Keuangan Syariah dianggap sebagai liyan dalam dunia perbankan kita, awalnya. Lebih-lebih jenis layanannya yang terbatas. Padahal, ini negara yang mayoritas penduduknya muslim. Kesannya, ada benturan antara bank yang kerap dikonotasikan sebagai pengangkut riba dan Islam yang menentangnya. Kini sudah berbeda permasalahannya. Apalagi, bank konvensional pun sudah mulai menggabungkan sistem kesyariahan.
Paparan narasumber menjadi pas pada bulan Ramadan ini, perihal dalam mendekatkan Keuangan Syariah. Untuk mengidentikkan sebagai keuangan syariah yang nyaman bagi siapa pun. Ya, siapa pun! Mengingat keuangan ini bisa diakomodir siapa pun, termasuk yang non-muslim. Perlu kita ketahui, ternyata layanan syariah ini, yang menarik, sangat berkembang pesat di Negara yang mayoritas ninmuslim. Lihatlah Britania Raya sana, yang mengokohkan dirinya sebagai pusat keuangan dan perbankan dunia. Â
Begitu juga dengan Singapura,  yang bertekad  menjadi  pusat  keuangan syariah di dunia dengan memperlonggar peraturan-peraturan terkait perbankan syariah sehingga bisa berkembang dengan pesat. Di Malaysia, hampir 15% nasabah bank  syariah adalah nonmuslim.  Hal ini mengindikasikan secara jelas bahwa bank syariah tidak hanya untuk orang yang beragama Islam saja. Oleh karena itu, bagi Muslim dan nonmuslim, yang masih penasaran dengan bank syariah, silahkan mulai berhubungan dengan bank syariah, misalnya menabung.
Jika kita mengacu pada paparan narasumber, saling melengkapi perihal ACKS. Menggiring, bahwa keuangan jenis ini lebih dari sekadar keuangan umum. Syariah, ada dan punya kelebihan yang bisa diakses siapa pun dan di mana pun.
Jelas.
Ada usaha keras para motor penggerak di dunia keuangan syariah ini. Hasilnya lebih dari lumayan, mengingat di pelosok negeri walau belum menyeluruh ada Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Berangkat dari pergerakan keuangan syariah ini, sudah selazimnya tak perlu ragu lagi dalam bersinggungan soal keuangan yang liyan (other) ini. Niscaya. Karena sesungguhnya tak ada yang lain (liyan) dalam pelayanannya. Semua perangkat computerize, digitalisasi terus dikembangkan menyesuaikan zaman. Sehingga apa bedanya kalau pirantinya sama dan perwakilan-perwakilan secara fisik ada di daerah?
Narasumber pertama yang tampil, yaitu Bapak Priyono, yang mengajak para blogger untuk hijrah berinvestasi syariah pada bulan Ramadan ini.
Keuangan syariah tak berbeda dengan keuangan pada umumnya. Maka, jadi aneh kalau yang mayoritas merasa pas dengan konsep syariah dan tidak menjadi ACKS. Kenapa? Karena sifat dari keuangan syariah, tentu. Yang membuat nyaman kita penggunanya. Sebutlah sebagai nasabah yang bukan liyan dalam keuangan syariah ini.
Jika sosialisasi semacam ini terus digeber, bukan tak mungkin warga akan mengerti kedudukan dan sifat dari keuangan syariah. Tak konvensional. Tidak juga melulu orang muslim. Yang ujungnya ACKS. Asyiiiik ...!