Mohon tunggu...
ERRY YULIA SIAHAAN
ERRY YULIA SIAHAAN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis, guru, penikmat musik dan sastra

Menyukai musik dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selibat Pemerdeka Keluarga

19 April 2023   23:50 Diperbarui: 20 April 2023   13:44 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Women Bible. (Foto: Freepik)

Dia tetap cantik dan cerdas. Beberapa kali ada yang melamar. Dia merespon dengan senyuman.

Sewaktu ayahnya memasuki masa pensiun, dengan ibu yang tidak bekerja, Triana sadar, uang pensiun ayahnya dan gajinya tidak akan cukup untuk keperluan keluarga. Adik-adiknya yang sudah sembilan orang, banyak yang masih bersekolah atau kuliah.

Triana lebih giat bekerja. Dia membuka wirausaha konveksi bersama ayah dan dua pamannya. Dia mengikuti kursus memasak dan les menjahit. Adik-adiknya senang mendapatkan baju Natal dan ulangtahun darinya. Tidak jarang, untuk menghemat bahan, kakak-beradik tampil dengan baju seragam saat Natal atau acara lain. Dia juga menjahitkan baju untuk di rumah, beribadah, maupun kuliah.

Triana pernah melanjutkan sekolah pada usia lebih dari 30 tahun. Namun, itu dilakukannya untuk memotivasi sahabatnya yang cacat fisik, agar tetap semangat mengikuti dan menyelesaikan pendidikan kejar paket C.

***

Sehari-hari, Triana makan sampai piringnya bersih. Dia tidak banyak berbicara, tetapi saudara-saudaranya tahu, dia sedang memberi teladan melalui setiap kebiasaannya. Jika ada makanan sisa, disimpannya di kulkas. Besoknya, dia memasak ulang baginya. Untuk yang lain, dia menyediakan yang terbaik, yang baru.

Triana rajin di dapur. Dia jago masak. Tangannya juga dikenal "dingin" sebagai perawat tanaman.

Suatu hari dia didiagnosis mengidap diabetes. Heran, karena dia paling tidak suka yang manis-manis. Dia meminum obat setiap hari. Beberapa tahun kemudian, dia juga diketahui mengidap penyakit ginjal dan jantung. Keluarga heran, karena Triana rajin berjalan kaki dan banyak minum air putih.

Semua dijalaninya tanpa banyak bicara.

Hari berlalu. Kebutuhan uang membengkak. Beberapa adiknya kuliah serentak. Kakak pertama dan adik nomor tiga sudah menikah, hidup pas-pasan. Adik nomor empat mengenyam studi ke jenjang lanjutan. Yang lain masih kuliah dan sekolah.

Suatu hari, tetangga ke rumah, menangis, meminjam uang untuk membayar hutang. Hatinya tersentuh. Dia mencarikan pinjaman, yang ternyata tersendat-sendat pelunasannya, hingga Triana yang mengambilalih beban itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun