Yang ingin saya garisbawahi betul adalah, bahwa konsep desa wisata seperti ini sangat baik untuk menggerakkan perekonomian berbasis kerakyatan. Hal ini juga secara tidak langsung dapat meminimalisir tindak kriminalitas akibat pengangguran dan kesenjangan perekonomian di suatu desa.Â
Tentu saja dengan minimnya kriminalitas, keamanan dan ketertiban akan terjamin dengan baik, sehingga stabilitas kehidupan dan penghidupan warganya pun bisa lebih baik. Siapa sangka apabila ada investor yang ingin masuk, justru akan sangat menguntungkan, karena memang selain punya potensi, juga di dukung oleh keamanan yang memadai.
Bayangkan saja apabila tiap-tiap desa bisa kreatif dalam mengelola sumber daya alam dan Sumber daya manusia yang dimilikinya, pastilah angka kesenjangan dan kejadian kriminalitas bisa terus menurun. Tidak ada lagi prahara kurang lapangan pekerjaan, atau prahara Sumber Daya Alam yang nganggur.
Pelestarian Budaya Lokal
Berangkat dari konsep-konsep desa wisata tadi, tentunya sebagai warga Lokal Lombok khususnya, saya pribadi sangat bangga dengan bentuk pelestarian budaya lokal ini.
Pasalnya, saya juga tidak ingin berbaga bentuk jejak memori masa kecil saya harus hilang begitu saja. Suasana kampung penuh hutan bambu besar, jalanan tanah yang tersiram hujan, atau tampilan para orang tua jaman dulu dengan sarung dan topi jeraminya. Pun dengan ibu-ibu yang berbaju lambung.
Bahkan ketika makan, saya tetap sangat menyukai gerabah sebagai wadahnya. Minum dari ceret tanah liat yang sangat menyegarkan. Atau bau minyak jelengan khas yang tak ada duanya. Pun dengan enaknya ayam kampung bakar dan wadah nasi dari rotan itu.
Untuk orang-orang seperti saya dan jutaan pekerja kantoran lainnya, desa wisata merupakan salah satu tempat refreshing dan healing. Sejujurnya, bisingnya kota selalu membuat kami mencari lokasi-lokasi dengan budayanya seperti desa wisata ini.
Hamparan sawah semakin berkurang, perkembangan teknologi pun tak jarang menggeser kearifan lokal. Lalu bagaimana dengan anak cucu kita nanti jika pelestarian budaya lokal ini tak mendapat cukup support atau dukungan/
Ah, semoga saja semakin banyak desa-desa lain yang sadar akan hal ini. Agar generasi berikutnya dan yang akan datang bisa menikmati indahnya perkampungan, dan merasakan sedikit pengalaman masa kecil yang berbau budaya lokal ini.
*Tulisan ini juga saya terbitkan di situs gumilombok9.com dengan judul "Desa Wisata Bonjeruk, Bentuk Pelestarian Kearifan Budaya Lokal". Saya mencintai Lombok, di sini seperti surga wisata yang tak ada habisnya.