Dua hari lalu, keluarga itu berencana mulai pindah rumah. Barang-barang sudah banyak yang dikemas. Seorang teman tinggal di samping rumahnya. Menjelang siang, dia membawakannya makanan, karena dia mengetahui ibu itu baru mengalami kecelakaan. Kami semua tergabung dalam keluarga oikumene di perumahan.
Minggu sore, ketika kami masih berkumpul dalam pertemuan Parsahutaon (istilah Batak untuk perkumpulan satu lingkungan), teman itu memberi kabar bahwa anak muda itu sudah tiada. Dia seakan tidak percaya. Karena, hari itu dia masih bertemu dengannya. Berbincang-bincang dengannya saat mengantarkan makanan.
Ayah anak muda itu juga seperti bermimpi. Baru sehari dia berangkat ke luar negeri. Dia akhirnya kembali ke Tanah Air, setelah mendengar anak sulungnya telah pergi.
Dua minggu yang lalu, seisi rumah baru saja berbagi kebahagiaan. Paman dari anak muda itu menikah. Seluruh keluarga besar oikumene diundang untuk merayakan peristiwa bersejarah itu.
Kisah ini seperti sebuah lagu bertempo cepat, di mana kata-kata terartikulasi secara rapat dan sebentar saja lewat, dengan nada-nada yang tak terduga naik-turunnya, disusul kata-kata dan nada baru yang mungkin masih dinamis atau malah melambat.
Belajar
Semalam, di rumah duka, “Ajar Kumengerti” menjadi lagu pertama dalam ibadah.
Ajarku mengerti segala rencana-Mu/Ajarku berserah hanya pada-Mu/Pimpinlah jalanku/Dalam terang Firman-Mu/Ajarku berharap hanya pada-Mu
Bapaku ajaib s'gala rancangan-Mu/Tuhanku, heran perbuatan-Mu/Engkau sanggup mengadakan/Segala yang ku perlukan/Menurut kehendak-Mu terjadilah
Pendeta membuka khotbah dengan kata-kata “kita belajar”. Maksudnya, kita belajar menerima dan mengimani apa yang dikatakan dalam Yesaya 55 ayat 8 sampai 9, “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.”
Ibu, ayah, adik, kakek, paman, tante, tetangga, teman dari anak muda itu diajak belajar untuk tidak mempertanyakan maklumat Tuhan. Sebab, sekalipun kita memiliki akal, kita tidak mampu memakainya untuk mengukur rencana Tuhan.
"Kemah" Dibongkar
Sedikitnya 10 nas dalam Alkitab disampaikan oleh pendeta dalam khotbahnya yang relatif singkat. Hanya dalam 16 menit, dia menggarisbawahi isi dalam nas-nas itu untuk menguatkan keluarga yang berduka, juga para pelayat.