Palmerah, sebuah kata yang mampu menggiring kenangan saya di masa 35 tahun ke belakang. Betapa tidak, jujur masa 35 tahun ke belakang adalah masa masa saya pertama kali membaca produk (=majalah). Betapa inginnya saya menginjakkan kaki di situ. Bahkan saking terobsesinya pada saat itu, saya sampai hapal alamatnya, Jalan Palmerah Barat kav. 32-37 Slipi. Jakarta Barat. Ternyata sekarang bukanlah mimpi lagi. Saya betul betul menginjakkan kaki di sini.
Oh, ya, buku yang akan dibedah yaitu buku In(Toleransi). Ada 5 orang penulis asal Cianjur yang terlibat di dalam buku ini. Tentu bergabung bersama 32 kompasianer dari seluruh Indonesia, adalah suatu tanda kehormatan buat saya. Apalagi menjadi 1 dari 3 orang pembicara. Ya, saya didaulat untuk menjadi pembicara bersama Pak Nasir dan Pak Teha. Mereka berdua sangat familiar di Kompasiana. Pak Nasir bergabung sejak tahun sedangkan Pak Teha sejak tahun
Kuputuskan untuk berangkat bersama ibu Ade, setelah 3 orang yang lainnya memutuskan untuk tidak dapat hadir, pukul 5 dini hari, sebab acara jatuh pada hari Sabtu. Saya tidak mau berspekulasi dengan keadaan. Takut kesiangan tiba di TKP gegara kejebak sistem buka tutup.[caption caption="Bersama bu Ade"]
Tiba di Tempat Ngoplah
Pukul setengah 9, kami tiba di kampung rambutan. Ternyata, pak TS berbaik hati menjemput kami. Pak TS membagi kami 1 buah buku yang akan dibedah. Yess, sepanjang perjalanan saya membaca karya beberapa Kompasianer. Saya dahulukan membaca karya rekan yang akan menjadi partner saya dalam Ngoplah.
Tak terasa, tiba jua di halaman gedung Kompas. Setelah beberapa saat berselfie ria, kami pun mulai menuju lantai 6, tempat yang akan dijadikan ruang Ngoplah. Belum ada sesiapa, hingga saya putuskan untuk mengambil air wudlu untuk salat. Saya dipandu oleh tim Kompasiana, namanya Nurhasanah, cantik dan sangat muda, enerjik. Ruangan salat mengharuskan saya melewati ruang kerja Kompasiana. Woooow, sambil lewat, mata tak hentinya curi curi pandang ke dalam ruangan yang didesain sedemikian rupa. Sangat humble, dan bergaya dinamis.
Ngoplah
Seperti yang sudah dijanjikan, acara dimulai pukul 14.oo. Dibuka oleh neng Peny, gadis cantik nan mungil dengan gaya santai dan cueknya, kemudian oleh bang TS, untuk selanjutnya diserahkan kepada moderator K yang sangat piawai, Bung Isson. Ruangan berukuran 5 x 10 meter ini tidak membuat saya gugup berkepanjangan, karena barangkali pengaruh orang orang yang ada di dalamnya. Saya dianggap sudah seperti anggota kompasianer yang lama. Apalagi acaranya dikemas secara lesehan, membuat suasana semakin cair.[caption caption="kebersamaan dok.pri"]
Semua begitu cepat akrab. Sehingga pada saat memperoleh kesempatan berbicara di awal, saya terima dengan senang hati, saya pikir, orang cenderung memberi toleransi kepada seseorang yang didapuk sebagai pembicara pertama. Walaupun dengan terbata bata. saya sampaikan kepada forum, mengapa saya membuat tulisan toleransi seperti yang ada pada buku. (Silakan beli kalau mau tahu, hehheh).[caption caption="Di bawah poster"]
Giliran Kang Teha, dan Pak Nasir, saya sampai termehek mehek dibuatnya. Betapa mereka dapat mengambarkan toleransi demikian rinci dan indah. Pak Teha, walaupun beliau nonmuslim, ternyata beliau merasa nyaman di manapun berada, sebab beliau tahu kuncinya, bahwa semua akan menerima kita apa adanya, kalau kita toleran dengan hati. Jenius!!!
Kang Nasir lain lagi, dengan gaya humornya yang sangat cerdas, beliau mampu mengangkat tema toleransi demikian hangat, hingga kami yang mendengarnya menjadi lebih bersemangat lagi. Beliau menyampaikan poin yang menarik, bagaimana kita mengajarkan toleransi, dengan cara intoleransi. Wonderful!!!!
Selesai bedah buku kami bertiga, moderator memberikan kesempatan kepada kompasianer lain untuk ikut bersuara. Di sinilah letak bonus bonus yang saya sebutkan sebelumnya. Ternyata kompasianer yang hadir adalah kompasianer idola saya. Ya, saya sangat suka dengan tulisan mereka. Beruntung sekali saya dapat mengenal sekaligus mendengar langsung opini mereka, dapat tanda tangan, dan tentu saja dapat foto bersama. Ada Kompasianer of the month, Bang ikhwanul Halim yang muncul bersama istri tercintanya, ada A Iskandar Z, Bung Rooy, dan Pak Dian kelana. Juga beberapa tim cantik Kompasiana (Tamitha, Arum, Edrida, Nurhasanah, Peny ).[caption caption="mejeng di K"]
Tak terasa, waktu bergulir demikian cepat. Bedah buku berakhir pukul 17.20. Melebihi dari batas waktu yang sudah ditentukan, yaitu pukul 17.oo teng. Saking asyik dan antusiasnya.pengalaman berwisata literasi seperti inilah yang saya dambakan sejak dahulu kala,dan lewat Ngopah, saya dapatkan semua itu. Besar sekali yang ingin saya ucapkan, rasa terima kasih kepada Kompasiana, yang sudah mengajak saya Ngoplah. Satu langkah sudah saya lewati, sungguh, saya merasa seperti the rising star. Biarlah kali ini saya sedikit lebay.