Mohon tunggu...
erra pasira
erra pasira Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Investasi, Inflasi dan Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Tengah

7 Desember 2023   11:54 Diperbarui: 7 Desember 2023   12:07 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh  Erra Pasira

Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang Fakultas FEBI 

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu Pertumbuhan ekonomi juga merupakan salah satu indikator utama untuk mengukur keberhasilan pembangunan dan perkembangan perekonomian dalam suatu negara. Jawa tengah sebagai salah satu negara yang sedang berkembang memiliki suatu keharusan dalam melaksanakan pembangunan yang seimbang dan berkesinambungan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

  Dinamika pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari investasi. Peran investasi yang menguat akan tergambar pada kontribusi investasi tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi. Melalui peningkatan investasi tentunya akan diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun hal tersebut harus sejalan dengan perbaikan kualitas investasi dalam hal peralihan invetasi pada sektor-sektor yang bernilai tambah tinggi.(Tarsidin et al., 2018)

Selain investasi, faktor inflasi juga mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di suatu negara Inflasi didefinisikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu). Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu terhadap barang. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya. Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneterkarena inflasi merupakan penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu komoditas. Sementara itu para ekonom modern mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit penghitungan moneter) terhadap barang-barang/komoditas.(Febri et al., 2023) Hal ini dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara jumlah uang yang beredar dengan barang dan jasa dalam masyarakat. Dalam ekonomi makro faktor inflasi pun memiliki peranan yang penting. Penelitian Ramayani (2015) mengatakan bahwa variabel inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di isndonesia.(Haryati, 2018).

Dalam perekonomian pengangguran merupakan faktor yang memiliki peranan penting. Pengangguran yaitu sebuah istilah yang digunakan untuk seseorang yang tidak memiliki pekerjaan, sedang mencari pekerjan atau seseorang yang berusaha mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kriterianya. Pengangguran dalam perekonomian suatu negara sulit untuk dihindari bahkan pengangguran digunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan ekonomi dimana suatu negara dengan tingkat pengangguran yang tinggi mencerminkan adanya ketidakstabilan perekonomian dalam negara tersebut (Agustin, 2022).

Kajian literatur terdahulu menemukan bahwa:

1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan jumlah produksi barang dan jasa di suatu negara pada periode tertentu yang diakibatkan oleh adanya peningkatan kegiatan ekonomi masyarakatnya. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan hal penting bagi suatu negara karena menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan ekonomi di negara tersebut. Sesuai dengan pengertiannya, PDB seringkali dipakai untuk melihat pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan PDB itu sendiri merupakan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara. Adapun konsep perhitungan pertumbuhan ekonomi dalam suatu periode yaitu:

𝐺𝑡=(𝑃𝐷𝐵𝑡−𝑃𝐷𝐵𝑡−1 ) 𝑃𝐷𝐵𝑡−1 ×100%

Dimana:

𝐺𝑡 =Pertumbuhan ekonomi periode t (tahun atau triwulan)

𝑃𝐷𝐵𝑡 = Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan, 𝑡=1,2,3,…

𝑃𝐷𝐵𝑡−1 = Produk Domestik Regional Bruto satu periode sebelum 𝑡

  Secara konseptual, indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan. Penggunaan PDB atas dasar harga konstan ini sebagai gambaran untuk melihat pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Sedangkan penggunaan PDB atas dasar harga berlaku dianggap tidak tepat karena hanya dapat digunakan sebagai gambaran untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi (BPS, 2018).(Herawati et al., 2023).

2. Pengaruh Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Didalam neraca nasional atau struktur Produk Domestik Bruto (PDB) menurut penggunaanya invetasi investasi didefenisikan sebagai pembentukan modal tetap domestik (domestic fixed capital formation). Investasi adalah kenaikkan output secara signifikan, juga secara otomatis akan meningkatkan permintaan input, sehingga pada giliranya akan meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat.(Suindyah D, 2018)

  Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyaratakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni: investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikkan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja, pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi, investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi. (Maretha et al., 2019).

3. Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Inflasi dapat disebabkan oleh tekanan dari sisi supply, juga dikenal sebagai inflasi push. Beberapa penyebab tekanan dari sisi supply ini termasuk penurunan nilai tukar,dampak inflasi di luar negeri, terutama dinegara-negara mitra dagang, peningkatan harga komoditi yang diatur pemerintah, dan shock supply negatif yang disebabkan oleh bencana alam dan gangguan distribusi.(Juhro & Iyke, 2020) Inflasi desakan biaya ini juga terjadi pada saat perekonomian berkembang dengan pesat dan tingkat pengangguran sangat rendah. Tekanan pemerintah (demand pull inflation) juga dapat menyebabkan inflasi. Demand pull inflation disebabkan oleh peningkatan permintaan barang dan jasa dibandingkan ketersediannya. Dalam perspektif makroekonomi, kondisi ini ditunjukkan oleh output riil yang lebih besar dari output potensial atau permintaannya atau permintaan total, atau permintaan agregat, yang lebih besar dari kapasitas perekonomian (Hakim, 2017).

  Teori Keynes memberikan penjelasan tentang hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Yang menarik dari teori ini adalah bahwa dalam jangka pendek, kurva penawaran agregat (AS) adalah positif, yang berarti bahwa harga naik dan output juga naik. Hal ini mengarah ke hubungan jangka panjang antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi, di mana inflasi meningkat sementara pertumbuhan ekonomi menurun.(Herawati et al., 2023).

4. Pengaruh Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Badan Pusat Statistik, pengangguran didefinisikan sebagai orang yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan usaha baru, atau sedang mencari pekerjaan tetapi belum memulainya. Hukum Okun menjelaskan hubungan antara pengangguran dan pertumbuhan ekonomi: penduduk yang bekerja berkontribusi dalam menghasilkan barang dan jasa, sedangkan pengangguran tidak memberikan kontribusi. Studi yang dilakukan oleh ekonom Arthur Okun menemukan bahwa ada hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran, dengan tingkat pengangguran yang lebih tinggi sebanding dengan pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh

1. Regresi Linear Berganda 

Regresi linear berganda digunakan oleh peneliti, apabila peneliti meramalkan bagaimana naik turunnya keadaan variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor di naik turunkan nilainya (dimanipulasi). Berikut analisis persamaan regresi:

                 1.729+1.49X1 +5.67X2 – 3.62X3

  • Nilai konstanta yang diperoleh sebesar 4.729 maka bisa diartikan bahwa jika variabel independen naik satu satuan secara rerata, maka variabel dependen akan menurun sebesar 4.729
  • Nilai koefisien regresi variabel X1 bernilai positif (+) sebesar 1.49, maka bisa diartikan bahwa jika variabel X1 meningkat maka variabel Y akan meningkat sebesar1.49, begitu juga sebaliknya.
  •   Nilai koefisien regresi variabel X2 bernilai positif (+) sebesar 5.67, maka bisa diartikan bahwa jika variabel X2 meningkat maka variabel Y akan meningkat  sebesar5.67, begitu juga sebaliknya.
  • Nilai koefisien regresi variabel X3 bernilai negatif (-) sebesar -3.62, maka bisa diartikan bahwa jika variabel X3 meningkat maka variabel Y akan menurun sebesar ---3.62, begitu juga sebaliknya.

2. Uji Asumsi Klasik 

Uji asumsi klasik dilakukan guna untuk melihat apakah estimasi data yang dilakukan dengan menggunakan Ordinary Least Squares (OLS) memenuhi prinsip BLUE.

  a. Uji Normalitas 

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa hasil dari pengujian normalitas dengan metode Jarque-Bera didapatkan nilai probabilitasnya sebesar 0.00000, di atas tingkat signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan data tidak terdistribusi secara normal. 

  b. Uji Autokorelasi 

Uji selanjutnya ialah uji autokorelasi yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antar data dalam variable. Tabel 3 menunjukkan hasil pengujian autokorelasi nilai probabilitas Chi-Square(2) 0.4153 yang lebih dari tingkat signifikansi 5%, yang berarti Nir-Autokorelasi atau dapat dikatakan bahwa faktor gangguan dari pengamatan tidak saling berkaitan langsung.

c. Uji Multikolinearitas

Untuk mengetahui apakah variable bebas saling berkorelasi atau tidak, maka dilakukan uji multikolonieritas. Dari Tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa tidak ditemukan adanya multikolinearitas antar variabel bebas ( investasi, inflasi dan pengangguran) karena nilai centered VIF setiap variabel bebas tidak melebihi nilai 10.

d. Uji Heterokedastisitas 

Tabel 5 tersebut menunjukkan bahwa nilai Probabilitas Chi-Square adalah 0.9695 lebih besar dari tingkat signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah heterokedastisitas atau data bersifat homokedastis.

3. Uji Hipotesis

    a. Analisis Hasil Uji T (Uji Hipotesis) :

  • Variabel X1 memiliki nilai t-stsistic sebesar 0.414834 dengan nilai prob.(signifikansi) sebesar 0.6817 (>0,05) maka bisa ditarik kesimpulan bahwa variabel X1 tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Y
  • Variabel X2 memiliki nilai t-statistic sebesar 3.566881 dengan nilai prob.(signifikansi) sebesar 0.0061 (<0,005) maka bisa ditarik kesimpulan bahwa variabel X2  berpengaruh signifikan terhadap variabel Y
  •  Variabel X3 memiliki nilai t-stsistic sebesar -0.105078 dengan nilai prob.(signifikansi) sebesar 0.9171 (>0,05) maka bisa ditarik kesimpulan bahwa variabel X1 tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel.

    b. Analisis Hasil Uji F(Simultan)

Diketahui nilai f-statistic sebesar 0.114928 dengan nilaiprob.(F-statistic) sebesar 0.950565 (>0,005) tingkat kesalahannya maka bisa ditarik kesimpulan model terbentuk cocok.

  c. Analisi Hasil uji Koefisien Determinasi

Diketahui nilai adjusted r square sebesar -0.100 maka berkesimpulan bahwa sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan sebesar 10,0%. Sedangkan sisanya sebesar 9,9  dipengaruhi variabel lain diluar penelitian ini.

Berdasarkan hasil analisis mengenai pengaruh investasi, inflasi dan pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi di jawa tengah tahun 1993-2022 maka dapat disimpulkan bahwa variabel investasi pada jangka panjang maupun jangka pendek menunjukkan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di jawa tengah tahun 1993-2022 meski dengan tingkat signifikan 10%. Pada jangka panjang, variabel inflasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi jawa tengah tahun 1993-2022 dengan tingkat signifikansi 5%. Namun, pada jangka pendek, inflasi secara signifikan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di jawa tengah tahun 1993-2022 dengan tingkat signifikansi 5%. Pada jangka panjang, pengangguran memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan. Sedangkan, untuk jangka pendek, pengangguran berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di jawa tengah tahun 1993-2022 dengan tingkat signifikansi 10%.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun