Mohon tunggu...
ERRY YULIA SIAHAAN
ERRY YULIA SIAHAAN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis, guru, penikmat musik dan sastra

Menyukai musik dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pandangan Psikologi: Daur Ulang Kurang Efektif untuk Lingkungan

28 April 2023   23:54 Diperbarui: 29 April 2023   01:05 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika beranggapan bahwa daur ulang memberikan hasil positif, misalnya karena barang-barang itu bisa dibuat barang baru, orang-orang merasa lebih baik untuk memilih barang sekali pakai. 

Studi baru-baru ini menemukan, orang-orang yang membuang plastik di tempat sampah "Waste2Wear" cenderung menggunakan botol plastik ketimbang toples kaca yang dapat digunakan kembali. Sebab, mereka “dijanjikan” telah berjasa kepada publik karena plastik itu akan diubah menjadi pakaian. 

“Ini kemungkinan akan membuat mereka lebih boros karena daur ulang tidak akan pernah lebih berkelanjutan daripada membatasi konsumsi dan menggunakan kembali apa yang sudah dimiliki,” kata dosen yang aktif dalam Laboratorium Pengembangan Nilai Moral itu.

Peneliti-peneliti lain mendokumentasikan fenomena terkait, yang disebut "negative footprint illusion", di mana orang secara keliru mengevaluasi tindakan berkelanjutan sebagai menghasilkan dampak lingkungan yang jauh lebih rendah daripada yang mereka sebenarnya bisa lakukan.

Partisipan dalam suatu riset salah percaya, bahwa membeli burger dengan apel organik (sebagai sisi berkelanjutan) lebih sedikit membebani lingkungan daripada membeli burger tanpa apel organik tersebut.

Dalam studi lain, responden beranggapan bahwa keluarga dengan dua kendaraan listrik hibrida memiliki dampak lingkungan yang setara dengan keluarga dengan hanya satu kendaraan hibrida. Meskipun, mereka dengan benar menilai bahwa keluarga dengan dua mobil konvensional berdampak lebih besar daripada yang dengan satu mobil. Artinya, orang cenderung berpikir bahwa berhemat tidak diperlukan untuk keberlanjutan.

Menurut Rottman, kita tidak boleh berhenti mendaur ulang. Namun, mendorong daur ulang dengan menonjolkan kebaikannya cenderung menjadi bumerang.

Dalam beberapa kasus, memandang daur ulang sebagai kewajiban moral akan secara langsung bertentangan dengan keberlanjutan. Sebaliknya, menjadi hijau akan lebih mudah difasilitasi dengan mempertimbangkan opsi perilaku lain (yang kurang nyaman), khususnya mengurangi konsumsi. Saat mempertimbangkan "Tiga R", kita harus ingat bahwa recycling merupakan pilihan terakhir. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun