Mohon tunggu...
Erni Wardhani
Erni Wardhani Mohon Tunggu... Guru - Guru, penulis konten kreator (Youtube, Tiktok), EO

Guru SMKN I Cianjur, Tiktok, Youtube, Facebook: Erni Wardhani Instagram: Erni Berkata dan Erni Wardhani. Selain itu, saya adalah seorang EO, Koordinator diklat kepala perpustakaan se-Indonesia, sekretaris bidang pendidikan Jabar Bergerak Provinsi, Pengurus Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat, Pengurus Komunitas Pegiat Literasi Jawa Barat, Pengurus IGI kabupaten Cianjur, sekretaris Forum Kabupaten Cianjur Sehat, Founder Indonesia Berbagi, Tim pengembang Pendidikan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VI Provinsi Jawa Barat, Humas KPAID Kabupaten Cianjur.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cendera Mata Pernikahan, Sebuah Filosofi yang Kaya Makna

18 November 2018   10:10 Diperbarui: 18 November 2018   11:12 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Erni Wardhani, M.Pd.

Ada yang unik dan berbeda saat saya ke undangan hari kemarin. Bukan saja tempat undangannya yang ditata dengan apik, lebih dari itu, ada sesuatu yang membuat mata saya berbinar, lebih tepatnya penuh dengan keingintahuan. Hal tersebut berlaku saat saya menerima cendera mata pernikahan. Sebuah karung mini, seukuran layaknya souvenir berbungkus plastik saya terima dari pager ayu yang bertugas. 

Saya masukkan cendera mata tersebut dengan pikiran sedikit melayang, dan dahi mengkerut. Saya pikir, keingintahuan saya tuntaskan setelah mendatangi kedua mempelai berikut orang tuanya (pejabat Cianjur), dan setelah mengeksekusi hidangan yang berjejer rapi. Tidak terlalu banyak macamnya, namun elegan.

Dua puluh menit sudah, saya berada di dalam ruangan, yang didesain dengan satu pintu itu. Selanjutnya, saya kembali ke mobil, dan segera membuka cendera mata tadi. Saya timbang, begitu ringan. Ada nama kedua mempelai. Selebihnya, kalau dipandang sepintas, tidak bernilai apa-apa. Akhirnya, saya putuskan untuk membuka plastik yang membungkusnya. Karung kecil itu berisikan kantong plastik persegi mini, yang dilipat menjadi tiga. 

Di dalamnya ada enam biji bunga matahari, dan selembar kertas kecil. Selidik punya selidik, ternyata karung mini tersebut berisi ajakan untuk menanam pohon sesuai dengan benih yang diterima. Kertas kecil yang terselip, ternyata berupa langkah-langkah untuk menanam pohon tersebut, dan plastik lipat tiga, adalah tempat untuk medianya. Jadi si biji diberi tanah, dan nantinya dimasukkan ke polibag mini tersebut.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Unik, kreatif dan inspiratif. Jujur, setiap menerima cendera mata, saya selalu berujar dalam hati, ini semua pemborosan. Biasanya berupa gantungan kunci, gunting kuku, paling gelas mini berisikan nama mempelai. 

Kebanyakan seperti itu. Namun hari ini sungguh berbeda. Sesuatu yang begitu penuh dengan filosopi hidup. Ajakan berupa melestarikan lingkungan. Dan ini patut diacungi jempol. Cenderamata yang unik, akan mampu diingat oleh yang menerima.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Mmang, sebuah pernikahan tanpa cendera mata, dirasa agak janggal dan terasa ada yang kurang, namun pemilihan materi, mampu membuat pesta pernikahan menjadi tak terlupakan, unforgetable. Cendera mata yang diberikan oleh kedua mempelai bertujuan sebagai  simbol ungkapan terima kasih sekaligus kenang-kenangan kepada tamu undangan.

Tradisi pemberian suvenir sejatinya sudah berlangsung sangat lama. Menurut Wikipedia, dahulu bangsawan Eropa sering memberikan bonbonniere sebagai suvenir pernikahan. Bonbonniere (suvenir berupa kotak kecil yang terbuat dari kristal, porselen, atau batu berharga lainnya). 

Isi dari bonbonniere lazimnya adalah gula batu atau manisan permen yang lezat. Bukan tanpa alasan bonbonniere berisi gula batu diberikan. Karena konon pada masa tersebut gula termasuk komoditi mahal yang amat berharga. Kandungan gula juga dipercaya baik untuk kesehatan.

Seiring berjalannya waktu, harga gula terus mengalami penurunan. Tradisi pemberian gula sebagai suvenir untuk tamu undangan juga dilakukan hingga kalangan kelas bawah. Karena harga gula menjadi lebih terjangkau, bonbonnieres pun mulai digantikan dengan almond. 

Selama berabad-abad, almond lazim dibagikan sebagai suvenir pernikahan sebagai simbol dari harapan baik untuk kehidupan baru pengantin pria. Dalam mitologi Yunani, almond juga melambangkan cinta abadi.

Hingga saat ini, pemberian suvenir pernikahan telah mendarah daging sebagai budaya seluruh dunia. Benda yang dijadikan suvenir pernikahan pun tak terbatas pada suvenir yang bisa dimakan saja. Bisa disesuaikan dengan tema pernikahan atau keinginan kedua mempelai.

Agar semakin menarik dan indah dipandang, suvenir/cendera mata,  selalu dikemas dengan beragam variasi. Mulai dari kotak berhias pita, hingga kain elegan. Dan tak pernah ketinggalan, suvenir dilengkapi dengan nama kedua mempelai yang berbahagia, inisial atau tanggal pernikahan. Barangkali ada ide-ide kreatif dalam menuangkan gagasan untuk tema cendera mata, supaya tidak terkesan asal ada. Dengan demikian, cendera mata yang dibagikan akan tak terlupakan, bermanfaat, dan bernilai guna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun