Mohon tunggu...
Erniwati
Erniwati Mohon Tunggu... Penulis - ASN Yang Doyan Nulis Sambil Makan, Humas Kanwil Kemenkumham NTB

Traveling dan dunia tulis menulis adalah hal yang paling menyenangkan. Memberi manfaat kepada masyarakat melalui edukasi adalah hobby.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

1,5 Tahun Tanpa Nasi dan Gluten, Cuma Modal Nekat Ingin Sehat

31 Juli 2024   09:43 Diperbarui: 1 Agustus 2024   15:18 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, setelah body reset ini saya pun kembali mengonsumsi nasi putih yang di campur beras merah organik. Karena tipe badan saya adalah tipe kering alias susah gemuk, maka harus surplus energi dulu sebelum latihan beban. Namun untuk tipe gluten, tepung, manis-manis, saya memang sudah tak terlalu berminat lagi.

Alhamdulillah, hingga saat ini saya sehat dan lebih cerdas ketika menghadapi musim pancaroba, atau dimana virus menyebar dengan sangat cepat. Karena sudah tahu bagaimana pertahanan tubuh bekerja, sudah tahu apa yang dibutuhkan tubuh untuk melawan berbagai kuman dan virus.

Persepsi dan Motivasi

Pembaca budiman, Di sini yang ingin saya garis bawahi bahwa permasalahan kebanyakan orang adalah persepsi yang berdampak pada kurangnya motivasi diri untuk jadi sehat.

Ada yang punya persepsi bahwa kurus itu sehat padahal belum tentu, kurus tapi makanannya junk food atau miskin nutrisi juga tinggal tunggu waktunya untuk dihinggapi penyakit degeneratif seperti hipertensi, batu empedu, gagal ginjal dll.

Ada juga yang punya persepsi bahwa gimana pun kita menjaga makanan kalau asalnya mau sakit ya sakit saja, kalau sudah ajal ya mati saja. Tapi mereka lupa bahwa kalau sakitnya Anda itu akibat pola makan dan kebiasaan hidup yang salah, akan merepotkan orang lain loh. 

Contoh stroke yang harus dirawat keluarga selama bulanan atau tahunan. Atau gagal ginjal yang harus cuci darah beberapa kali sebulan, dan percayalah ngga ada yang biayanya sedikit. Selain merepotkan keluarga tercinta, Anda juga harus keluar banyak biaya. 

Kalau mau bicara ajal, please deh tiap manusia pasti mati. Manusia tanpa catatan penyakit seperti Ashraf Sinclair itu saja yang meninggal pas mau tidur, pasti mati kalau sudah tiba ajalnya, tapi ngga merepotkan siapa-siapa loh. Karena memang dia sehat, hanya dicabut nyawanya sehingga jantungnya gagal berdetak alias berhenti berdetak.

Ada juga yang punya persepsi lain, yang penting olahraganya di kencengin, soal makan kurangi nasi. Yang disebut hanya kurangi nasi, lah padahal yang paling berpenyakit itu adalah tepung dengan kandungan gluten, belum lagi goreng-gorengan, belum lagi es teh manis dan bobanya. 

Semua persepsi ini pada akhirnya membuat seseorang tak punya motivasi untuk menjaga kesehatannya, merawat tubuhnya, peka terhadap peringatan dari tubuhnya sendiri. Karena tubuh kita tidak akan teriak minta tolong kalo mulai terganggu, melainkan menghadirkan sinyal tersendiri. Entah melalui perubahan kulit, rasa tak nyaman di kerongkongan, sulit tidur, atau bahkan alergi.

Ada yang selalu bilang juga, penyakit tua ya begini. Hallooo, buktinya banyak sekarang di YouTube muncul nenek-nenek yang usianya 70 tahun bisa angkat beban sampai 40 kg lebih sebagai latihannya. Sampai saya iri sendiri.

Lalu apa yang salah? Bukan penyakitnya yang salah bapak ibu, persepsi kita yang salah. Seperti kata Ade Rai, 'jangan salahkan penyakitnya, virusnya, musimnya, tapi salahkan tubuh kita yang menjadi tempat yang ramah bagi mereka'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun