Kedua, berdasarkan pemahaman itu, orangtua perlu tetap intens menjalin relasi/komunikasi dengan anak-anak, untuk memberitahukan risiko dan manfaat teknologi, serta menetapkan pedoman yang jelas dalam penggunaannya. Orangtua juga perlu menjajaki sejauh mana keterlibatan mereka pada teknologi ini dan sebesar apa pemahaman mereka mengenai untung-rugi dari penggunaannya.
Ketiga, orangtua perlu menetapkan batasan penggunaan teknologi digital ini, khususnya bagi anak-anak di bawah umur. Misalnya, dengan menetapkan jam belajar dalam penggunaan perangkat digital. Kalau perlu, orangtua mendampingi ketika anak-anak mengakses teknologi tersebut. Menampingi anak akan membuat anak tidak merasa sedang dimata-matai. Mereka juga akan mempunyai lebih banyak kenangan manis bersama keluarga yang bakal berpengaruh baik bagi perkembangan jatidiri.
Bagi yang remaja dan dewasa, kebutuhan teknologi digital relatif lebih intens. Pembatasan jam pemakaian hampir tidak mungkin dilakukan. Orangtua bisa menerapkan langkah keempat.
Keempat, orangtua perlu membuat "kontrak media" di tengah keluarga, terkait jam penggunaan dan keterbukaan mengakses perangkat tersebut. Orangtua perlu memastikan bahwa mereka bisa mengakses teknologi itu kapan saja, untuk memeriksa jika dianggap perlu mengenai riwayat penggunaan teknologi tersebut. Orangtua perlu memantau aktivitas online anak, apakah sesuai dengan usia mereka. Kalau perlu, orangtua menetapkan batasan usia untuk konten pada penggunaan perangkat. Saat ini sudah tersedia beberapa aplikasi yang bisa dimanfaatkan oleh orangtua untuk membatasi dan mengawasi konten digital yang diakses oleh anak.
Kelima, orangtua harus bisa menjadi role-model dalam kebiasaan menggunakan teknologi secara sehat. Misalnya, lebih fokus pada keluarga, bukan pada HP atau gadget, ketika berada di rumah. Mereka juga harus menjadi contoh dalam penggunaan perangkat digital pada jam-jam tertentu. Anak akan melihat bahwa orangtua mereka ternyata juga tidak sembarangan dalam menggunakan teknologi digital.
Keenam, orangtua perlu mulai mengajarkan pengelolaan uang sejak dini pada anak-anak, mencakup perencanaan keuangan serta disiplin dan bertanggungjawab dalam penggunaan uang. Dimulai dari hal sederhana, misalnya dengan membiasakan menabung dan hidup berhemat, memberi contoh untuk tidak konsumtif dalam membeli barang-barang, membeli barang berdasarkan fungsinya dan bukan gengsinya, membeli barang karena dibutuhkan dan bukan karena sekadar diinginkan, dan sebagainya.
Ini merupakan bagian penting bagi setiap orangtua agar realistis dalam kehidupan, mengenai kesanggupan belanjanya dan kebutuhan yang ada di rumah. Orangtua perlu menetapkan tujuan dan memiliki prioritas yang jelas.
Dengan melatih anak soal pengelolaan keuangan, orangtua sebenarnya telah memulai mengambil langkah untuk mengurangi beban dari tuntutan anak yang tidak perlu. Semakin anak mengerti, semakin mereka tidak rewel dan membuat orangtua stres jika mereka menginginkan sesuatu.
Anak-anak menjadi lebih mengerti ketika misalnya keinginan mereka untuk membeli gadget baru tidak dikabulkan. Mereka lebih bisa menghargai barang-barang yang dimiliki dan lebih bertanggungjawab dalam menggunakannya.
Ketujuh, sebagai pemimpin di tengah keluarga, orangtua perlu melatih kerjasama dengan anak-anak, misalnya dengan pendelegasian beberapa tugas rumah. Bagi orangtua, pembagian tugas akan meringankan beban dan memberikan alokasi waktu lebih banyak untuk tugas yang lain. Bagi anak, pembagian tugas merupakan pengalihan sejenak dari keinginan mengakses teknologi sekaligus melatih anak lebih mandiri dalam berbagai pekerjaan.
Kedelapan, orangtua perlu menjalin relasi dengan komunitas khusus terkait masalah ini, termasuk komite orangtua di sekolah anak. Kemitraan dengan sesama orangtua akan membantu dalam hal meng-update informasi dan berbagi pengalaman.