Belajar bersyukur kadang mudah diucapkan, namun tak mudah untuk dijalankan. Padahal kunci dari mudahnya menjalani hidup ternyata adalah bersyukur dalam kondisi apapun.
Lama sekali rasanya tidak menulis, padahal sebenarnya cuma beberapa hari saja. Kangen juga menuliskan pandangan-pandangan yang sekiranya mampu menginspirasi pembaca budiman kompasiana.Â
Ada yang menarik dari perbincangan saya dengan salah seorang teman beda negara, ribuan kilo jaraknya, namun ternyata percakapan ringan kami selalu punya cerita dan hikmah yang patut dibagi.Â
Manusia, Memang Suka Mengeluh
Dimulai dari cerita keinginan dan banyak cita-cita yang belum kesampaian dari saya. Dengan nada tanpa sadar mengeluh saya berfikir mengapa tak satupun passion saya itu jadi nyata dan terwujud. Padahal jiwa saya sangat menginginkannya, seperti keinginan membuka cafe kopi sendiri atau bahkan fokus ke digital marketing.
Namun satu jawaban menohok dari teman saya seakan memberikan tamparan keras, yang membuat saya tersadar dari keluhan-keluhan tersebut. Begini kira-kira bunyinya
"Bersyukurlah, tidak mungkin Tuhan menempatkanmu jika bukan untuk kebaikanmu. Bukankah di luar sana masyarakat Indonesia berlomba-lomba ingin jadi PNS?"
Saya sedikit terperangah, dan diam-diam melakukan analisa sendiri. Mengesampingkan rasa dan keinginan-keinginan saya tadi, lalu melihat fakta dan realita yang ada.
Dengan kondisi perekonomian yang kadang naik dan turun, ternyata memang profesi saya ini sekarang menjadi incaran begitu banyak orang. Bagaimana tidak, ketika gaji dan tunjangan sudah ditanggung negara, dan tentunya pembayarannya tak pernah terlambat atau tertunda.
Tentu saja itu fakta, karena kehidupan saya saat ini meskipun tidak memiliki mobil misalnya, namun begitu layak dan seringnya diimpikan banyak orang. Fasilitas kerja memadai, penghasilan mencukupi, prestise dan pandangan orang yang begitu ingin menempati posisi yang sama seperti saya saat ini.
Belum lagi ketika ditanya, 'kerja dimana?' dan saya tanpa segan akan langsung menjawab 'PNS'. Dengan seragam lengkap yang membuat orang kadang segan dan tak jarang dihormati.