Sejak terbentur di tembok, Aurellia menjadi sering merasakan pusing. Dia pun ke dokter. Hasil tes menunjukkan, dia mengidap tumor ganas.
Dokter heran, mengapa benjolan itu malah menjadi ganas. Dia bertanya apakah Aurellia pernah mengalami trauma atau benturan sebelumnya. Aurellia tidak menjawab.
Namun, buat Luis, pertanyaan dokter itu membuat batinnya tertohok. Dia syok. Dia membayangkan hal terpahit yang mungkin terjadi pada isterinya dan hal itu karena ulahnya. Sejak itu dia bertekad, kalau waktu pahit itu harus tiba, dia tidak mau kehilangan momen "melepas" Aurellia tanpa meminta maaf dan menyatakan cintanya. Sekali lagi dan untuk yang terakhir kali.
Luis memang sangat mencintai isterinya. Mereka bertemu di sebuah kota di luar negeri, ketika ayah mereka masing-masing menjadi diplomat di negara itu. Mereka pernah ikut orangtua mereka ke suatu pesta. Cinta pada tatapan pertama membuat mereka rajin bertemu setelahnya.
Nama "Luis" adalah dari bahasa Portugis, yang berarti "prajurit yang kuat". Luis dilahirkan di Portugal sewaktu ayahnya menjadi diplomat di sana. Nama Luis diberikan sebagai pengingat jejak karir diplomasi ayahnya yang diplomat di Portugal. Sedangkan Aurellia berasal dari keluarga Inggris dan namanya berarti "bahagia".
Luis sudah berkomitmen membuat Aurellia selalu berbahagia, sesuai dengan makna namanya. Seumur pernikahan mereka, Luis selalu lembut kepada Aurellia. Sebaliknya, Aurellia makin cinta pada Luis dari hari ke hari.
Luis adalah pejabat tinggi di sebuah perusahaan besar. Dia dan Aurellia memberi nama putri tunggal mereka "Kalena". Itu sesuai dengan frasa dalam bahasa Ibrani "Callena" yang berarti "pintar berbicara". Luis ingin Kalena menguasai banyak bahasa dan pandai berkomunikasi, serta menjadi diplomat seperti ayah Luis.
Kalena sengaja menitipkan Luis di panti jompo. Maksudnya, supaya Luis banyak berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya dan tidak menjadi kesepian. Kesepian mudah memancing Luis menjadi banyak melamun. Beban pikirannya tampak begitu besar hingga tanpa sadar Luis akan bergumam sendiri dalam isakan, "maafkan aku".
Pada hari-hari kerja, Senin sampai Jumat, Kalena bekerja di luar kota, dua jam perjalanan jauhnya jika jalan tidak macet. Dia tidak sanggup untuk pergi pulang menyetir sendiri buat bekerja setiap hari. Selain itu, dia juga merasa butuh waktu untuk dirinya sendiri.
Itu sebabnya, dia memutuskan tinggal di apartemen. Jumat sore sepulang dari kerja, dari kantor dia langsung menuju kota kelahirannya untuk menghabiskan Sabtu dan Minggu bersama Luis.
Suatu pagi, di tengah rapat, Kalena mendapatkan telepon dari nomor penting dalam daftar kontaknya.