Apakah sudah mengecek sosmed kalian masing-masing, hari ini? Tentunya sudah ya, mulai dari Facebook, Twitter, dan yang paling hits kali ini Instagram dan TikTok.
Sosial media bertujuan untuk menjalin komunikasi secara online. Namun, karena perkembangan pesat teknologi dan informasi dari masa ke masa, sosial media atau dunia maya ini bisa menjadi rumah kedua bagi kita loh, kawan-kawan
. Mengapa bisa dikatakan rumah kedua? Sebab dengan fitur canggih pada aplikasi sosial media saat ini, kita bisa menjadi diri kita sendiri. Karena tak perlu memikirkan dunia nyata ketika kita menggunakan sosial media, dengan perasaan bahagia karena melepas penat dari dunia nyata.
Buktinya sudah nyata di depan mata saat ini, yaitu merajalelanya TikTokers hampir di seluruh Indonesia. Dari sini juga kawan-kawan bisa menyimpulkan bahwa yang awalnya sosial media hanya digunakan menjadi media komunikasi di dunia maya, menjadi tempat manusia dapat menjadi dirinya sendiri.Â
Kita yang sekarang bisa menuangkan ide untuk menciptakan kreasi, belajar bekerjasama dan berkolaborasi dengan membangun komunitas, dan tidak hanya sekedar berteman namun juga bisa bertukar fikiran dengan teman kita. Melakukannya pun cukup mudah karena hanya perlu sedia ponsel pintar atau smartphone juga internet dan jaringan yang lancar.
Tapi kawan-kawan, sejalan dengan perkembangan pesat fitur aplikasi serta pengguna sosial media, kini permasalahan juga banyak timbul dari dunia maya ini. Yang mungkin kawan-kawan juga pernah melihatnya di berita, sekarang ramai akan cyberbully, ujaran kebencian, dan pornografi.
 Tak hanya memunculkan kasus di atas, namun juga ada permasalahan pada tiap individu yang menggunakan sosmed seperti kurang tidur, tak mandi, menunda makan, bahkan melupakan kewajiban belajar bagi pelajar. Seringnya kita semua menggunakan sosmed, mengubah kita yang dulunya tak terlalu memerlukan menjadi ketergantungan.
Kita bagai terlena dengan kemudahan dalam menggunakan sosmed.
Menurut data dari Hootsuite tahun 2019, pengguna sosmed berjumlah sekitar 150 juta orang, 56 persen dari total populasi. Sementara menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017 penduduk usia 5 tahun ke atas yang mengakses internet dalam 3 bulan terakhir di Provinsi Jawa Barat di Perkotaan sebesar 83,14%. Survey juga membuktikan usia 13-18 tahun menjadi kontributor utama profil pengguna internet.
 Hal ini berarti dari sebagian besar dampak negatif akibat penggunaan sosmed diambil peran oleh para remaja. Hal tersebut bisa terjadi karena kurangnya pengawasan dari orang tua, dan kurangnya edukasi mengenai etika berkomunikasi dan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Kawan-kawan pasti sering mendengar istilah ‘Mulutmu Harimau-mu’ kalimat ini berartikan bahwa kita harus selalu berhati-hati pada apa yang akan kita ucapkan. Tetapi mungkin kurang tepat pada jaman yang serba digital ini, mungkin lebih tepat ‘Jarimu Harimau-mu’, kini jari kita bak bertukar menjadi mulut untuk berbicara di dunia maya.
Nah, maka dari itu untuk mencegah dampak negatif lebih banyak, para remaja harus di edukasi lebih awal tentang pentingnya beretika dalam sosmed seperti menggunakan bahasa sopan saat mengetik, mengerti akan buruknya SARA dan pornografi sehingga menghindari konten yang mengandung keduanya, juga dapat paham betul akan digital literasi. Mengerti kapan menggunakan suatu informasi, sumbernya darimana, dan lebih melek informasi agar kita bisa menggunakan sosial media lebih efisien dan tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H