Mohon tunggu...
Erniwati
Erniwati Mohon Tunggu... Penulis - ASN Yang Doyan Nulis Sambil Makan, Penyuluh Hukum Kanwil Kemenkum NTB

Traveling dan dunia tulis menulis adalah hal yang paling menyenangkan. Memberi manfaat kepada masyarakat melalui edukasi adalah hobby.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Trend Curhat Ke AI: Karena AI Takkan Bercerita

31 Januari 2025   20:12 Diperbarui: 31 Januari 2025   20:12 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : dibuat melalui canva.com

Trending, curhat ke AI jadi solusi sebagian orang dengan berbagai alasan. Bagi saya pribadi, entah kenapa begitu membaca judul di topik pilihan ini jadi langsung stuck di satu kalimat "karena AI tak akan bercerita", apalagi menyebarluaskan curhatan kita.

Saya rasa banyak sekali alasan orang-orang di luar sana menggunakan sarana AI untuk bercerita dan menumpahkan uneg-uneg mereka. Tak bisa dipungkiri bahwa kecerdasan buatan ini mulai menjadi pilihan banyak warganet dalam berbagai bidang. 

Apa Saja Sih Aplikasi Curhat AI?

Nah sebelum membahas banyak hal tentang alasan kenapa banyak orang menyukai curhat ke AI, ada baiknya kita tahu dulu beberapa aplikasi AI yang bisa jadi teman ngobrol warganet, antara lain :

  • Replika -- Chatbot AI yang bisa menjadi teman ngobrol dan mendengarkan curhatan dengan respons emosional yang cukup baik.
  • Wysa -- AI berbasis terapi yang bisa membantu mengatasi kecemasan dan stres dengan teknik psikologi positif.
  • Kuki AI -- Chatbot dengan kepribadian yang bisa diajak ngobrol santai atau curhat.
  • Woebot -- AI yang dirancang untuk memberikan dukungan emosional dengan metode terapi kognitif (CBT).

Kalo saya pribadi, lebih suka nanya ke AI terkait referensi tulisan sih, hehehe.

Faktor Penyebab Curhat ke AI jadi pilihan

Lalu, apa saja sebenarnya faktor penyebab banyak orang curhat ke AI? Padahal kalau di pikir-pikir AI ini kan hanya kecerdasan buatan, yang artinya dibuat melalui pemrograman dan pengembangan dari masukan para penggunanya juga. 

Jika hal ini dibicarakan 20 tahun lalu misalnya, orang-orang akan menertawakan satu sama lain pastinya. Curhat kok sama robot, bicara kok sama robot, ga punya temen ya? Kuper kali,, begitu kira-kira yang saya bayangkan. Namun faktanya, perkembangan zaman membawa kemajuan hingga dalam benak saya nyeletuk "robot ingin bersaing dengan manusia".

Bisa jadi sih, oleh sebab itu perlu juga kita ketahui faktor penyebab banyak warganet curhat ke AI,  yang saya rangkum dari berbagai sumber berikut ini :

  • Anonimitas & Privasi, Banyak orang merasa lebih nyaman berbicara dengan AI karena tidak ada rasa takut dihakimi atau rahasia mereka tersebar.
  • Selalu Tersedia 24 jam per 7 hari, dimana AI bisa diakses kapan saja tanpa batas waktu, sehingga cocok untuk orang yang membutuhkan tempat curhat di tengah malam atau saat tidak ada teman yang bisa diajak bicara, cukup modal internet dan gadget.
  • Bebas dari Penilaian & Stigma, faktanya Berbeda dengan manusia, AI tidak memiliki prasangka, sehingga pengguna bisa berbagi masalah tanpa khawatir akan dikritik atau dihakimi. Namanya juga robot yak.
  • Alternatif Psikolog yang Lebih Terjangkau. Sudah rahasia umum memang, Layanan konseling profesional bisa mahal dan tidak selalu mudah diakses, sehingga AI menjadi opsi awal bagi mereka yang butuh dukungan emosional sebelum memutuskan untuk mencari bantuan profesional.
  • Respon Cepat & Interaktif, karena AI bisa langsung memberikan jawaban atau solusi berbasis data psikologi, meskipun tentu saja tidak bisa menggantikan peran psikolog sepenuhnya.
  • Kenyamanan untuk Orang Introvert atau Sosial Anxiety, yang mana Beberapa orang merasa sulit untuk berbagi masalah dengan orang lain secara langsung, sehingga AI menjadi sarana yang lebih nyaman untuk mereka.

AI Tak Bisa Mengalahkan Empati Manusia

Wah, luar biasa ya si AI ini jika melihat banyak sekali faktor-faktor dan keunggulan yang dihadirkan dalam menyuguhkan layanan interaksi atau komunikasi sesuai kebutuhan penggunanya. Namun bagi yang sadar dia hanyalah robot, maka akan sadar pula bahwa teknologi selalu memiliki kekurangan dasar dan fundamental.

Apa itu? Jawabannya adalah empati. Apalagi? Emosi. Terus? Kejujuran. Mari kita kupas satu-satu.

Sebagai manusia yang diciptakan dengan segala kelebihannya oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, tentunya kita semua paham bahwa manusia dimuliakan karena diberi akal dan tentu saja perasaan. Apabila akal dan perasaan ini tidak ada, maka apa bedanya manusia dengan robot atau kecerdasan buatan sekelas AI ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun