Namun lagi-lagi setelah berbagi cerita sedikit ini, saya hanya bisa sampaikan bahwa memang sehat itu adalah pilihan. Karena faktanya, hari ini banyak sekali orang yang memasang mindset "hidup hanya sekali, nikmati saja" atau "yang sakit mati yang sehat pun mati".Â
Betul memang, tidak ada yang salah dengan mindset itu, sehingga hal ini menjadi salah satu alasan orang mengkonsumsi, mengolah makanan dan menyimpan makanan tanpa pertimbangan.Â
Namun kadang mereka lupa, bahwa ada anak yang harus ditemani jalan-jalan, ada Istri atau suami yang harus diberi perhatian dengan kasih sayang, atau ada cucu yang kelak lahir dan ingin ditimang. Dan bisakah kita melakukan semua itu dalam kondisi sakit?
Sakit diabetes misalnya yang cuci darah seminggu sekali, atau sakit stroke mungkin yang hanya bisa melihat dari kursi roda dan bergantung kasihan keluarga. Atau bahkan yang hanya bisa terbaring di atas ranjang dan mendengar aktivitas keluarga lainnya.
Maka tak alah saya katakan bahwa hari ini, sehat itu adalah pilihan bukan lagi kewajiban. Mau tidaknya anda atau saya, pun kita menjadi sehat sampai nanti di usia senja adalah pilihan masing-masing.
Mau tidaknya kita bercita-cita tetap aktif dan produktif untuk bisa mandiri di usia senja adalah pilihan tiap-tiap individu. Karena faktanya tak semua orang peduli dengan kesehatannya sendiri. Menganggap dengan harta segalanya bisa disehatkan, miris memang.
Saya pribadi saat ini, sudah mulai beralih dari sutil plastik yang mahal, ke sutil dari batok kelapa jaman nenek saya dulu. Wadah penyimpanan juga mulai saya migrasikan sedikit-sedikit ke wadah kaca atau wadah stainless steel yang lebih tahan panas.
Begitu juga dengan beberapa wadah lainnya, meskipun tidak bisa serta merta, namun saya memilih untuk mempertahankan nikmat sehat yang Allah beri dengan berkomitmen menjaganya semampu saya.
Semoga anda semua pembaca budiman, juga mulai banyak belajar dan terus menambah literasi untuk tetap sehat. Semoga sedikit tulisan saya ini bermanfaat.
*Berbagai literasi dan penelitian tentang mikroplastik dan Nanoplastik ini tidak saya cantumkan, namun bisa di telusuri sendiri di internet.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H