Berbicara tentang ujub pasti langsung kita kaitkan dengan penyakit hati. Mengapa demikian? Karena ujub, riya, sum'ah, hasad dan prasangka merupakan bagian dari penyakit hati.  Secara etimologi, Ujub  berasal dari kata "'ajaba", yang artinya kagum, terheran-heran, takjub. Ujub adalah sifat sombong yang membuat kita suka membanggakan diri secara berlebihan dan melupakan bahwa semua kelebihan yang kita miliki merupakan karunia dari Allah SWT.
Orang yang memiliki sifat ujub membayangkan bahwa setiap sifat yang dimilikinya adalah milik dirinya sendiri. Dalam kehidupan sehari -- hari, mereka mencoba untuk menjadi pembicara yang paling mengesankan, berpakaian terbaik, dan memberikan solusi yang paling cerdas. Mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang bisa dibanggakan. Mereka berusaha mengambil hati orang lain. Â Hal ini dilakukan karena diliputi oleh rasa takut akan kehilangan, takut dipermalukan atau dihina.
Dalam agama islam sifat ujub sangat dibenci Allah SWT. Hal ini terlihat dalam QS. An -- Nissa ayat 173 yang artinya, "Adapun orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan, Â Allah akan menyempurnakan pahala bagi mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karuniaNya. Sedangkan orang yang enggan (menyembah Allah) dan menyombongkan diri, maka Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih, dan mereka tidak akan mendapatkan perlindung dan penolong selain dari pada Allah".
Disamping itu ada juga dalam QS. Al-Isra' ayat 37 yang artinya "Dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak  akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung".
Dari dua ayat ini terlihat bahwa Allah sangat membenci orang yang ujub atau sombong. Dalam pergaulan atau kehidupan sosialpun, orang ujub itu sering dijauhi. Oleh karena itu kita perlu menghilangkan sifat ujub tersebut. Memang tidak mudah untuk menghilangkannya karena sifat ujub merupakan sifat dasar manusia.Â
Tapi yakinlah dengan memiliki ilmu, maka sifat ujub tersebut akan dapat dihilangkan. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghilangkan sifat ujub sebagai berikut : kenali bahaya kesombongan dan menyadari Allah SWT tidak menyukai kesombongan, secara kontinyu renungkan sifat buruk yang dilakukan (muhasabah diri), secara teratur memohon pengampunan dari Allah, belajar dari kehidupan Rasulullah SAW, dan atasi penyebab utama kesombongan.
Secara umum penyebab kesombongan adalah kecantikan/ketampanan, kecerdasan, kekayaan, dan keturunan raja atau orang kaya. Agar terhindar dari kesombongan maka perlu adanya Mujahadah An Nafs yakni upaya untuk mencegah diri dari sifat sombong, serakah, tamak, dengki, dan sifat-sifat yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan buruk. Mujahadah An Nafs ini termasuk dalam kategori jihad karena perang tersulit yang dihadapi manusia sejatinya bukanlah perang melawan musuh, melainkan melawan dirinya sendiri atau hawa nafsunya sendiri.
Secara bahasa mujahadah artinya bersungguh-sungguh, sedangkan an-nafs artinya nafsu. Jadi mujahadah an-nafs adalah perjuangan sungguh-sungguh melawan hawa nafsu dan menghindari perbuatan yang dilarang Allah SWT. Menurut Alquran ada tiga jenis nafsu yang terdapat  pada manusia, yakni nafsu amarah, nafsu lawwamah, dan nafsu muthmainnah.
Nafsu amarah adalah jenis nafsu yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan buruk seperti pelanggaran aturan atau syariat dan kejahatan. Perwujudan dari nafsu amarah pada manusia seperti sombong, dengki, bodoh, marah, cinta yang berlebihan, serta senang melakukan perkara jelek atau hina. Hal ini terlihat dalam QS. Yusuf ayat 53, yang artinya : "Dan aku tidak menyatakan diriku bebas dari kesalahan. Karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong pada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhan Maha Pengampun, Maha Penyayang".
Nafsu Lawwamah adalah jenis nafsu yang membuat manusia terjebak dalam perasaan bersalah yang mendalam. Nafsu lawwamah adalah nafsu yang mengingatkan manusia tentang kesalahan dan perbuatan dosa yang telah dilakukan. Jika manusia terlalu menuruti hawa nafsu ini, mereka akan terjebak dalam rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam. Akibatnya, manusia akan sulit merasa bahagia dalam menikmati rahmat dari Allah SWT. Nafsu lawwamah terwujud dalam sifat-sifat tercela manusia seperti menyesal, mengikuti kesenangan, menipu, menggunjing, riya, zalim, lupa, dan ujub. Allah Swt berfirman: "Dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali dirinya sendiri" (QS. Al-Qiyamah ayat 2).
Nafsu Muthmainnah adalah nafsu yang tenang dan tentram. Nafsu ini yang mendorong manusia pada kebaikan. Nafsu muthmainnah terwujud dalam sifat-sifat manusia seperti dermawan, tawakal, ikhlas, bersyukur, serta ridha dengan segala ketetapan Allah SWT. Allah Swt berfirman: "Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya." (QS. Al-Fajr ayat 27-28).
Inti dari Mujahadah An Nafs adalah untuk mengendalikan diri agar tidak dikendalikan oleh hawa nafsu terutama nafsu ammarah dan nafsu lawwamah. Meskipun memiliki kecenderungan untuk mendorong manusia melakukan perbuatan buruk, bukan berarti nafsu tersebut dapat hilang sepenuhnya. Nafsu sendiri sebenarnya juga punya peran untuk mendorong manusia pada kemajuan, termasuk meningkatkan potensi-potensi yang ada dalam diri manusia. Rasulullah Saw. bersabda: Bukanlah orang kuat itu yang biasa menang saat bertarung/bergulat, tetapi orang kuat itu adalah yang (mampu) mengendalikan nafsunya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim).
Jadi dapat disimpulkan bahwa sifat ujub termasuk dalam golongan nafsu amarah. Oleh karena itu marilah kita berusaha untuk dapat mengendalikan nafsu amarah dan juga nafsu lawwamah. Dan selalu berusaha untuk menghidupkan nafsu mutmainnah sehingga hidup kita menjadi nyaman dan tentram. Wallahu a'lam bishawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H