Bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan dalam setting kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Dalam kegiatannya terjadi interaksi satu sama lain untuk menyampaikan pendapat, memberikan saran, maupun tanggapan (Risal & Alam, 2021). Kegiatan bimbingan kelompok memberikan informasi- informasi terkait topik yang dibahas untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal. Bimbingan kelompok ini sama seperti bimbingan klaksikal yang masuk dalam layanan dasar. Bimbingan kelompok adalah kegiatan layanan bimbingan yang di kelola dalam kelompok. Menurut (Loban et al., 2017) jumlah ideal anggota atau peserta dalam bimbingan kelompok yaitu antara 8-10 konseli. Bisa lebih dari 10 orang, namun ditakutkan materi yang disampaikan nantinya kurang maksimal.
Tujuan dari bimbingan kelompok yakni untuk membantu individu dalam mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan minat, bakat, serta nilai- nilai yang dianut dalam kelompok tersebut. Selain itu, yang paling penting bimbingan kelompok dilaksanakan untuk mencegah timbulnya masalah terjadi pada siswa. Hal ini berarti bimbingan kelompok sebagai pencegahan (preventif), bukan mengatasi permasalahan (kuratif). Materi yang diberikan dalam layanan bimbingan kelompok kurang lebih sama seperti bimbingan klaksikal yakni sesuai dengan rancangan program BK. Konselor harus menyesuaikan dengan standart kurikulum dan melakukan need assessment. Terdapat dua jenis topik dalam bimbingan kelompok, yaitu topik tugas dan topik bebas. Topik tugas merupakan topik yang dibawakan atau datang dari pemimpin kelompok. Dengan kata lain pemimpin kelompok atau konselor yang menentukan topik yang akan dibahas. Sedangkan topik bebas merupakan topik yang ditentukan oleh anggota kelompok. Para anggota berdiskusi terkait topik apa yang mau dibahas sesuai dengan kesepakatan bersama bukan hanya pilihan dari satu orang saja.
Terdapat unsur penting dalam bimbingan kelompok yaitu dinamika kelompok. Dinamika kelompok merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan dalam suatu kelompok (Miftakhi & Hendrik, 2019). Artinya selalu ada pergerakan dan setiap anggota dapat menyesuaikan diri terhadap keadaan yang berubah- ubah. Dalam kelompok, individu merupakan satu kesatuan yang utuh bukan saling melepas satu sama lain. Hal ini berarti adanya interaksi antar individu satu dengan individu yang lainnya. Dalam (Ri et al., 2020) dinamika kelompok adalah proses yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai- nilai kerjasama kelompok. Individu yang masuk kedalam suatu kelompok awalnya belum mengenal satu sama lain. Kemudian mereka mulai berkenalan dan menjadi satu kesatuan dengan tujuan yang disepakati bersama.
Bagaimana cara untuk menumbuhkan dinamika kelompok?
Dalam menumbuhkan dinamika kelompok, harus ada usaha antara pemimpin dan anggota kelompok (KURNIAWAN, 2018). Usaha yang dapat dilakukan oleh pemimpin untuk menghidupkan dinamika kelompok yaitu mempersiapkan anggota dalam menjalankan perannya sebagai anggota kelompok, mengawasi tingkah laku anggota, memastikan semua anggota aktif dalam kegiatan, bersikap empati dan hangat. Bukan hanya pemimpin, anggota juga harus melakukan usaha, diantaranya yaitu mau membuka diri untuk melibatkan dalam kegiatan kelompok, membina keakraban dengan pemimpin dan anggota yang lain, adanya usaha untuk mencapai tujuan, mematuhi aturan kelompok, terlibat aktif, berkomunikasi secara terbuka, memiliki kemauan untuk membantu anggota lain, memberikan serta menerima pendapat, saran dan sanggahan dari anggota lain.
