Mohon tunggu...
Erniwati
Erniwati Mohon Tunggu... Penulis - ASN Yang Doyan Nulis Sambil Makan, Humas Kanwil Kemenkumham NTB

Traveling dan dunia tulis menulis adalah hal yang paling menyenangkan. Memberi manfaat kepada masyarakat melalui edukasi adalah hobby.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perkataan Adalah Do'a, Ternyata Benar Adanya

15 Juli 2024   09:40 Diperbarui: 15 Juli 2024   09:46 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan jawaban itu, seperti dapat menang undian yang tak ternilai, kami tersenyum senang. Apalagi kereta api yang akan kami tumpangi adalah panoramic alias kereta wisata. Ga kebayang akhirnya bisa ke Bandung. Bahkan Kereta api pulangnya pun pake Whoosh, kereta cepat dengan durasi 30 menit Bandung-Jakarta.

Belum lagi keesokan subuhnya dikasi sangu untuk jajan dan makan di jalan. Kurang apalagi coba?

Akhirnya Ke Bandung, Backpacker Menelusuri Mimpi

Berangkat dengan kereta Papandayan Panoramic pukul 06.30 pagi, petualangan dimulai. Saya benar-benar bisa backpackeran dengan yang se frekuensi dengan saya. Menikmati coklat panas dan croissant sambil menikmati pemandangan alam, terlebih ketika memasuki kawasan Bandung yang notabene pegunungan.

Sejujurnya, untuk harga kereta api 300rban, menurut saya ke Bandung dengan Panoramic di pagi hari sangat worth it. 3 jam yang sangat menyenangkan, dengan luasnya pemandangan dan nyamannya fasilitas yang diberikan. Toilet yang luas tidak seperti kereta api pada umumnya. Bahkan pemandu wisatanya sangat aktif menginformasikan tiap ada situs yang memang menjadi daya tarik wisata pagi ini.

Sumber : dokumentasi pribadi
Sumber : dokumentasi pribadi


Sampai di Bandung, kami pun benar-benar melakukan perjalanan backpaker. Keluar dari stasiun kami langsung buka map untuk mencari lokasi jalan Asia-Afrika dan Braga. Ikon kota Bandung dan tempat syuting film "Preman Pensiun", drama yang suka sekali saya tonton.

Ternyata dekat, beberapa kilo saja. Bagi saya yang suka jalan kaki, begitupun Talita, inilah liburan yang sebenarnya. Kami berjalan kaki melewati Pasar Baru, berbelok dan menemukan plank Jalan Asia-Afrika. Ah senangnya luar biasa, menelusuri setiap jalannya sampai ke Alun-alun kota Bandung.

Melintasi sebaris ukiran kalimat Pidi Baiq yang khas itu, related dengan apa yang ada di kepala dan hati. Dan sebaris kalimat lain yang tak kalah tekenalnya, M.A.W Brouwer yang berbunyi "Bumi Pasundan Lahir Ketika Tuhan Sedang Tersenyum". Terpampang di dinding sebelahnya.

Sumber : dokumentasi pribadi
Sumber : dokumentasi pribadi

Puas menjelajahi Jalan Asia Afrika, kami pun cuss lihat maps lagi, mau ke Lembang. Dengan Taksi kami meluncur ke Farm House Susu Lembang. Tarifnya sekitar 97 rb- 115rb, tergantung macet tidaknya ya. Karena kami sepertinya tak sempat jika harus ke area Pengalengan atau naik lagi ke atas. Masalahnya kami harus balik ke Braga sorenya untuk menikmati suasana senja di sana.

Sekitar 2 jam di Farm House Susu Lembang kami pun memutuskan balik ke Bandung, namun kami pengen nyobain naik angkot. Cukup bayar 10rb an per orang kami pun turun di Cihampelas, meskipun ga sadar karena kami kira sudah sampai di Pasar Baru. Ga apalah, toh bisa cuci mata juga melihat produk oleh-oleh khas Bandung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun