Mohon tunggu...
Erniwati
Erniwati Mohon Tunggu... Penulis - ASN Yang Doyan Nulis Sambil Makan, Humas Kanwil Kemenkumham NTB

Traveling dan dunia tulis menulis adalah hal yang paling menyenangkan. Memberi manfaat kepada masyarakat melalui edukasi adalah hobby.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perkataan Adalah Do'a, Ternyata Benar Adanya

15 Juli 2024   09:40 Diperbarui: 15 Juli 2024   09:46 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : dokumentasi pribadi

Sekitar Pukul 3 Sore dengan naik angkot lagi dari Cihampelas menuju ke Arah Braga, kami pun akhirnya menghabiskan 1 jam untuk charge hp di salah satu cafe di Braga. Minum kopi dingin dan camilan ala cafe. 

Ternyata Braga di sore hari hampir mirip dengan Malioboro, ramainya. Banyak sekali cafe dan distro sepanjang area ini. Namun Bandung memang membuat saya jatuh cinta, karena vibes nya sangat berbeda. Tidak ada bau kotoran kuda atau pipis kuda di sana. Kursi-kursi taman tertata rapi, meskipun entah kenapa dari awal tiba saya agak susah ketemu tong sampah.

Puas jalan kaki mengelilingi area ini dan akhirnya kami pun lanjut ke arah tegalega. Katanya di sana ada pasar malam yang juga banyak memamerkan sepatu kulit khas Cibaduyut. Lumayan jalan kaki sekitar 45 menitan, dengan hati senang meskipun sampai di sana ga beli apa-apa juga.

Akhirnya kami tutup petualangan hari itu dengan makan di bebek Kaleo dekat di lapangan dekat Gedung Sate, salah satu ikon Bandung juga. Ramai memang karena ternyata bebeknya enak dan sambalnya juga worth it menurut saya. Endingnya kami memutuskan untuk menginap semalam di Bandung, dan berangkat kembali ke Jakarta esok pagi.

Balik Jakarta Pake Whoosh

Sekitar jam 6 pagi kami keluar dari hotel, dijemput dengan mobil oleh teman baik saya menuju pasar baru. Kami lupa belum beli oleh-oleh buat Mami dan anak-anak di rumah. Namun memang Bandung cocok menjadi kota wisata, pasalnya jam 6.30 pagi sejumlah penjual makanan dan sarapan di sepanjang jalan Pasar Baru sudah buka.

Penjual buah segar seperti jeruk, jambu dan mangga sudah ada juga. Anyway buah-buahan di sini asli segar-segar dan rasanya manis. Para penjual souvenir seperti tas tote bag khas Bandung pun sudah main pajang-pajang aja. Tapi itulah yang kami cari, sebelum ke stasiun kereta, beli oleh-oleh dulu.

Sarapan bubur seharga 15rb dengan citarasa yang nyummy, kemudian cicip buah-buahan di situ, beli tas tote bag 5 pcs dapat 100rb an. Waduh lengkap sudah petualangan kami hari itu. Dari Pasar Baru kami cukup berjalan sekitar 10 menit ke Stasiun Bandung, melintasi kota yang masih berasa dingin.

Di sekitar area stasiun banyak juga toko oleh-oleh pun dengan penjual makanan. Pokoknya cocok banget untuk wisata kuliner buat yang doyan ngunyah macam saya. Harganya juga masih terbilang worth it.

Pukul 8 tepat kami naik dari pintu feeder kereta Woosh yang ada di sebalah kiri ujung stasiun. Kereta feeder akan mengantar kami ke stasiun Padalarang. Dari situ nanti kami akan naik kereta Whoosh dengan durasi 30 menit saja, menuju stasiun Halim. Ah sungguh pengalaman yang tak terlupakan.

Tampilan kereta Whoosh, sumber : dokumentasi pribadi
Tampilan kereta Whoosh, sumber : dokumentasi pribadi

Perkataan Adalah Do'a

Selama di perjalanan dalam kereta Woosh, saya baru menyadari beberapa hal penting dalam hidup saya yang terjadi begitu saja. Ternyata setelah saya ingat-ingat semuanya pernah saya ucapkan, bahkan sering saya ucapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun