Salah satu masalah besar bagi para orangtua dewasa ini adalah membagi waktu secara seimbang antara pekerjaan dan kehidupan keluarga.Â
Di satu sisi, mereka harus terus mencari nafkah, memperhatikan karir atau pekerjaan, untuk menjamin finansial dan masa depan keluarga.Â
Di sisi lain, mereka juga harus memperhatikan relasi dalam keluarga, terutama dengan anak-anak, agar usaha mereka yang notabene untuk anak-anak tidak menjadi sia-sia.
Isu terkait anak yang cukup serius hari-hari ini adalah bagaimana anak bisa bertumbuh dan berkembang dengan baik di era digital. Orangtua perlu memfasilitasi kebutuhan digital bagi pembelajaran anak, tetapi juga tetap mengawasi sampai anak benar-benar dapat berteknologi dengan bijaksana.
Kemajuan teknologi dan informasi terjadi begitu pesat. Selain bermanfaat, kemajuan ini membawa risiko, misalnya bahaya online berupa cyberbullying; berseliwerannya konten yang tidak pantas, khususnya bagi anak-anak; pencurian identitas; dan sebagainya.
Begitu pesat kemajuan teknologi, hingga kita sekarang ini tidak terheran-heran bila melihat ada seorang anak, bahkan bayi, sudah biasa memegang handphone (HP) misalnya. Ada orangtua yang menjadikan HP seperti mainan untuk meredakan kerewelan anak.
"Ah, yang penting nggak rewel," begitu pandangan sebagian orangtua. Tentunya pandangan ini keliru. Namun, mereka juga tidak mau disalahkan sepenuhnya, terutama karena harus bekerja.
Di banyak sekolah, perangkat digital sudah menjadi kebutuhan pokok dan menjadi keharusan. Bukan lagi sekadar penunjang. Di rumah, mau tidak mau, keluarga mengupayakan juga kebutuhan digital anak agar syarat belajar terpenuhi optimal.
Ini menjadi semacam dilema bagi orangtua. Keamanan finansial dan keamanan digital sama-sama penting. Lantas, bagaimana menyikapinya?
Perangkat digital dan meluasnya penggunaan media sosial memang tidak terhindarkan. Ini adalah dunia yang harus dikenal oleh anak-anak, jika mereka tidak mau tergilas oleh persaingan zaman.