Pelaksanaan bimbingan kelompok terdiri dari 4 tahapan, meliputi tahap awal, peralihan, inti dan penutup. Tahap awal merupakan tahap pembentukan hubungan yang dimana pemimpin kelompok dengan anggota kelompok maupun antar anggota satu dan lainnya saling berkenalan. Pemimpin kelompok dapat memulainya dengan menyapa anggota dengan kalimat yang semangat. Selanjutnya pemimpin atau konselor menyampaikan tujuan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan harus disepakati bersama dan berkomitmen untuk mencapainya. Dalam tahap ini pemimpin juga menjelaskan terkait pelaksanaan bimbingan. Menjelaskan terkait peran konselor sebagai pemimpin dan siswa yang tergabung dalam kelompok sebagai anggota. Pemimpin perlu memastikan anggotanya terkait dinamika kelompok, yang artinya harus ada interaksi, memberikan saran, menyampaikan pendapat, tanggapan, sanggahan, dan lain sebagainya. Dinamika memang bukan menjadi tujuan, namun sebagai alat untuk mencapai tujuan layanan bimbingan. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dikatakan berhasil apabila terjadi interaksi yang baik dan terbina hubungan yang hangat di dalam kelompok tersebut. Semua anggota kelompok harus aktif, tidak ada yang hanya diam dan bersikap pasif. Hal ini juga menjadi tantangan bagi pemimpin untuk membuat suasana kelompok menjadi hidup dan tidak membosankan sehingga semua anggota kelompok dapat berperan aktif. Kemudian konselor perlu menjelaskan teknik yang sudah dipilih, bagaimana langkah- langkahnya, tugas, dan tanggung jawab anggota.
Tahap kedua yakni tahap peralihan, pemimpin memastikan bahwa anggota sudah siap untuk masuk ke tahap berikutnya. Pemimpin menanyakan kesiapan kelompok dalam melaksanakan tugas, memberi kesempatan untuk bertanya terkait tugas- tugas yang belum mereka pahami, menjelaskan kembali secara singkat tentang tugas dan tanggung jawab dalam melakukan kegiatan (Storming). Pada tahap ini anggota kelompok harus berkomitmen dalam melakukan kegiatan yang akan dilakukannya (Norming). Pemimpin menanyakan kesiapan anggota untuk melaksanakan tugas dan apabila semua anggota sudah siap, konselor mengarahkan untuk masuk ke tahap selanjutnya yaitu tahap inti.
Tahap inti merupakan tahap pengaplikasian teknik yang dipilih (Eksperientasi). Pemimpin kelompok dapat menggunakan teknik yang sama seperti bimbingan klaksikal, seperti ceramah, diskusi, problem based learning, project based learning, cooperative learning, dan lain sebagainya. Namun, agar bimbingan lebih menarik dan lebih ada interaksi antar anggota, pemimpin dapat mengaplikasikan teknik seperti bermain peran (role playing) seperti sosiodrama, psikodrama, dan lain- lain. Pada tahap ini anggota dapat saling bertukar pengalaman satu sama lain, bekerja sama, menyampaikan pendapat, dan saling menanggapi. Kemudian anggota merefleksikan kegiatan bimbingan (Refleksi).
Tahap keempat yaitu tahap akhir (terminasi), menutup kegiatan dan rencana tindak lanjut. Pada tahap ini pemimpin memberikan penguatan terhadap aspek- aspek yang ditemukan oleh anggota dalam suatu kerja kelompok. Kemudian mendiskusikan untuk rencana tindak lanjut, artinya akan ada kegiatan lanjutan terkait bimbingan kelompok yang dilakukan atau berakhir sampai disini. Pemimpin kelompok juga menegaskan bahwa setelah adanya kegiatan bimbingan ini diharapkan anggota memiliki pengetahuan, kemampuan, maupun keterampilan dalam mengatasi permasalahan apabila terjadi pada dirinya. Apabila bimbingan dilaksanakan dalam setting sekolah, biasanya pemimpin meminta anggota untuk menyampaikan apa yang diperolehnya kepada teman- teman yang lainnya. Akhir dari tahap ini adalah menutup kegiatan layanan secara simpatik (Framming). Kemudian pemimpin meminta anggota untuk mengisi instrument evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan dalam pelaksanaan layanan.
Referensi:
KURNIAWAN, D. E. D. Y. (2018). BAHAN AJAR MATA KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK.