Ketika teman saya berkata "baiknya negara harus dipimpin oleh kholifah", saya cuma bisa merenung. Masalahnya: apakah isu agama yang berusaha memurnikan (dengan kata lain; digunakan untuk mempolitisasi) negara, atau syahwat politik yang berusaha mempolitisasi agama atau kita sebut saja dua-duanya; baik agama dan politik sama-sama bersyahwat karena digerakkan manusia?
Baru saya tahu kemudian ketertarikan pada pada istilah kholifah bukan hanya di jaman sekarang.
Dulu, para raja Jawa, juga sangat tertarik pada istilah gelar khalifah. Konon Sultan Agung pernah mengharap gelar kholifah dari Makkah tapi tak direstui. Cicitnya, Amangkurat IV (1719-1724), adalah orang pertama yang menggunakan gelar “Prabu Mangkurat Senapati Ingalaga Ngabdu’-Rahman Sayidin Panatagama Kalipatullah” (C. Lekkerkerker, Land En Volk van Java, 1938).
Soemarsaid Moertono (1980) menulis, bahwa gelar ini, begitu berjasa sebagai sumbangan Islam, untuk meningkatkan kebesaran raja. Maaf, lagi-lagi, bukan rakyat...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H