Mohon tunggu...
ERRY YULIA SIAHAAN
ERRY YULIA SIAHAAN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis, guru, penikmat musik dan sastra

Menyukai musik dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Prosopagnosia", dari Brad Pitt hingga Wozniak

20 Maret 2023   14:05 Diperbarui: 20 Maret 2023   16:53 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu pendiri Apple, Steve Wozniak (Foto: Lachlan Cunningham/Getty Images)

"Bahkan pada akhir tahun saya tidak mengenali siapa pun di kelas saya," kata Close yang juga pernah gagal mengenali seorang wanita yang telah tinggal bersamanya selama setahun, seperti dimuat dalam media Tampa Bay edisi 23 Januari 2013.

Dalam penjelasannya di depan para neurolog Society for Neuroscience di New Orleans pada 2012, Close mengatakan, "Begitu saya mengubah wajah menjadi objek dua dimensi, saya dapat mengingatnya. Saya memiliki memori fotografis untuk hal-hal yang dua dimensi."

Close memberi judul presentasinya itu sebagai "My Life as a Rolling Neurological Clinic", dan menceritakan betapa kondisinya itu justru telah membantunya menjadi salah satu artis paling sukses di generasinya. "Segala sesuatu tentang pekerjaan saya didorong oleh kecacatan saya."

Karena tidak bisa bermain bola akibat tidak mampu mengingat wajah, Close menjaga relasi dengan teman-temannya dengan melakukan trik sulap dan menggambar. Dalam suatu acara di sekolah, dia menghibur penonton saat istirahat dengan menggambar karikatur para guru.

Menurut Tampa Bay, Close juga divonis mengidap disleksia parah (istilah yang kemudian baru dikenalnya setelah dia mempunyai anak). Close bisa membaca, tetapi dia tidak bisa mengingat apapun yang dia baca. Dia memiliki ingatan yang sangat baik untuk apa pun yang dia dengar. Kelebihannya itulah yang digunakannya untuk belajar dan menghadapi ujian. Close mematikan lampu kecuali satu lampu yang menyinari buku, lalu dia akan membaca setiap baris lima kali dengan suara keras sehingga dapat mendengarnya. Dengan begitu, dia bisa mengingat cukup lama, untuk menghadapi ujian.

"Saya tidak belajar dari membaca; saya belajar dengan telinga," kata Close.

Gurunya mengatakan dia tidak mungkin bisa kuliah. Nyatanya, dia bisa masuk University of Washington, belajar seni di sana, dan lulus dengan predikat magna cum laude pada 1962

Jane Goodall dan orang utan (Foto: Templeton Prize)
Jane Goodall dan orang utan (Foto: Templeton Prize)
Jane Goodall

Dalam otobiografinya yang ditulis bersama Phillip L Berman, Jane Goodall pada 1999 mengakui salah satu alasan yang membuatnya kurang senang bertemu orang. Yaitu, dia mengalami kondisi neurologis yang memalukan dan aneh yang disebut prosopagnosia. Goodall semula mengira itu karena kemalasan mental. Dia berusaha mati-matian untuk mengingat wajah orang yang ditemuinya. Goodall mengakui tidak bermasalah untuk mengenali orang-orang yang mempunyai ciri fisik yang jelas, seperti struktur tulang yang tidak biasa, hidung bengkok, kecantikan ekstrem atau sebaliknya.

"Tapi dengan wajah lain saya gagal total. Kadang-kadang saya tahu bahwa orang-orang marah ketika saya tidak segera mengenali mereka - tentu saja. Dan karena saya malu, saya menyimpannya untuk diri saya sendiri," kata Goodall dalam otobiografinya yang berjudul "Reason for Hope: A Spiritual Journey".

Goodall kemudian bertemu seorang teman yang mengaku mengalami hal yang sama. Semula Goodall tidak percaya, tapi kemudian dia menemukan bahwa saudara perempuannya juga sama kondisinya seperti dia. Goodall kemudian bersurat kepada neurolog terkenal Dr. Oliver Sacks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun