Belum ada satu semester yang lalu, masyarakat dunia sedang diramaikan oleh pengukuhan status Lionel Messi sebagai GOAT (Greatest Of All Time), setelah timnas Argentina sukses menjuarai FIFA World Cup 2022 yang dihelat di Qatar. Qatar sendiri pada awalnya diragukan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Faktor utamanya adalah pergeseran waktu penyelenggaraan Piala Dunia yang biasanya dilakukan pada musim panas (Juni-Juli), khusus untuk perhelatan Piala Dunia Qatar 2022 Â digeser ke musim salju (November-Desember) dan mengganggu jalannya sejumlah pertandingan di liga domestik negara peserta Piala Dunia.
Sejumlah kontroversi lain turut mewarnai perhelatan Piala Dunia Qatar 2022 seperti misalnya larangan konsumsi alkohol di stadion, larangan melakukan hubungan badan diluar nikah dan pelarangan atribut berbau LGBT selama jalannya pertandingan.Â
Protes terhadap penyelenggaraan Piala Dunia Qatar 2022 dilayangkan oleh negara-negara barat di luar dan di dalam lapangan terhadap Qatar sebagai negara yang menganut agama islam secara konservatif. Pihak Qatar sebagai penyelenggara pada akhirnya mencoba sedikit mentoleransi permintaan dari negara-negara Barat dan tetap menyelenggarakan Piala Dunia hingga terjadi laga final ( yang menurut saya) paling seru sepanjang sejarah Piala Dunia.
Selesai dengan Piala Dunia Qatar, maka giliran berikutnya adalah adik-adik dari Lionel Messi dan kawan-kawan yang gantian mengadakan perhelatan secara Internasional melalui Piala Dunia U-20 yang dihelat di Indonesia. Persiapan matang disiapkan oleh pihak resmi dari Indonesia dimulai dari melakukan renovasi sejumlah stadion secara besar-besaran untuk memenuhi standar FIFA, melakukan pergantian ketua PSSI, melarang penggunaan sejumlah stadion diluar untuk sepakbola dan lain sebagainya.
Hanya saja menjelang diselenggarakannya Piala Dunia U-20, dunia internasional mulai khawatir terhadap adanya insiden Kanjuruhan pada laga Arema vs Persebaya. Secara mengejutkan, tidak ada sanksi dari FIFA terhadap Indonesia terkait insiden yang menelan 135 korban jiwa ini. Â
Disini 'mungkin' FIFA mencoba untuk positive thinking terhadap Indonesia dan memperhitungkan posisi Indonesia sebagai calon tuan rumah Piala Dunia U-20. FIFA masih memberikan kepercayaan kepada Indonesia dan mengamanahkan agar Indonesia do the best sebagai pihak penyelenggara dan membuat pegelaran Piala Dunia U-20 dapat berjalan sekondusif mungkin, sebagaimana yang telah sukses dilakukan pada Asian Games 2018 kemarin.
Pasalnya, Piala Dunia U-20 merupakan ajang yang penting untuk regenerasi atlet-atlet sepakbola dunia dan akan menghadirkan tokoh-tokoh penting sepakbola dunia mulai dari jajaran petinggi FIFA, legenda sepakbola dunia dan jajaran pelatih klub sepakbola ternama yang hadir untuk memantau calon amunisi baru bagi skuad mereka di musim depan. Untuk Indonesia sendiri, adanya kepercayaan untuk menyelenggarakan Piala Dunia U-20 ini diharapkan menjadi titik balik membenahi persepakbolaan Indonesia yang tercoreng akibat Insiden Kanjuruhan.Â
Hasil lain yang diharapkan dari Piala Dunia U-20 ini tentu dengan adanya scouting yang dilakukan oleh klub-klub top eropa terhadap bakat muda pemain Indonesia dan membawa pemain muda Indonesia ke liga top Eropa. Dengan adanya hal ini, maka diharapkan prestasi timnas Indonesia tidak lagi gurem.
Tapi memang bukan Indonesia namanya jika tidak ada kejadian-kejadian lucu.
Polemik ini timbul ketika Timnas Israel U-20 dinyatakan lolos kualifikasi Piala Dunia U-20 dan berhak untuk tampil di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui, Indonesia tidak menjalin hubungan diplomatik dengan Israel sebagai dukungan dari Indonesia terhadap Palestina. Gelombang demonstrasi dilakukan oleh sejumlah organisasi masyarakat dan kelompok solidaritas umat muslim untuk palestina untuk menolak kedatangan Israel di Indonesia.
Tidak ketinggalan pula, kesempatan ini digunakan oleh para politisi untuk bersikap aji mumpung dengan memberikan statement penolakan terhadap kedatangan timnas Israel. Bahkan ada  Gubernur yang menyampaikan protesnya melalui surat yang ditujukan langsung kepada Kemenpora terkait hal ini. Dukungan terhadap Palestina lagi-lagi menjadi motif politik untuk meningkatkan simpati rakyat Indonesia.