Mohon tunggu...
Erny Kurnia
Erny Kurnia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seorang pembelajar komunikasi (media dan jurnalisme) di UGM

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Pempek, Makanan Tradisional yang Mengindonesia

19 Februari 2014   04:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:41 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Ada banyak makanan tradisional di Indonesia. Salah satu yang terkenal adalah pempek. Pempek merupakan makanan khas dari Palembang, Sumatera Selatan. Selain rasanya yang enak, pempek ini juga menyimpan sejarah yang panjang.

[caption id="attachment_323396" align="aligncenter" width="531" caption="Gambar koleksi pribadi"][/caption]

Berdasarkan website www.pempeklenjer.com, nama awal pempek adalah empek-empek. Empek-empek berarti paman. Sebutan tersebut merujuk pada penjualnya yang merupakan laki-laki dewasa peranakan tionghoa. Selain itu, pempek sudah ada sejak abad 16. Pada awalnya, pempek dijajakan oleh para keturunan tionghoa yang tinggal di pinggiran Sungai Musi. Kala itu, hasil ikan Sungai Musi melimpah ruah sehingga dimanfaatkan salah satunya dibuat menjadi pempek yang kemudian dijajakan di daerah setempat. Seiring berjalannya waktu, pempek kini telah dikenal luas di Indonesia. Hampir di setiap kota pasti ada restoran yang menjajakan makanan asal Palembang ini.

Salah satu kota yang juga terdapat restoran pempek adalah Yogyakarta. Di seputar kampus UGM, terdapat satu restoran kecil yang menjajakan pempek asli Palembang. Restoran tersebut berada tepat di sisi kanan bunderan UGM, Bulaksumur, Yogyakarta. Selain bersebelahan dengan kampus UGM, Restoran tersebut juga berada di samping KFC Jalan Kaliurang. Walaupun bersebelahan dengan restoran fast food kenamaan, namun pamor restoran yang menjajakan makanan tradisional tersebut tidak kalah. Nyaris setiap hari restoran yang menjual pempek tersebut ramai pengunjung. Restoran tersebut bernama Ulu Bundar.

Di restoran Ulu Bundar, kita bisa menemukan beberapa macam pempek. Ada pempek lenjer, kulit, bundar, dan kapal selam. Selain menyediakan berbagai varian pempek, restoran tersebut juga menjual setiap varian dengan harga yang cukup ramah di kantong. Satu varian pempek berkisar dari harga Rp. 4000,- hingga Rp. 6000,-. Tentu harga tersebut bisa dikatakan murah. Meskipun harga pervarian pempek cukup murah, tetapi dari segi rasa tidak perlu di pandang sebelah mata.

Selain makan pempek di restoran, saya juga sering makan pempek karena dikasih teman kost. Biasanya teman kost yang habis pulang kampung sering membawa pempek sebagai oleh-olehnya.

Makan Pempek di Palembang

Walaupun saya bisa menemukan pempek di Yogyakarta, namun tetap ada harapan ingin makan pempek di kota asalnya.  Sama halnya dengan gudeg, makan di kota asli dengan di kota lain pasti ada rasa yang berbeda walau hanya sedikit saja. Lalu alasan lain kenapa ingin makan pempek di Palembang agar bisa makan di pinggir Sungai Musi.  Saya ingin menikmati pempek seperti pada cerita asal muasalnya dulu yang mana diolah dari ikan-ikan yang berasal dari Sungai Musi. Oleh karena itu, bila ada kesempatan makan pempek di Palembang apalagi di tepi Sungai Musi pasti saya akan merasa senang sekali. Pucuk dicinta ulampun tiba. Ternyata mulai Desember 2013-Februari 2014 ini Daihatsu Indonesia sedang mengadakan lomba ngeblog di kompasiana dan viva yang berhadiah jalan-jalan di beberapa kota di Indonesia yang salah satunya adalah Palembang. Saya pun sangat tertarik untuk berpartisipasi dalam lomba yang diadakan oleh Daihatsu Indonesia tersebut. Tidak lain karena hadiahnya adalah keliling di beberapa kota di Indonesia dan mampir Palembang. Pasti bakal asyik sekali seandainya saya beruntung menang. Lumayan bisa jalan-jalan gratis ke beberapa kota. Lumayan juga cerita jalan-jalan nantinya bisa saya tulis di sini nantinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun