Faktanya, Sebuah studi pada tahun 2013 yang diterbitkan dalam BMC Psychology menemukan bahwa perempuan, sedikit lebih baik dalam multitasking untuk tugas-tugas tertentu, terutama yang melibatkan organisasi dan manajemen rumah tangga.
Namun, tahukah anda bahwa di luar sana beberapa perempuan hebat adalah penemu atau inovator dalam proses transisi energi ini. Saya sebutkan beberapa tokohnya seperti :
- Maria Telkes (1940-an dan 1950-an) dengan Penemuan Utama pada pengembangan sistem pemanas rumah tenaga surya pertama di Massachusetts. Salah satu proyek terkenalnya adalah Dover Sun House pada tahun 1948.
- Sheila Oparaocha, yang berkontribusi dan telah bekerja sejak awal 2000-an melalui ENERGIA untuk mempromosikan akses perempuan ke energi berkelanjutan dan memberdayakan perempuan dalam sektor energi terbarukan.
- Alicia Seiger sejak 2000-an hingga sekarang merupakan seorang ahli strategi dalam investasi energi bersih dan berkelanjutan. Kontribusinya berperan penting dalam memfasilitasi investasi dan pengembangan teknologi energi terbarukan melalui berbagai inisiatif dan kolaborasi.
Lalu, apa nih peran paling mudah bagi para perempuan lainnya tak mampu menjadi inovator? Mudah kok, yuk mulai saja dulu dengan beralih dari energi konvensional ke energi yang ramah lingkungan di lingkungan rumah tangga kita. Bagaimana caranya? Berikut beberapa hal yang dapat kita lakukan antara lain :
- Penggunaan Panel Surya, alat ini memanfaatkan energi panas matahari dan mengubahnya menjadi listrik yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan rumah tangga. Jadi listrik yang tadinya berasal dari energi fosil tak terbarukan, berubah menjadi energi terbarukan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
- Gunakan Lampu LED hemat energi
- Penggunaan peralatan elektronik yang berteknologi smart inverter (biasanya ada logo smart inverter)
- Mulailah terbiasa dengan sistem pengumpul air hujan, untuk digunakan dalam kegiatan sehari-hari seperti menyiram tanaman atau mencuci kendaraan.Â
- Kompstasi Sampah Organik dimana sampah organik mulai kita kelola sendiri, khususnya sisa makanan dan limbah dapur yang dapat diolah dan dirubah menjadi kompos alami (melalui komposter di halaman rumah).
Mudah bukan? Itu artinya, mau dari latar belakang apapun juga, baik itu ibu rumah tangga, pekerja kantoran maupun swasta, tetap saja perempuan bisa ambil andil dalam menjaga kelestarian lingkungan, melalui berbagai peran. Termasuk berperan aktif dalam mendukung dan mendorong penggunaan energi berkelanjutan yang ramah lingkungan melalui transisi energi lokal.
*Untuk semua perempuan yang merasa rumah sendiri bukanlah hal yang besar, ketahuilah bahwa dari rumah kecil kita, perubahan besar dimulai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI