Apakah anda tahu Perbedaan Hukuman dan Disiplin Positif
(sumber penulisan di adaptasi dari buku disiplin positif oleh Eka T.P Simanjuntak 2016)
Hukuman berbeda dengan Disiplin. Hukuman mengarah pada pengendalian perilaku anak. Sementara Disiplin lebih pada mengembangkan perilaku anak. Dengan demikian hukuman lebih mengarah pada bagaimana mengontrol perilaku atau tindakan anak sesuai dengan kemauan guru. Hal ini berbeda dengan disiplin yang menekankan tanggung jawab anak akan perilakunya, mengenai pengendalian diri serta kepercayaan bahwa anak mampu mengembangkan dan memahami bagaimana perilaku yang pantas.
"Tujuan utama kedisiplinan adalah agar anak memahami tingkahlakunya sendiri, berinisiatif, bertanggung jawab atas apa yang mereka pilih, serta menghormati dirinya sendiri juga orang lain. Dengan kata lain disiplin menanamkan proses pemikiran dan perilaku positif sepanjang hidup anak "
Pendekatan hukuman dibangun atas ketidak percayaan guru atau orangtua bahwa anak atau anak dapat mengembangkan perilakunya dan dapat bertanggungjawab akan tindakan yang dipilihnya. Sementara disiplin dibangun di atas relasi kepercayaan guru pada anak, atau orangtua pada anak. Hukuman bersifat jangka pendek, spontan, negatif, dan pasif. Sementara Disiplin bersifat jangka panjang, positif dan aktif.
Lihatlah perbedaanya dalam tabel berikut ini :
Penanaman disiplin adalah
Hukuman adalah
Memberikan alternatif lain pada anak
Memberikan intruksi larangan pada anak
Mengakui dan menghargai upaya anak dan tingkah laku mereka yang baik
Menanggapi perilaku negatif anak dengan cara yang kurang baik
Anak mentaati peraturan apabila mereka di ajak berdiskusi dan menyetujui peraturan tersebut
Anak mentaati peraturan karena mereka diancam atau diomeli
Konsisten, bimbingan yang tegas
Mengendalikan, mempermalukan, dan melecehkan
Positif dan menghargai anak
Negatif dan tidak menghargai anak
Tidak mengandung kekerasan baik secara fisik maupun verbal
Mengandung kekerasan fisik maupun verbal serta agresif
Konsekuensi logis yang bersinggungan secara langsung dengan pelanggaran yang dilakukan oleh anak
Konsekuensi yang tidak logis dan tidak bersinggungan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh anak
Anak harus berubah ketika perilaku mereka memberikan dampak negatif pada orang lain
Anak harus dihukum karena memberikan dampak negatif pada orang lain dan tidak menunjukkan bagaimana mereka dapat berubah.
Memahami kemampuan, kebutuhan, kondisi dan tingkat perkembangan individu anak
Tidak menghiraukan kemampuan, kebutuhan, kondisi, dan tingkat perkembangan individu anak
Mengajarkan anak untuk menanamkan kedisiplinan  pada diri mereka
Mengajarkan anak untuk berbuat baik hanya ketika mereka takut akan dimarahi atau di setrap
Mendengarkan dan memberikan contoh
Secara terus menerus memarahi anak bahkan hanya untuk pelanggaran kecil sekalipun, sehingga mengakibatkan anak tidak menghiraukan kita (mengabaikan kita atau tidak mendengarkan kita)
Memanfaatkan kesalahan sebagai peluang untuk pembelajaran
Memaksa anak untuk mematuhi peraturan yang tidak logis hanya karena "anda menghukum demikian"
Lansung menuju pada permasalahannya yaitu perilaku anak bukan anaknya, dengan mengatakan "apa yang kamu lakukan adalah salah"
Permasalahan terletak pada anak bukan pada perilaku anak dengan mengatakan "kamu bodoh, kamu salah"
Setiap tindakan yang kita ambil mempunyai konsekuensi, dengan kata lain konsekuensi adalah akibat dari setiap tindakan yang dilakukan seseorang.
Ada dua bentuk konsekuensi yaitu keonsekuensi natural dan konsekuensi logis.
Konsekuensi natural adalah segala sesuatu yang terjadi secara alamiah, tanpa campur tangan manusia, sebagai akibat dari suatu tindakan. Misalnya rasa lapar akibat alamiah dari tidak makan, terasa sakit karena tertusuk benda tajam dan lain sebagainya.
Konsekuensi logis terjadi karena adalanya intervensi dari orang lain. Misalnya anak yang terlambat datang ke sekolah mendapat konsekuensi harus pulang lebih akhir, anak yang mengotori ruangan mendapat konsekuensi membersihkan kembali ruangan tersebut dll.
Dalam konsekuensi logis anak mendapat penjelasan bahwa setiap tindakan mereka berpengaruh pada orang lain atau pada kondisi lain. Penjelasan ini mendorong anak untuk bertanggung jawab dan menerima pendapat serta mencoba memahami perasaan orang lain. Hal ini membuat anak bisa melihat suatu tindakan dari berbagai perspektif.
Konsekuensi (baik naturan atau pun logis), akan suatu tindakan anak mungkin tidak mengenakkan, namun hal ini perlu diketahui oleh anak, dan peran orang tua adalah menuntun anak untuk belajar dari setiap konsekuensi yang mereka hadapi, bukan malah mempersalahkannya.
Prinsip Konsekuensi Logis.
Ada empat prinsip yang dapat mengidentifikasi apakah tindakan yang kita berikan pada anak adalah konsekuensi logis atau malah bentuk hukuman. Â Ke empat hal tersebut adalah :
- Berhubungan ( Related)
- Menghormati Anak (Respectful)
- Logis (Reasonable)Â
- Dialogis
Keempat prinsip ini harus ada dalam setiap konsekuensi yang diterima anak akibat tindakannya. Karena jika salah satu prinsip ini tidak ada, maka konsekuensi /  tindakan yang diterima oleh anak adalah bentuk hukuman. Misalnya ketika anak mencoret-coret meja belajarnya, konsekuensi logis dari tindakan anak ini adalah bahwa dia harus membersihkan meja tersebut. Tapi bagaimana jika slah satu ketiga prinsip ini tidak dipenuhi dalam memberikan tindakan. Jika guru tidak memegang prinsip "related" mungkin guru akan meminta anak untuk berdiri di depan kelas, padahal tindakan itu tidak berhubungan dengan apa yang dilakukan oleh anak. Kedua, jika guru tidak mempunyai rasa hormat dengan memaki, menghina anak sambil membersihkan meja maka ini bukanlah konsekuensi logis karena sudah tidak lagi menghormati anak sebagai pribadi yang terus belajar, ketiga, jika tidak ada prinsip  "reasonable", hal yang mungkin dilakukan guru adalah meminta anak membersihkan semua meja, hal ini tidak logis. Keempat jika guru tidak memulai dengan ( yaitu bertanya pada anak mengapa mereka melakukan hal itu, apa yang terjadi jika mereka melakukannya, siapa yang dirugikan, dll) maka anak kemungkinan besar tidak dapat belajar dari konsekuensi yang diterimanya karena dia tidak terlibat dalam mengkonstruksi konsekuensi tersebut. Anak akan menganggap hal ini adalah bentuk otoritas guru atau orang tua. Jika ke empat prinsip ini tidak ada maka tindakan yang diambil adalah suatu bentuk hukuman yang ditandai dengan tiga R,yaitu Rasenttment (kebencian),Ravenge (dendam) dan Retreat (penyesalan).
 Perbedaan konsekuensi logis dengan hukuman :
.
Hukuman
Konsekuensi logis
Menekankan pada kekuatan otoritas personal dan cenderung menuntut
Contoh : Lukas, matikan musiknya, kami sedang istirahat.
Mengekspresikan realitas kehidupan saling menghargai
Contoh : Lukas, saya tahu kamu suka lagu itu, tetapi kami sedang istirhat, jadi tolong kecilkan volume atau matikan musiknya
Sewenang- wenang dan tidak berhubungan dengan situasi atau tindakan
Contoh : Kenapa kamu masih memutar musik ketika kami sedang istirahat? Kamu tidak boleh lagi mendengarkan musik
Langsung berhubungan dengan perilaku tidak pantas anak
Contoh : Kamu seharusnya tidak memutar musik terlalu keras pada malam hari ketika orang sedang beristirahat
Mengidentikkan perilaku tidak pantas anak dengan personalitinya, yang berimplikasi pada moral judgment
Contoh :
Kamu bertindak seperti pencuri ketika menggunakan motorku tanpa permisi. Mulai sekarang kamu tidak boleh lagi menyentuh motorku
Membedakan antara tindakan dan pelaku tidak membuat moral judgment
Contoh :
Kamu menggunakan motorku tanpa permisi, itu bukan tindakan yang benar, mulai sekarang kamu harus meminta izin dulu sebelum menggunakannya
Fokus pada perilaku yang dahulu
Contoh : kamu tidak boleh lagi pergi bermain, kemarin kamu tidak mencuci piring karena asyik bermain
Fokus hanya pada tindakan sekarang dan akan datang
Contoh : kamu dapat bermain, tetapi kamu harus menyelesaikan tugasmu terlebih dahulu
Mengancam tidak sopan atau merendahkan anak
Contoh :
Kamu membuat ibu marah, hati-hatilah nilai kamu di raport
Mendiskusikan tindakan dengan cara bersahabat setelah guru dan anak tenang
Menuntut kepatuhan
Contoh :
Kerjakan tugasmu sekarang, jika tidak nilaimu akan rendah.
Memberi pilihan
Contoh :
Kamu dapat melakukan aktivitas yang kamu sukai tetapi  tugas-tugasmu harus selesai tepat waktu
Menggunakan ekspresi dan nada marah
Ekspresi dan nada yang tenang
Tidak bersahabat, menunjukkan rasa benci
Bersahabat tetapi tetap menjaga sikap
Tidak mau menerima pendapat anak
Dapat menerima keputusan anak, namun dengan batasan usia tumbuh kembangnya
Dari tulisan di atas dapat menajdi bahan renungan kita bersama dalam menyikapi persoalan prilaku anak. Â Harapan saya ini menjadi bahan diskusi kita dan mari bersama mewujudkan penerapan Disiplin positif dalam dunia pendidik di segala jenjang/ tingkatan,
Salam perlindungan anak !
Erry Pratama Putra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H