelum kenyang. Awalnya terasa berat, tetapi lama kelamaan ia merasa lebih ringan dan lebih bertenaga. Bahkan, ia merasa lebih bersyukur atas makanan yang ada, karena ia tidak lagi merasa berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun